tirto.id - Nilai tukar (kurs) rupiah terdepresiasi hingga Rp14.927 per dolar AS berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), pada Rabu (5/9/2018). Sejumlah tempat penukaran uang (money changer) mulai ramai.
Berdasarkan temuan Tirto di sejumlah tempat money changer di Jakarta mulai ramai. Namun, alasan masyarakat cukup beragam, ada yang memang memiliki kebutuhan untuk membeli valas, ada pula yang memang ingin berspekulasi.
Ivan (43) yang ditemui di Valuta Inti Prima (VIP), Menteng, Jakarta, mengaku sedang menukar dolar untuk kebutuhan pribadi. “Menukar dolar ya untuk kebutuhan sendiri, untuk bayar sekolah,” kata Ivan kepada Tirto pada Rabu (5/9/2018).
Niatnya, kata Ivan, tidak untuk memanfaatkan kurs rupiah yang anjlok. “Bukan untuk itu,” kata Ivan memastikan.
Hal senada juga diungkapkan Muchlis (32 tahun). Pria yang ditemui Tirto di Money Changer Sari Valas, kawasan Sarinah ini mengaku “Kebutuhan sendiri saja. Saya pribadi mendukung pemerintah untuk masyarakat yang punya tabungan dolar tukar saja ke rupiah, tapi kalau saya lebih karena urusan pribadi sih,” kata dia.
Akan tetapi, tidak semua warga yang ditemui Tirto memiliki alasan yang sama dengan Ivan dan Muchlis. Syahrir (63 tahun) misalnya, secara tegas mengaku dirinya memang memanfaatkan menguatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.
“Bisa dibilang manfaatin dolar yang lagi tinggi untuk ditukar jadi rupiah,” kata Syahrir saat ditemui Tirto di VIP Jakarta.
Syahrir mengaku, dirinya termasuk orang yang gemar menyimpan dolar, dan menukarnya saat nilai dolar terhadap rupiah tinggi. “Saat dolar naik buru-buru jual, saat dolar turun dibeli. Mutar terus gitu aja,” kata Syahrir.
Karena itu, tak heran bila dolar menguat, ia kerap melakukan penukaran uang. Selain melihat posisi kurs dolar, Syahrir juga suka menukar dolar ke rupiah saat hari raya Lebaran. “Sering manfaatin buat jaga-jaga. Suka jual dolar juga saat Lebaran,” kata Syahrir.
Lebih Ramai dari Biasanya
VIP yang merupakan salah satu money changer besar di Jakarta tampak ramai saat Tirto mengunjunginya pada Rabu (5/9/2018), sekitar pukul 11.00 WIB. Nuhrudin (45 tahun), satpam VIP mengatakan situasi seperti ini sudah berlangsung dalam beberapa hari terakhir ini.
“Ramainya sudah dari kemarin, tapi enggak mesti. Enggak tahu juga karena kurs rupiah yang anjlok atau enggak, karena di sini bisa tuker mata uang lainnya juga,” kata Nuhrudin.
Sementara Muggi (47 tahun) salah satu karyawan VIP mengatakan, kebanyakan konsumen di VIP datang untuk menjual mata uang asing menjadi rupiah. Namun, ia tidak spesifik menyebutkan mata uang asing apa yang banyak ditukarkan.
“Persentasenya saya enggak bisa sebutkan,” kata Muggi.
Sementara itu, supervisor Money Changer Sari Valas, Randy Tamara (30 tahun) yang berada di kawasan Sarinah mengatakan bahwa jumlah konsumen seminggu ini bisa dikatakan ramai. Ia menyebut, konsumen mulai ramai sejak kurs rupiah di level Rp14.700 terhadap dolar AS.
Menurut dia, kebanyakan dari konsumen tersebut membeli dolar AS. Ia menduga, para konsumen ini berspekulasi dolar terus menguat sehingga mereka dapat menukar dolarnya ke rupiah di saat kurs rupiah benar-benar terpuruk dibanding sebelumnya.
“Kebanyakan beli dolar daripada menukar dolar ke rupiah. [Konsumen] malah berharap dolar naik [sepertinya],” kata Randy.
Randy menuturkan, penukaran dari rupiah ke dolar naik sekitar 20 persen dari jumlah normalnya. Ia memprediksi, ada kemungkinan konsumen yang menukar rupiah ke dolar AS akan meningkat seiring dengan isu kurs rupiah yang diprediksi terus melemah.
Sejauh ini, kata Randy, setiap orang biasanya membeli dolar AS bervariasi, yaitu antara 3.000 hingga 5.000 dolar AS. Waktu ramai jual beli dolar AS-rupiah di Sari Valas biasanya terjadi pada pukul 11.00 hingga 15.00 WIB.
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Abdul Aziz