Menuju konten utama

Mimpi Buruk: Penyebab dan Cara Mengatasinya

Ketahui segala hal tentang mimpi buruk, penyebab dan cara mengatasinya.

Mimpi Buruk: Penyebab dan Cara Mengatasinya
Ilustrasi Mimpi Buruk. foto/istockphoto

tirto.id - Mimpi buruk adalah mimpi yang menakutkan atau mengganggu. Tema-tema mimpi buruk sangat bervariasi dari orang ke orang, tetapi tema umum termasuk dikejar, jatuh, merasa hilang atau terjebak.

Mimpi buruk dapat menyebabkan seseorang merasakan berbagai emosi, termasuk:

  • Marah,
  • Kesedihan
  • Kesalahan
  • Takut
  • Kegelisahan

Seseorang akan terus mengalami emosi ini bahkan setelah dirinya bangun. Orang-orang dari segala usia bisa memiliki mimpi buruk.

Namun, mimpi buruk lebih sering terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah 10 tahun. Anak perempuan lebih cenderung terganggu oleh mimpi buruk mereka daripada anak laki-laki.

Seperti dilansir dari Healthline,mimpi buruk tampaknya menjadi bagian dari perkembangan yang normal, dan kecuali dalam kasus gangguan stres pasca-trauma (PTSD).

Mimpi buruk biasanya bukan gejala dari kondisi medis atau gangguan mental yang mendasarinya.

Namun, mimpi buruk bisa menjadi masalah jika mereka bertahan dan mengganggu pola tidur. Ini dapat menyebabkan insomnia dan kesulitan beraktivitas di siang hari.

Penyebab Mimpi Buruk

Mimpi buruk dapat dipicu oleh berbagai faktor, termasuk:

  • Film, buku, atau videogame yang menakutkan
  • Ngemil sebelum tidur
  • Penyakit atau demam
  • Obat-obatan, termasuk antidepresan, dan narkotika
  • Alat bantu tidur
  • Penyalahgunaan alkohol atau narkoba
  • Efek dari obat tidur atau obat penghilang rasa sakit
  • Stres, kecemasan, atau depresi
  • Sleep apnea, suatu kondisi di mana pernapasan terganggu selama tidur
  • Narkolepsi, gangguan tidur yang ditandai dengan rasa kantuk yang ekstrem di siang hari diikuti oleh tidur siang yang cepat
  • PTSD, gangguan kecemasan yang sering berkembang setelah menyaksikan atau mengalami peristiwa traumatis, seperti pemerkosaan atau pembunuhan
Mimpi buruk tidak sama dengan sleepwalking, juga disebut somnambulism, yang menyebabkan seseorang berjalan sambil tidur.

Mimpi buruk berbeda dari teror malam, juga dikenal sebagai teror tidur. Anak-anak yang memiliki teror tidur malam biasanya tidak mengingat insiden di pagi hari.

Mereka juga memiliki kecenderungan untuk berjalan-jalan atau buang air kecil di tempat tidur saat teror malam hari. Teror malam biasanya berhenti begitu seorang anak mencapai pubertas.

Namun, beberapa orang dewasa mungkin mengalami teror malam dan mengalami pengingatan mimpi yang terbatas, terutama selama masa-masa stres.

Mendiagnosis Mimpi Buruk

Sebagian besar anak-anak dan orang dewasa mengalami mimpi buruk dari waktu ke waktu.

Namun, perlu menjadwalkan janji temu dengan dokter jika mimpi buruk terus berlanjut dalam jangka waktu yang lama, mengganggu pola tidur, dan mengganggu aktivitas di siang hari.

Dokter biasanya akan bertanya kepada orang yang mengalami mimpi buruk tentang penggunaan stimulan, seperti kafein, alkohol, dan obat-obatan terlarang tertentu.

Mereka juga akan bertanya tentang resep atau obat-obatan dan suplemen apa saja yang sedang dikonsumsi.

Jika yakin ada obat baru yang memicu mimpi buruk, tanyakan kepada dokter apakah ada pengobatan alternatif yang bisa dicoba.

Tidak ada tes khusus untuk mendiagnosis mimpi buruk. Biasanya, dokter akan menyarankan untuk menjalani studi tidur.

Selama studi tidur, seseorang menghabiskan malam di laboratorium. Sensor memonitor berbagai fungsi, termasuk:

  • Denyut jantung
  • Gelombang otak
  • Pernafasan
  • Kadar oksigen darah
  • Gerakan mata
  • Gerakan kaki
  • Ketegangan otot

Jika dokter mencurigai bahwa mimpi buruk yang dialami disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya, seperti PTSD atau kecemasan, maka mereka dapat melakukan tes lain.

Mengobati Mimpi Buruk

Perawatan biasanya tidak diperlukan untuk mimpi buruk. Namun, masalah kesehatan medis atau mental yang mendasarinya harus diatasi.

Jika mimpi buruk terjadi akibat PTSD, dokter mungkin akan meresepkan obat prazosin tekanan darah. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan, obat ini membantu mengobati mimpi buruk yang berkaitan dengan PTSD.

Dokter juga dapat merekomendasikan teknik konseling atau pengurangan stres jika salah satu dari kondisi berikut ini memicu mimpi buruk:

  • Kegelisahan
  • Depresi
  • Merasa tertekan

Dalam kasus yang jarang terjadi, pengobatan untuk gangguan tidur dapat disarankan.

Baca juga artikel terkait MIMPI BURUK atau tulisan lainnya dari Dhita Koesno

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Dhita Koesno
Editor: Agung DH