tirto.id - Saat abad berganti pada 2000 lalu, Nokia 3310 lahir dari pabriknya. Ponsel ini sukses merambah pasar dunia, tak kecuali di Indonesia, sempat fenomenal. Penulis di Techradar, Ben Stinson menyebut 3310 merupakan “ponsel terhebat sepanjang masa.”
Sayangnya, nama Nokia perlahan surut karena telat merespons pasar. Semua bermula saat mereka dijual pada Microsoft pada 2013, Nokia bertahan menggunakan sistem operasi Windows pada ponselnya.
Nokia berupaya bangkit mengisi pasar smartphone yang kian seksi. Ia kini menggunakan Android milik Google. Setelah merilis Nokia 6 pada Januari 2017—masuk Indonesia sembilan bulan setelahnya. Nokia juga merilis seri 2, 3, dan 5 setelahnya. Pada Selasa (13/2) Nokia merilis Nokia 8 di Indonesia, sebagai smartphone papan atas.
Meskipun nama Nokia telah mengakar cukup lama di Indonesia, menghadirkan Nokia dengan genre baru tak bisa dibilang mudah, terutama menarik perhatian pasar yang sudah terbiasa dengan ponsel buatan Korea maupun Cina. Nokia memang harus menapak ulang jalan sukses di pasar, terutama Indonesia.
“Nokia brand awareness di Indonesia ialah 98,9 plus. Setiap orang tahu brand Nokia. Namun, kami harus memastikan bahwa masyarakat harus mengerti bahwa Nokia masuk ke pasar smartphone dan menggunakan Android. Kami bekerja sangat intens dengan agensi media (untuk melakukan itu),” ungkap Mark Trundle, Country Manager Indonesia HMD Global, perusahaan pemegang merek Nokia usai peluncuran Nokia 8 di Jakarta.
Nokia 8 yang secara internasional dirilis pada September 2017, hadir dengan mengusung system-on-chip Snapdragon 835. Shanedy Ong, Country Manager Qualcomm Indonesia, menyatakan bahwa Snapdragon berseri itu masuk dalam katagori premium. Ong menyebut bahwa Snapdragon 835 merupakan prosesor pertama yang mengusung teknologi 10nm “akan sangat lebih efisien dan performa sangat tinggi,” kata Ong.
Selain Snapdragon 835, jeroan Nokia 8 lainnya ialah RAM berkapasitas 6GB, memori internal sebesar 64GB dengan dukungan MicroSD hingga 256GB, serta baterai sebesar 3.090mAh. Yang unik, smartphone dengan ukuran layar 5,3 inci ini, mengusung lensa besutan Zeiss pada sistem dual camera. Zeiss merupakan sahabat lawas Nokia untuk urusan lensa. Salah satu kesuksesan mereka ialah ketika merilis Nokia N95 di tahun 2007 silam.
Dari sisi sistem operasi, Nokia 8 mengusung Android yang “pure, secure, dan up-to-date” yang diklaim bisa menghilangkan segala aplikasi mengganggu alias bloatware serta dijanjikan dapat memperoleh update Android Oreo.
Nokia 8 menyandang gelar flagship dari Nokia, yang artinya sebagai produk premium dari berbagai produknya. Ini artinya, smartphone tersebut masuk ke barisan yang diisi oleh Samsung Galaxy S8, LG V30, hingga iPhone X. Namun, jika tiga nama smartphone flagship yang disebut berharga di kisaran Rp10 juta, tapi Nokia 8 dibanderol Rp6.499.000.
“Sebagai merek dan sebagai perusahaan, kami ingin menghadirkan ponsel berpengalaman flagship, dengan spesifikasi flagship, tapi harus berbeda. Kami harus melakukan disrupsi. Persepsi flagship berharga Rp9-10 juta. Kami ingin menghancurkan itu,” ucap Trundle.
Selain soal harga, yang menarik dari Nokia 8 adalah klaim slogan “our most powerful smartphone”. Seberapa "kuat" Nokia 8 dibandingkan flagship lainnya?
Nokia 8 mengusung Snapdragon 835 sebagai otak ponsel pintar mereka. Namun, Snapdragon 835 tak hanya disematkan pada Nokia 8, beberapa flagship lainnya seperti LG V30 juga memakainya. Bila hanya mengukur kekuatan dengan prosesor atau system-on-chip, Nokia 8 dan LG V30 harusnya memiliki nilai kekuatan yang sama.
Namun, mengutip Kimovil, layanan informasi dan pembanding smartphone, nilai Antutu, aplikasi yang digunakan untuk mengukur kekuatan komputer maupun smartphone, Nokia 8 lebih unggul dibandingkan LG V30. Skor Antutu Nokia 8 mencapai 181.000, sementara LG V30 berada di angka 160.289.
Merujuk sumber yang sama, Nokia 8 tak hanya unggul pada LG V8, yang kebetulan menggunakan otak yang sama. Samsung Galaxy S8, yang mengusung Exynos 8, juga masih di bawah Nokia 8. Skor Antutu flagship Samsung itu berada di angka 174.150.
Perbandingan yang mencolok antara Samsung Galaxy S8 atas Nokia 8 tak terlalu mengherankan. S8 diperkenalkan Samsung pada Maret 2017 atau lahir lebih awal 6 bulan dibandingkan Nokia 8. Artinya, Nokia 8 hanya unggul melawan flagship lawas. Selain itu, kabar menyebut bahwa pada Maret 2018 Samsung akan merilis flagship lanjutan dengan nama Galaxy S8.
Sayangnya, meskipun unggul dalam hal "kekuatan" dari dua flagship berbasis Android dari LG dan Samsung, Nokia 8 tak berkutik melawan iPhone X dari Apple. Dari sumber yang sama, skor Antutu iPhone X berada di angka 226.058. Alias unggul telak melawan smartphone Android apapun.
Belum Cukup dengan Nokia 8
Seri Nokia berbasis Android tercatat baru ada 6 jenis yang hadir di pasar, dengan satu di antaranya masih belum resmi meluncur di Indonesia. Kenyataan ini berhubungan dengan tiga strategi pasar yang diusung Nokia. Trundle menuturkan bahwa tiga strategi itu ialah: memastikan menghadirkan produk real-live experience, fokus pada produk yang presisi, serta mengambil keunikan dari Android alias menghadirkan Android versi murni.
Meskipun terasa hebat, ini justru jadi tantangan tersendiri bagi Nokia. Portofolio yang minim, akan mengerucutkan penguasaan pasar hanya pada segmen tertentu semata. Priceza, layanan pembanding harga, menyebut bahwa di tahun 2017 lalu tiga smartphone besutan Xiaomi sukses jadi yang terpopuler di Indonesia. Ketiga smartphone yang jadi jawara ialah Redmi Note 4, Redmi 4X, dan Note 4X.
Pada tahun tersebut, Xiaomi merilis 14 varian smartphone. Meskipun bukan yang terbanyak, ini mampu memberikan banyak pilihan bagi konsumen membeli smartphone mereka sesuai kebutuhan.
Pada 2016, dua smartphone Samsung, Galaxy J1 Mini dan Galaxy J2, serta satu smartphone OPPO, OPPO F1, jadi jawara. Samsung dan OPPO, termasuk yang menggenjot banyak varian smartphone di tahun itu. Kemudian pada 2017 Samsung merilis 24 smartphone. Sementara OPPO merilis 12 smartphone.
Pasar smartphone di Indonesia merupakan pasar yang majemuk. Ada banyak hal spesifik yang dapat dimaksimalkan sebagai pangsa pasar tersendiri. Nokia nampaknya perlu menambah portofolio mereka bila ingin benar-benar bangkit dari tidur lama. Nokia 8 bakal belum cukup melakukannya.
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra