Menuju konten utama
Timnas Indonesia

Nasionalisme 100 Persen Ilija Spasojevic

Ilija Spasojevic menolak panggilan Montenegro demi keluarganya dan Timnas Indonesia.

Nasionalisme 100 Persen Ilija Spasojevic
Ilija Spasojevic. Instagram/@spaso_87

tirto.id - “Akhirnya saya Indonesia!” kicau Ilija Spasojevic melalui akun Instagram-nya sesaat setelah keluar dari Kantor PSSI di Kuningan, Jakarta, pada 25 Oktober 2017. Striker Bhayangkara FC ini sangat bahagia setelah proses naturalisasinya rampung. Artinya, Spaso –begitu sapaan akrabnya– telah resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).

Kehadiran Spaso bisa jadi bakal menjadi solusi bagi masalah ketajaman Timnas Indonesia, khususnya untuk posisi target man, yang sampai saat ini masih kurang bertaji. Jika pun tidak seideal itu, pesepakbola yang sebelum jadi WNI berpaspor Montenegro ini setidaknya bisa menambah opsi untuk lini depan skuad Garuda.

Soal kepiawaian membobol gawang lawan, kemampuan Spaso sepertinya bisa diandalkan. Jejak-rekam sepanjang kariernya sejauh ini sudah membuktikan itu.

Pesepakbola Lintas Timnas

Ada yang unik jika menilik riwayat kewarganegaraan Ilija Spasojevic, termasuk portofolionya di tim nasional untuk level usia muda. Ia pernah memperkuat tiga timnas dengan nama negara yang berbeda.

Spaso dilahirkan di Yugoslavia pada 11 September 1987. Ia merasakan pengalaman pertama membela negara di lapangan hijau bersama Timnas Yugoslavia U-17 sejak tahun 2002. Kala itu, Spaso membukukan 6 gol dalam 11 pertandingan resmi FIFA.

Baca Juga: Yang Beringas dan yang Lemas di Timnas

Periode itu adalah masa-masa akhir Republik Federal Yugoslavia yang akhirnya benar-benar bubar akibat perpecahan pada 4 Februari 2003. Spaso pun beralih menjadi warga negara Serbia-Montenegro dan ikut mengisi skuat sepakbola negara baru itu pada 2005-2006. Spaso mengemas 13 caps dengan torehan 7 gol.

Tak lama berselang, terjadi lagi polemik di tanah airnya sehingga Serbia-Montenegro harus dipisah menjadi dua negara. Spaso pun punya kewarganegaraan baru untuk yang ketiga kalinya, yakni Montenegro. Kurun 2007-2008, ia merupakan anggota Timnas Montenegro U-21 dan tampil sebanyak 4 kali dengan sumbangan 1 gol.

Tahun 2011, Spaso yang saat itu baru berusia 24 tahun mengambil keputusan yang barangkali terpenting dalam hidupnya. Ia menerima pinangan klub tanpa pamor dari negara antah-berantah yang sangat jauh dari tanah kelahirannya. Spaso datang ke persepakbolaan Indonesia sedang diguncang prahara dengan terjadinya dualisme PSSI.

Bali Devata, itulah nama klub perdana Spaso di Indonesia. Klub yang bermarkas di Pulau Dewata ini baru didirikan pada 2010 dan nyaris tidak memiliki arti apapun bagi publik pecinta sepakbola nasional. Bersama klub yang berkiprah di Liga Primer Indonesia itu, Spaso menjalani debutnya dengan sangat baik. Ia melesakkan 10 gol dalam 14 laga.

Berjaya di Negeri Rantau

Ilija Spasojevic cuma semusim di Bali Devata karena klub ini hanya berusia singkat, gulung tikar di tahun itu juga, 2011. Selanjutnya, Spaso hijrah ke PSM Makassar, klub tertua di tanah air yang kala itu berlaga di kompetisi Indonesia Premier League (IPL).

Di PSM Makassar, Spaso semakin membuktikan ketajamannya. Ia mengoleksi 19 gol dari 29 pertandingan, hingga 2013. Adik kandung Ilija, Mirko Spasojevic, sempat mengikuti jejaknya bergabung dengan tim Juku Eja pada 2013 itu. Namun, Mirko gagal berkembang dan selang beberapa bulan kemudian terpaksa pulang ke Montenegro.

Sang kakak justru mengalami nasib sebaliknya. Dari musim ke musim, Spaso kian menancapkan namanya sebagai salah satu striker asing terbaik di Indonesia dan konsisten bersama beberapa klub yang berbeda.

Gol demi gol menjadi pembuktian Ilija Spasojevic: 10 gol dalam 16 laga bersama Mitra Kukar (2013), 12 gol dalam 13 laga bersama Putra Samarinda (2014), dan turut membawa Persib Bandung meraih trofi Piala Presiden 2015 dengan sumbangan 4 gol dalam 8 pertandingan setelah sempat sejenak berlabuh di Pelita Bandung Raya (PBR).

Baca Juga: Mereka yang Menolak Timnas Indonesia

Selepas itu, Spaso terpaksa hengkang karena persepakbolaan Indonesia diskorsing FIFA. Klub negeri tetangga, Melaka United, menjadi persinggahan Spaso berikutnya. Di Malaysia, ia merengkuh seabrek kejayaan, baik untuk klub maupun prestasi pribadi.

Selain membawa klubnya juara Malaysia Premier League (MPL) serta menjadi pemain terbaik untuk bulan Juli dan Agustus 2016, Spaso juga menyabet sepatu emas alias top skor pada musim itu dengan torehan 24 gol. Ia rengkuh pula gelar yang sama untuk seluruh kompetisi di Malaysia berkat 27 golnya.

Spaso pun menjelma sosok yang sangat dihormati di negara bagian Melaka. Sampai-sampai, Gubernur Melaka, Tun Datuk Seri Utama Mohd Khalil Bin Yaakob, menganugerahinya gelar kehormatan Bintang Cemerlang Melaka.

Sayangnya, karier Spaso di Melaka selepas itu menukik drastis lantaran diterpa cedera. Spaso pun memutuskan kembali ke Indonesia. Setelah cederanya pulih, ia bergabung dengan Bhayangkara FC yang kini dibawanya menjadi salah satu kandidat terkuat juara Liga 1 Indonesia 2017.

infografik ilija spasojevic

Menolak Piala Dunia Demi Garuda

Ketika hijrah ke Indonesia pada 2011, sama saja Ilija Spasojevic membuang kesempatan untuk menatap karier yang lebih menjanjikan di Eropa, termasuk peluang memperkuat tim nasional Montenegro.

Kemungkinan untuk itu sangat terbuka mengingat jejak positif Spaso di tim nasional usia muda sebelumnya saat membela Yugoslavia U-17, Serbia-Montenegro U-19, dan Montenegro U-21. Artinya, selangkah atau dua langkah lagi Spaso bisa saja dipanggil ke tim nasional senior Montenegro.

Baca Juga: Cara Mematikan Karier Cristian Gonzales

Ternyata, kesempatan kedua datang sesaat sebelum Spaso resmi menjadi WNI. Saat jaya-jayanya di Malaysia tahun lalu, Spaso ternyata mendapatkan panggilan dari federasi sepakbola Montenegro.

"Mereka bilang bahwa saya masuk rencana tim nasional Montenegro dalam Kualifikasi Piala Dunia 2018," ungkapnya kepada media di Jakarta, Kamis (26/10/2017).

Itu berarti, Spaso punya kesempatan besar untuk berjuang bersama-sama pesepakbola kondang macam Stevan Jovetic, Stefan Savic, atau Danijel Petkovic, membawa negaranya ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia –kendati pada akhirnya Montenegro gagal lolos.

Lantas, apa jawaban Ilija Spasojevic terhadap ajakan itu?

"Saya jelaskan dengan baik kepada mereka bahwa saya menunggu panggilan Indonesia,” tegas pemain berusia 30 tahun ini.

Indonesia memang kadung membuat Spaso jatuh cinta. Sekaligus atas nama cinta kepada istrinya yang memang perempuan asli Indonesia, juga dua anaknya yang sudah berstatus WNI, pria Eropa Timur ini memilih melanjutkan proses naturalisasinya.

Baca Juga: Nasionalisme Sejati Pemain Naturalisasi

Kini, setelah resmi menjadi WNI, Spaso menyatakan siap membela tim nasional Garuda kendati harus bersaing Boaz Solossa, Lerby Eliandry, Irfan Bachdim, atau Sergio van Dijk bahkan Ezra Walian.

“Saya akan selalu siap 100 persen dan akan menjadi tambahan motivasi bagi saya jika dipanggil Timnas Indonesia. Wajah saya mungkin bule, tapi jiwa saya 100 persen Indonesia!” tandas Ilija Spasojevic.

Baca juga artikel terkait ILIJA SPASOJEVIC atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Iswara N Raditya