Menuju konten utama
12 Oktober 1810

Oktoberfest, Pesta Minum Bir yang Bermula dari Acara Pernikahan

Setiap tahun, Oktoberfest menjadi festival bir terbesar di dunia. Namun berkali-kali gagal digelar karena perang dan wabah.

Oktoberfest, Pesta Minum Bir yang Bermula dari Acara Pernikahan
Ilustrasi Mozaik Oktoberfest. tirto.id/Trinanda Prasetyo

tirto.id - Pada 12 Oktober 1810, tepat hari ini 211 tahun silam, Kerajaan Bavaria menggelar pesta meriah. Pangeran Ludwig I, penerus takhta kerajaan, menikahi putri Therese of Saxe-Hildburghausen. Di kota Munich, rakyat diundang untuk menghadiri acara pesta besar-besaran merayakan pernikahan. Undangan terbuka diumumkan ke pelbagai penjuru kota.

Rakyat berdatangan ke lokasi pesta di pelataran kota yang kemudian dinamakan Theresienwiese. Hingga hari ini, wilayah itu masih disebut dengan nama yang sama, meski warga lokal sering menyebutnya Wiesn saja. Pesta besar itu kemudian bertransformasi tradisi tahunan tiap akhir September hingga awal Oktober dengan nama Oktoberfest (Festival Oktober). Gelaran ini menghadirkan banyak bir hingga menjadi sajian khas utama festival.

Setiap tahun, Festival Oktober biasanya disiapkan dengan matang sejak pertengahan bulan Juli. Departemen Turisme setempat punya langganan ahli pemasang tenda serta perancang tata panggung untuk festival. Sambil menikmati musim panas, para pekerja yang jumlahnya mencapai ratusan itu mendirikan tenda-tenda bir raksasa dan berbagai wahana di lapangan aspal di tengah kota.

Wilayah yang biasanya agak sepi dan jauh dari bising kota metropolitan, mendadak menjadi ramai dengan suara ketukan palu dan mesin-mesin untuk pembangunan tenda raksasa. Di antara mereka, terdapat para petugas resmi dari Technischer Überwachungsverein, TÜV, asosiasi inspeksi teknis yang bekerja memastikan segalanya sesuai dengan prosedur keamanan.

Warga lokal menganggap segala kerepotan dalam menyiapkan kebutuhan pesta akbar ini sebagai bagian dari ritual. Mereka tak ingin menurunkan aspek penting persiapan itu dengan mengubahnya menjadi tenda-tenda semipermanen. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa pada masa persiapan pun festival sebenarnya sudah dimulai dan banyak orang sudah menikmati bir dingin.

Cerita Rakyat dan Atraksi

Alkisah, pada abad ke-8 dua orang biarawan dari Schäftlarn Cloister berkelana menuju utara. Ketika sampai di wilayah Munich, mereka beristirahat sambil menikmati bekal makanan. Karena kehabisan air minum, mereka akhirnya mengambil air dari sebuah sumber mata air dekat tempat mereka berteduh. Sambil menenggak air segar, salah seorang berucap, “seandainya air ini lebih manis sedikit, maka akan lebih nikmat lagi.”

Sambil merapal doa-doa, mereka akhirnya mendirikan gereja kayu sederhana di wilayah itu. Singkat cerita, di masa berikutnya wilayah sekitar gereja itu dibangun oleh para petinggi dan anggota keluarga Kerajaan Bavaria.

Sesuai pergantian musim, acara minum bir menjadi populer karena rakyat dengan senang hati menghabiskan sisa-sisa Märzen beer untuk menyambut musim fermentasi bir yang akan datang. Menurut tradisi, mengolah bir dimulai dengan memanen bahan-bahannya di masa pergantian musim. Sejak pesta pernikahan Ludwig I, festival itu lebih dikenal di luar Bavaria sebagai pesta perayaan pernikahan. Karena sambutan rakyat sangat meriah, pesta itu digelar lagi pada tahun 1811.

“Penasihat kerajaan membujuk Ludwig I untuk menggelar festival itu lagi setiap bulan Oktober. Akan tetapi karena ada elemen balap kuda, festival itu digelar mirip dengan Pesta Olimpiade tradisional. Ludwig mengikuti saran itu karena ia memang senang dengan tren klasik dan mengemasnya menjadi Olimpiade Oktoberfest,” tuli Moses Wolff dalam Meet Me in Munich: A Beer Lover’s Guide to Oktoberfest (2013:20).

Dua puluh tahun sejak festival pertama digelar, arsitek Leo von Klenze mulai membuat desain arena hall of fame bagi para peserta olimpiade. Di sekitarnya terdapat patung Bavaria, patron kerajaan, yang tengah memegang daun oak serta sebilah pedang dan singa di sampingnya. Hingga kini, makna patung itu masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan dan akademisi.

Patung singa khususnya, bisa diasumsikan sebagai simbol kekuatan militer Bavaria. Selain itu, ada juga yang menduga singa sebagai simbol sportivitas dan dominasi di bidang olahraga. Namun, anggapan ini terbukti keliru karena klub gymnastic Munich baru didirikan pada 1860, sepuluh tahun setelah patung singa diresmikan Raja Ludwig I.

Dari tahun ke tahun, pelbagai atraksi baru terus bermunculan. Pada tahun 1881, lapak penjaja bir yang awalnya kecil dan sederhana mulai dibangun menjadi sebuah gedung yang cukup besar. Para tamu lokal maupun internasional semakin membludak. Hal ini membuat lapak harus cukup untuk menampung lebih banyak bir.

Infografik Mozaik Oktoberfest

Infografik Mozaik Oktoberfest. tirto.id/Trinanda Prasetyo

Perang dan Wabah

Warsa 1813, tiga tahun sejak gelaran pertama festival, Napoleon menyerang Bavaria. Meski gagal, serangan itu membuat Bavaria kalang kabut. Akibatnya, acara-acara rakyat batal digelar termasuk Oktoberfest. Selain perang dengan Napoleon, ada juga konflik militer 1866 ketika Bavaria terlibat dalam perang Austro-Prusia.

Pada 1854, Munich diserang wabah kolera. Di musim panas tahun itu, jumlah korban meninggal mencapai 7.730 jiwa dari 15.000 kasus kolera yang tercatat. Ratu Therese, istri Raja Ludwig I, ikut terkena wabah kolera hingga meninggal. Tak heran jika Oktoberfest 1854 gagal total. Hal serupa terulang kembali pada 1873 ketika Munich kembali dilanda wabah kolera.

Selain itu, hampir seluruh daratan Eropa bergejolak pada Perang Dunia I antara 1914 hingga 1918. Perang ini berujung pada kesulitan ekonomi besar-besaran pada 1923 ketika pemerintah Bavaria harus mengumpulkan uang untuk membayar utang-utang perang. Perang yang berulang antara tahun 1946 hingga 1948 juga membuat Oktoberfest lagi-lagi terganggu. Meski tak benar-benar batal digelar, kemeriahan acaranya jauh berkurang karena hanya perayaan kecil-kecilan saja.

Kiwari, warga lokal berusaha tetap menjaga kenyamanan para pengunjung dan menghormati nilai luhur festival. Pada 2007 misalnya, mereka pernah menolak Paris Hilton yang datang dengan mengenakan gaun Bavaria secara serampangan. Warga lokal geram karena busana itu sengaja ia kenakan untuk mempromosikan sebuah merek minuman anggur kalengan. Bagi warga lokal, kelakuan Hilton itu menghina dan menjatuhkan nilai luhur Oktoberfest. Kabarnya, sejak itu Paris Hilton dilarang datang ke Oktoberfest secara permanen.

Baca juga artikel terkait OKTOBERFEST atau tulisan lainnya

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Tyson Tirta
Editor: Irfan Teguh Pribadi