tirto.id - Presiden Indonesia keenam, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sedang menggadang-gadang Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) untuk jadi gubernur DKI.
Empat partai politik yang menyebut diri Koalisi Cikeas telah mengusung AHY yang terakhir berpangkat Mayor Inf bersama mantan Deputi bidang Kebudayaan dan Pariwisata Pemprov DKI Jakarta Sylviana Murni maju dalam Pilkada.
SBY sangat serius mengusung mereka untuk memenangkan Pilkada DKI Jakarta.
Selasa (7/2/2017) malam di saat acara Dies Natalis ke-15 Partai Demokrat di JCC, Senayan, Jakarta, akan ditutup SBY—yang suka bernyanyi—mengajak peserta menyanyikan lagu Munajat Cinta, ciptaan Ahmad Dhani.
”Ini ada yang meminta kita menutup [acara] dengan satu lagu. Lagunya Munajat Cinta. Tapi refrainnya tolong diganti," ujar Ketua Umum Partai Demokrat ini.
“Tuhan kirimkanlah aku, gubernur yang baik hati yang mencintai rakyatnya apa adanya,” pesannya kepada hadirin.
Dengan nada rendah dan suara menggelegar, SBY mulai mengambil nada untuk menyanyi. JCC riuh, suara sumbang SBY bercampur dengan nada dari keyboard, dan teriakan para hadirin.
SBY bersemangat menyanyikan lagu itu.
Rabu siang ini, melalui akun twitter pribadinya @SBYudhoyono, ia lagi-lagi berpesan layaknya orang tua kepada anaknya. Kuliahnya via Twitter, seperti bernada mengimbau kepada para anak muda atau mahasiswa untuk tidak menjadi alat politik.
”Hati-hati terhadap 'brainwash' politik. Para orang tua & negara, berharap semua mahasiswa sukses & punya masa depan yg gemilang. *SBY*,” tulisnya.
Pernyataan via Twitter ini merupakan rangkaian kicauan SBY setelah peristiwa pada Senin sore (6/2/2017) lalu, ketika rumahnya di bilangan Kuningan Jakarta, digeruduk mahasiswa.
Sebagai seorang mantan Presiden RI, ia seperti merasa terhina. Sudah seharusnya ia mendapatkan penghormatan dan perlindungan. Lantaran itu ia bertanya kepada Presiden Jokowi dan Kapolri soal jaminan perlindungan itu.
“Saya bertanya kpd Bapak Presiden & Kapolri, apakah saya tidak memiliki hak utk tinggal di negeri sendiri, dgn hak asasi yg saya miliki? *SBY” ujarnya.
Menjelang coblosan Pilkada 15 Februari 2017, suku politik memang makin panas. SBY pun berkali-kali curhat di media sosial. Yang terbaru tentu saja dorongan agar para mahasiswa berhati-hati soal politik. Pernyataan ini mengingatkan kita pada pernyataan SBY saat masih menjabat sebagai presiden.
Saat dia menjabat sebagai Presiden, di hadapan 1.092 taruna akademi TNI dan Polri lulusan tahun 2009 para perwira lulusan akademi TNI dan Polri ia wanti-wanti agar mereka tidak punya cita-cita menjadi kepala daerah.
"Yang tidak benar kalau kalian memasuki akademi TNI Polisi lantas cita-citanya ingin menjadi bupati, waikota, gubernur, pengusaha, dan lain-lain. Tidak tepat," ujarnya seperti diwartakan Antara News, Selasa, 22 Desember 2009.
Nasihat itu ia sampaikan saat memberikan pengarahan kepada taruna, pengasuh, dan perwira TNI-Polri di Graha Samudra Bumi Moro, Markas Komando Armada Kawasan Timur, Surabaya pada Selasa malam.
Lebih lanjut, menurut pemberitaan itu, SBY berharap semua seorang prajurit fokus pada karier di lingkungannya masing-masing. Tapi SBY juga memberikan pengecualian, katanya:
"Bisa saja dalam perjalanan kehidupan nanti ada dinamika, takdir, jalan kehidupan kalian memasuki profesi yang lain, tapi saya ingin hati dan pikiran kalian semua mulai besok saya lantik hanya satu ingin berbakti dan mengabdi di lingkungan TNI Polri dan berhasil menjadi perwira."
"Hanya dengan cara itulah kalian berhasil menghadapi rintangan dan tantangan tugas yang tidak ringan," ujarnya lagi.
Ketika SBY berpetuah, AHY memang tidak ada di forum itu. Saat itu AHY menjadi Pama Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan di Kementerian Pertahanan. Masih panjang kariernya setidaknya sampai SBY turun jabatan selama dua periode lalu.
Bagi SBY dan politik yang dinamis, lain 2009, lain pula 2016. Jumat, 23 September 2016, dini hari di Cikeas, SBY memutuskan mendorong anaknya untuk menjadi gubernur DKI Jakarta.
Medrial Alamsyah, Direktur Eksekutif Study For Indonesia kepada Tirto, pada Jumat (23/9/2016) pernah menyampaikan bahwa munculnya Agus dalam panggung politik di Jakarta bisa dibaca sebagai upaya SBY demi melanjutkan politik dinasti.
“SBY selama ini memperlakukan partai seperti milik keluarga. Sekarang ketua umum dia, dulu anaknya (Ibas) sekjen. Jadi bagi dia, Demokrat ya milik SBY,” katanya.
Masih menurut Medrial, Agus dimunculkan agar mulai memiliki curriculum vitae (CV) di politik. Menjadi calon gubernur DKI merupakan tempaan pengalaman politik bagi AHY dan sekaligus sebagai batu lompatan untuk “masa depan yang gemilang.”
“Partai Demokrat bakal diberikan kepada Agus untuk berkiprah di politik. Bisa jadi kita bicara 2019 atau 2024. Dia kan masih muda. Kalah atau menang, bagi SBY kalah adalah investasi jangka panjang,” katanya.
Namun, saat itu Medrial tak menyebutkan jika AHY menang dalam Pilkada DKI 2017, keuntungannya bisa langsung dipetik--bukan sekadar investasi jangka panjang.
Penulis: Agung DH
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti