tirto.id - Mimpi umumnya dialami oleh seseorang dalam kondisi tidur alias tidak sadar. Peristiwa dalam mimpi jamaknya berada di luar kontrol kesadaran seseorang.
Namun, beberapa orang mengalami kondisi berbeda. Ia sadar ketika tengah bermimpi. Kondisi tak biasa itu disebut sebagai lucid dream.
Lantas, apa itu lucid dream? Untuk memahami lebih dalam, simak penjelasannya di bawah ini, mulai dari cara melakukan hingga risikonya.
Apa Itu Lucid Dream?
Dalam bahasa Inggris, lucid dream artinya mimpi jernih atau mimpi yang jelas.
Secara definitif, lucid dream adalah kondisi ketika seseorang tertidur tetapi menyadari bahwa ia sedang berada di alam mimpi. Di samping itu, orang yang sedang bermimpi cenderung dapat mengendalikan alur mimpi dan aspek lingkungannya.
Namun menurut Sleep Foundation, terdapat penelitian yang menemukan bahwa pengendalian aspek lingkungan saat bermimpi tidak selalu terjadi.
Umumnya, hal ini terjadi saat tidur memasuki tahapan gerakan mata cepat atau Rapid Eye Movement (REM).
Dilansir Healthline, diperkirakan sekitar 55 persen orang dewasa pernah mengalami setidaknya satu kali lucid dream sepanjang hidupnya. Sementara itu, 23 persen orang mengalami lucid dream sedikitnya sekali dalam sebulan. Sadar dalam mimpi adalah bentuk metakognisi, kesadaran di atas kesadaran.
Beberapa orang menceritakan bahwa saat mengalami lucid dream, seluruh kejadian terasa jelas dan nyata. Oleh karena itulah lucid dream artinya mimpi yang jelas.
Di sisi lain, sebagian mengalaminya dengan situasi mimpi yang terasa sedikit kabur atau tidak terlalu jelas. Namun, ada juga yang pengalamannya berbeda-beda setiap kali mengalami lucid dream.
Dalam 20 tahun terakhir, psikofisiologi bernama Dr. Stephen LaBerge telah menjadi pionir penelitian lucid dream. Dia menciptakan salah satu teknik lucid dream dan menginisiasi banyak penelitian ilmiah tentang subjek tersebut.
Karyanya memantik peneliti lain untuk menemukan manfaat terapeutik dari fenomena lucid dream. Fenomena ini dinilai berpotensi mampu mengatasi masalah psikis, seperti PTSD, mimpi buruk yang berulang, serta kecemasan.
Karenanya fenomena ini mungkin dapat menjadi penawar dari fenomena saat tidur yang berpotensi menimbulkan trauma seperti fenomena tindihan, hingga anxiety dream.
Bagaimana Cara Melakukan Lucid Dream?
Umumnya, lucid dream terjadi secara spontan tidak direncanakan sebelumnya oleh si pemimpi. Dengan asumsi ini, artinya, tidak ada cara lucid dream secara khusus yang bisa dilakukan.
Di samping itu, tidak ada cara lucid dream dengan cepat. Cara melakukan lucid dream masih menjadi topik penelitian hingga saat ini.
Dikutip dari Jurnal Scientific Report No. 2636 Vol. 8 (2018), ditemukan sebanyak 18 dari 21 pasien narkolepsi yang mengalami lucid dream saat tidur siang di laboratorium. Namun, beberapa orang masih belum bisa mengendalikan mimpinya dengan baik.
Meski begitu, ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk memicu fenomena lucid dream demi mengatasi mimpi buruk. Dikutip dari Sleep Advisor, berikut adalah beberapa cara melakukan lucid dream untuk pemula.
1. Pengujian Realitas
Pengujian realitas atau reality testing dapat menjadi sebuah pelatihan mental alternatif yang bisa menjadi salah satu cara melakukan lucid dream. Metode ini dapat meningkatkan metakognisi dengan melatih pikiran Anda agar menjadi terjaga dan bermimpi.Hal ini mungkin memiliki keterkaitan dengan korteks prefrontal otak yang berperan dalam pengujian realitas dan mimpi sadar. Untuk mencoba pengujian realitas, Anda dapat mengikuti langkah berikut:
- Tanyakan pada diri sendiri, “Apakah saya sedang bermimpi?”
- Periksa lingkungan sekitar untuk memastikan apakah Anda sedang bermimpi
- Perhatikan kesadaran diri sendiri dan cara Anda berinteraksi dengan lingkungan sekitar
- Anda dapat menyalakan alarm setiap 2 sampai 3 jam sebagai pengingat untuk melakukan pengecekan realitas
- Memperhatikan hal berikut untuk memeriksa realitas saat bermimpi:
- Perhatikan cermin, periksa bayangan untuk melihat apakah wujud Anda terlihat normal.
- Dorong tangan Anda ke dinding atau meja dan lihat apakah tangan Anda menembus benda padat tersebut.
- Perhatikan tangan Anda, pastikan bentuk tangan terlihat normal.
- Jika Anda bermimpi, waktu pada jam akan terus berubah, namun saat bangun waktu tidak akan berubah.
- Periksa pernafasan Anda, biasanya dilakukan dengan mencubit hidung untuk memastikan pernafasan berlangsung baik. Apabila nafas tidak tercekat setelah hidung dicubit, artinya Anda sedang bermimpi.
2. Wake Back to Bed (WBTB)Cara lucid dream yang kedua adalah melakukan metode Wake Back to Bed (WBTB) atau bangun kembali ke tempat tidur. Berikut adalah teknik WBTB yang dapat dilakukan:
- Atur alarm 5 jam setelah waktu Anda tidur.
- Saat alarm berbunyi, tetap terjaga selama 30 menit, isi dengan aktivitas tenang seperti membaca.
- Setelah 30 menit, tidurlah kembali.
- Saat inilah kemungkinan besar Anda mengalami lucid dream. Setelah bangun dari mimpi sadar, lakukan aktivitas apapun yang membutuhkan kewaspadaan penuh.
3. Mnemonic Induction of Lucid Dreams (MILD)Stephen LaBerge, dkk. pernah menemukan salah satu cara melakukan lucid dream melalui studinya berjudul "Pre-sleep treatment with galantamine stimulates lucid dreaming: A double-blind, placebo-controlled, crossover study" (2018). Cara lucid dream itu adalah Mnemonic Induction of Lucid Dreams atau Induksi mnemonic lucid dream.
Seperti namanya, teknik ini dimanfaatkan untuk menginduksi lucid dream dengan menekankan sugesti diri. Berikut cara lucid dream untuk pemula dengan metode MILD.
- Saat mulai tertidur, pikirkan mimpi yang Anda alami baru-baru ini.
- Identifikasi “tanda mimpi” atau sesuatu yang tidak teratur atau aneh dalam mimpi, contohnya kemampuan terbang.
- Pikirkan tentang kembali ke mimpi, sadarilah bahwa tanda mimpi tersebut hanya terjadi saat bermimpi.
- Katakan dan ingat kalimat berikut di kepala Anda “Lain kali saya bermimpi, saya ingin mengingat bahwa saya sedang bermimpi”. Latihan MILD ini dapat Anda praktikan setelah terbangun di tengah mimpi agar ingatan mimpi tersebut segar dalam ingatan.
4. Stimulasi EksternalCara lucid dream berikutnya adalah stimulasi eksternal. Metode ini melibatkan kilatan lampu dan rangsangan lain yang diaktifkan saat pemimpi berada dalam fase REM. Orang yang tidur akan memasukkan rangsangan ini ke dalam mimpi sehingga memicu lucid dream.
5. Matikan Semua Layar Elektronik
Berbanding terbalik dengan stimulasi eksternal yang mengaktifkan stimulasi, menurut Sleep Advisor, metode ini justru mematikan semua perangkat elektronik. Perangkat elektronik dengan layar yang memancar dimatikan setidaknya satu jam sebelum tidur. Kamar harus dibuat segelap mungkin untuk memicu produksi melatonin, hormon yang menstimulasi tidur.Resiko Lucid Dream
Terdapat dampak positif dan negatif yang menempel pada jenis lucid dream. Dalam beberapa penelitian, mimpi ini memiliki dampak positif karena berpotensi menjadi penawar mimpi buruk.
Adapun, penelitian lain menyebutkan bahwa lucid dream dapat berdampak negatif karena mengganggu kualitas tidur dan menyebabkan pemimpi sulit membedakan batas antara mimpi dan kenyataan.
Diketahui bahwa lucid dream memiliki sederet manfaat, seperti mengendalikan mimpi, meningkatkan kreativitas, mengurangi ketakutan, meningkatkan keterampilan motorik hingga mengontrol mimpi buruk.
Meski begitu, dilansir Sleep Advisor terdapat sejumlah resiko lucid dream, di antaranya yakni:
1. Kualitas Tidur Terganggu
Dalam sebuah penelitian berjudul “Sleep Fragmentation and Lucid Dreaming” dalam jurnal Consciousness and Cognition Vol. 84 (2020) dijelaskan, lucid dream memiliki keterkaitan dengan pola tidur yang lebih terfragmentasi.Maksudnya, Anda menjadi terbangun dari tidur beberapa kali sepanjang tidur, menjadikan fase tidur terfragmentasi. Hal ini tentu membahayakan kesehatan Anda, karena gangguan tidur berkaitan erat dengan risiko tekanan darah tinggi.
Meski dianggap sebagai hal sepele, kualitas tidur penting untuk diperhatikan. Penting untuk mengikuti adab saat tidur, termasuk bahkan membaca doa sebelum tidur bagi umat beragama.
2. Dapat Memengaruhi Kesehatan Mental
Lucid dream juga berpotensi memengaruhi kesehatan mental Anda. Dalam beberapa kasus, hal ini dapat menjadi hal positif. Misalnya, dapat membantu mengurangi kecemasan akibat mimpi buruk yang kerap dialami.Namun, sebaliknya bagi pasien psikosis (ketika seseorang terputus dari kenyataan), mimpi sadar justri bisa memperburuk kondisinya. Dalam studi berjudul "Psychosis and the Control of Lucid Dreaming" yang terbit di jurnal Front in Psychology (2016) dijelaskan, pasien psikosis yang melakukan lucid dream mungkin akan mengalami lebih banyak deliria dan halusinasi.
Penulis: Aisyah Yuri Oktavania
Editor: Fadli Nasrudin