tirto.id - Ada marga khas Minahasa yang terselip di skuad kedua Ajax Amsterdam musim ini, Walian. Sang penyandang marga itu adalah seorang pemuda bernama Ezra, lengkapnya Ezra Harm Ruud Walian. Ayahnya, Glenn Walian, memang pria asli Manado, Sulawesi Utara. Sementara ibunda Ezra, Linda Bos, adalah wanita Belanda tulen.
Ezra memang belum memperkuat tim utama Ajax yang berlaga di liga tertinggi Belanda, Eredivisie. Lelaki 19 tahun ini masih menjadi bagian dari Jong Ajax atau Ajax II yang berkiprah di Eerste Divisie atau kompetisi kasta kedua. Meskipun begitu, masa depan cerah di rerumputan Eropa terbentang lebar di hadapannya.
Nah, pesepakbola berbakat seperti Ezra Walian inilah yang sedang diburu oleh PSSI. Di bawah komando Edy Rahmayadi selaku ketua umum terbaru, PSSI sudah mengantongi setidaknya 12 nama pemain muda yang kini sedang merumput di luar negeri, baik berdarah murni Indonesia ataupun blasteran.
PSSI-nya Edy Rahmayadi memang tidak alergi dengan pemain naturalisasi, terlebih untuk pesepakbola yang masih berusia belia. Mereka ini nantinya diharapkan menjadi tulang punggung Timnas Indonesia. Program terdekat adalah, mengumpulkan pemain Indonesia yang tersebar di mancanegara untuk mengisi skuad Timnas Indonesia U19 maupun U22.
Indonesia punya 255 juta penduduk seharusnya mampu menghasilkan talenta-talenta sepakbola. Namun, Edy Rahmayadi rupanya kurang sepakat. Menurut pria yang juga menjabat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ini, Indonesia kekurangan pemain bola!
“Penduduk kita sebesar ini, kita hanya punya 67 ribu pemain (sepakbola). Kita kekurangan pemain, dan itu membuat kita ke depannya mencari pemain naturalisasi dalam rangka memperkuat timnas. Kita memerlukan pemain yang berkualitas. Jangankan mencapai kualitas, kuantitas pemain saja belum terpenuhi,” sebutnya.
Itulah mengapa, PSSI kini gencar mencari pemain muda yang tengah berkiprah di luar negeri, termasuk Ezra Walian yang hampir pasti beralih paspor menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). PSSI dibantu Kemenpora dan pihak-pihak terkait lainnya memang mengebut proses naturalisasi pemain ini.
Tentang pemain naturalisasi Timnas Indonesia, baca: "Nasionalisme Sejati Pemain Naturalisasi"
Ezra Walian sendiri masih di persimpangan jalan. Di satu sisi, Ezra menyatakan siap membela negeri ayahnya, bahkan ia mengaku menangis haru setiap kali mendengar “Indonesia Raya” berkumandang. Ezra juga punya kesan mendalam dengan jersey Garuda yang dibelikan sang ayah usai Indonesia tampil di final Piala AFF 2010 silam.
Akan tetapi, ia juga tidak menampik bahwa dirinya punya hasrat besar untuk bisa memperkuat tim nasional Belanda suatu saat nanti. Apalagi, Ezra memiliki rekam-jejak yang cukup bagus di timnas muda De Oranje. Ia pernah menjadi anggota skuad Belanda U15, U16, hingga U18, meskipun masih bisa membela Indonesia.
“Setiap tahun saya melakukan yang terbaik, dan jika mereka (tim nasional Belanda) memanggil saya, tentu saya akan bermain untuk mereka suatu saat nanti,” ungkap Ezra dalam suatu wawancara.
“Begitupun dengan Timnas Indonesia. Saya mencintai keduanya, dan saya belum tahu nanti akan bermain untuk yang mana,” lanjutnya.
Jika Ezra masih mengambang, tidak demikian halnya dengan Emil Audero Mulyadi yang menegaskan bahwa ia memilih tim nasional Italia ketimbang Indonesia. “Saya hanya ingin memperkuat Italia. Memang benar saya lahir di Indonesia, namun saya tidak memiliki paspor Indonesia," tandasnya.
Siapakah si Mulyadi ini? Nama belakangnya memang Indonesia banget kendati ia bukan lahir di Jawa, melainkan di Mataram, Nusa Tenggara Barat, pada 18 Januari 1997. Catat, Emil Audero Mulyadi adalah kiper ketiga Juventus di Serie A maupun Liga Champions, juga mantan pemain Italia U15, U16, U17, dan U18. Ia calon penerus Gianluigi Buffon!
Tak usah jauh-jauh ke Eropa. Di benua tetangga, Australia, ada pula pesepakbola berdarah Indonesia, namanya Samuel Nainggolan. Sama seperti Emil, gelandang muda kelahiran 7 Desember 1996 ini juga mantap memilih untuk tidak membela Indonesia di level internasional.
“Saya dibesarkan di Australia dan untuk bisa bermain bagi Socceroos (julukan tim na Australia) adalah mimpi yang menjadi kenyataan,” tegas Samuel yang kini bermain untuk Brisbane City.
Samuel tampaknya ingin mengikuti jejak pesepakbola top yang kebetulan semarga dengannya, Radja Nainggolan. Pemain keturunan Batak yang menjadi andalan AS Roma itu tidak akan pernah merumput untuk tim Merah-Putih karena telah memperkuat Belgia, termasuk di Piala Eropa 2016 lalu.
Emil maupun Samuel, dan tentu saja Radja, pastinya punya alasan kuat terkait pilihan mereka tersebut. Dan pertimbangan itu sudah menjadi kewajaran, bahkan bagi masyarakat Indonesia sendiri. Sepakbola adalah jalan hidup serta pertaruhan karier untuk masa depan, dan persepakbolaan nasional, baik di level klub maupun timnas, masih jauh dari kata ideal.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti