tirto.id - Akibat keinginan untuk terus produktif, banyak orang menjadi abai pada kebutuhan tidur. Padahal, tidur adalah aktivitas fundamental bagi setiap orang.
Bahkan tidur bisa termasuk kebutuhan dasar yang sama pentingnya dengan makan dan minum di kehidupan sehari-hari. Karena itu, aktivitas tidur merupakan salah satu objek kajian penting dalam riset kesehatan.
Mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, kebutuhan tidur manusia berbeda-beda berdasarkan usia, yakni sebagai berikut:
- Bayi usia 0 – 1 bulan membutuhkan 14 – 18 jam sehari
- Bayi usia 1 – 19 bulan membutuhkan 12 – 14 jam sehari
- Anak usia 3 – 6 tahun membutuhkan 11 – 13 jam sehari
- Anak usia 6 – 12 tahun membutuhkan 10 jam sehari
- Remaja usia 12 – 18 tahun membutuhkan 8 – 9 jam sehari
- Orang dewasa usia 18 – 40 tahun membutuhkan 7 – 8 jam sehari
- Lanjut usia, membutuhkan tidur 6 – 7 jam sehari.
Akan tetapi, bukan hanya kuantitas waktu tidur yang penting untuk dipenuhi. Mendapatkan tidur yang berkualitas juga tidak kalah penting. Dengan menerapkan pola tidur yang baik, setidaknya seseorang bisa mencegah risiko sejumlah penyakit, seperti hipertensi, obesitas, dan depresi.
Guna memenuhi kebutuhan tidur yang berkualitas, perlu memahami bagaimana siklus dan fungsi fase-fase dalam aktivitas tidur manusia. Fase-fase tidur itu merupakan alasan pentingnya aktivitas ini terpola dengan baik.
Fase Tidur Manusia & Perbedaan NREM, Deep Sleep, REM
Setiap aktivitas tidur manusia, pada umumnya akan melewati dua tipe dasar, yakni keadaan tidur NREM (non rapid eyemovement) dan REM (rapid eye movement). Karena fase NREM terdiri atas 3 tingkatan, termasuk deep sleep, maka fase tidur bisa dibilang terpilah menjadi 4 tahapan.
Berikut penjelasan 4 fase dalam siklus tidur manusia, beserta penjelasan mengenai perbedaan dari masing-masing tahapan itu.
1. Fase Pertama NREM
NREM atau (Non-Rapid Eye Movement) level 1 merupakan tahap peralihan dari keadaan sadar atau terjaga ke keadaan tidur. Berlangsung dengan durasi 10-15 menit, pada tahap ini seseorang akan mengalami penurunan tekanan darah, gerakan mata melambat, relaksasi otot, gerakan tersentak tiba-tiba pada otot atau kaki serta merasakan sensasi seperti terjatuh.
Seseorang akan cenderung mudah untuk dibangunkan atau terbangun pada tahap ini. Umumnya, seiring dengan bertambahnya usia, waktu tidur akan sering dihabiskan pada tahap pertama NREM ini.
2. Fase Kedua NREM
Dengan durasi sekitar 20 menit, fase kedua NREM juga ditandai dengan penurunan fisiologis tubuh. Selama tahap ini, gerakan mata akan berhenti, suhu tubuh menurun, dan aktivitas otak serta jantung akan melambat. Fase ini terjadi menjelang tahap tidur pulas atau deep sleep.
Sebelum memasuki proses tidur lebih dalam (deep sleep), seseorang akan mengalami fase kedua NREM lebih sering atau berulang daripada tahap tidur yang lainnya.
3. Fase Ketiga NREM (Deep Sleep)
Disebut juga dengan fase deep sleep, merupakan tahap tidur yang dibutuhkan oleh seseorang agar merasa lebih segar saat bangun. Pada fase ini, seseorang akan jauh lebih sulit untuk dibangunkan.
Namun, jika seseorang bangun tepat pada fase deep sleep, kebingungan dan kehilangan arah akan mengikutinya seketika. Hal ini akibat gelombang delta yang menyebabkan tidur nyenyak. Selain itu, di tahap ini kondisi tekanan darah dan pernapasan menjadi sangat rendah.
Tidak ada gerakan mata dan tubuh saat tidur memasuki fase deep sleep. Pengalaman mimpi buruk hingga mengigau juga sering terjadi pada tahap ini.
Pada fase ini, hormon pertumbuhan dilepaskan guna mengisi kembali otot dan jaringan yang telah digunakan. Sementara itu, hormon pengontrol nafsu makan dilepaskan agar dapat mencegah rasa lapar berlebihan saat bangun.
Selama fase deep sleep tersebut, oksigen dan nutrisi dalam darah yang mengalir ke otot juga akan meningkat. Proses ini dibutuhkan untuk tahap pemulihan tubuh.
4. Fase REM
Tahap REM berlangsung sekitar 90 menit setelah tidur dimulai. Pernapasan akan semakin cepat dan tidak teratur pada tahap ini. Tekanan darah juga aktivitas jantung menjadi tinggi hingga mendekati tingkat sadar. Saat tertutup, mata juga bergerak dengan cepat dari sisi ke sisi yang lain.
REM merupakan bentuk tidur aktif yang biasanya disertai dengan mimpi dan aktifnya otak. Dikutip dari laporan penelitian berjudul “Fungsi Tidur dalam Manajemen Kesehatan” dalam Jurnal Majority (2019), 80 persen mimpi terjadi selama fase tidur REM.
Lebih lanjut, pada fase REM ini, darah yang mengalir ke otak menjadi lancar dan berperan untuk memelihara fungsi kognitif. Karena itu, proses pengorganisasian informasi, juga memori jangka panjang, sangat bergantung pada fase tidur REM.
Dengan demikian, perbedaan fase tidur NREM, deep sleep dan REM dapat dilihat pada tahapan siklus tidur, kondisi fisiologis, juga peranannya bagi tubuh. Secara siklus, fase NREM dialami lebih dulu oleh seseorang saat tertidur, baru kemudian deep sleep, dan berlanjut hingga fase REM. Fase- fase itu akan terus berulang selama seseorang sedang tidur.
Penulis: Galih Ayu Palupi
Editor: Addi M Idhom