Menuju konten utama

Pengaruh Mimpi Buruk bagi Kesehatan, dari Stres Hingga Bipolar

Pada beberapa kasus, mimpi buruk bisa mengakibatkan gangguan bipolar dan skizofrenia.

Pengaruh Mimpi Buruk bagi Kesehatan, dari Stres Hingga Bipolar
Ilustrasi tidur siang. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Apakah mimpi terburuk yang pernah Anda rasakan? Jatuh ke jurang, gigi bawah Anda tanggal, melihat teman dekat Anda sakit, atau malah melihat anggota keluarga meninggal?

Sesekali dalam mimpi kita bangun dengan ketakutan yang membuat jantung berdebar. Saat kita menceritakannya ke orang tua atau teman, mereka mungkin akan menjawab itu hanya sekedar mimpi. Tetapi apakah mimpi buruk ini benar-benar tidak memiliki pengaruh dalam kualitas hidup kita?

Penelitian mengatakan mimpi buruk bisa menjadi indkator kesehatan mental. Mimpi buruk seperti kecemasan bisa menjadi awal gangguan stress pasca trauma dan depresi.

Penelitian dengan judul Thematic and Content Analysis of Idiopathic Nightmares and Bad Dreams memperkirakan 2 persen hingga 8 persen orang dewasa tidak bisa beristirahat karena mimpi buruk membuat pola tidur mereka menjadi tidak teratur.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Sleep ini melibatkan 351 mimpi buruk orang dewasa dan diteliti pengaruhnya terhadap kesehatan.

Gangguan tidur ini akhirnya berujung pada insomnia, yang membuat beberapa penderitanya merasakan masalah tidur. Penderita yang cemas dan khawatir ini selanjutnya akan berpengaruh pada kinerja pekerjaan esok harinya. Kecemasan yang terus menerus inilah yang akhirnya akan mengakibatkan stres.

Sebuah fenomena yang disebut gangguan perilaku tidur atau Rapid Eye Movement (REM) juga bisa menjadi pertanda gangguan kesehatan.

REM ditunjukkan dengan seseorang yang bertindak agresif seperti berteriak dan melompat dari tempat tidur akibat mimpi yang ia rasakan. Menurut penelitian, hal ini bisa memprediksi penyakit neurologis seperti penyakit parkinson.

REM terjadi saat kita baru saja tertidur. Ada empat tahap tidur, yaitu tiga yang pertama ditandai dengan gerakan mata lambat dan yang keempat adalah gerakan mata cepat atau REM. Mimpi terjadi pada tahap REM, ketika otot-otot mulai istirahat.

Parkinson yang berkembang akibat REM dilaporkan 80 persen di antaranya terjadi karena gangguan tidur.

Penelitian dari University of Toronto menunjukkan, beberapa orang dengan kelainan ini mengalami degenerasi di area otak yang mengendalikan tidur REM. Gangguan ini disebabkan oleh mekanisme yang sama yang mendasari penyakit neurologis.

“Keadaan kita saat di fase REM juga sangat terkait dengan kesehatan emosional. Sejumlah informasi dapat diprediksi dengan melihat seberapa cepat REM terjadi, termasuk apakah mereka mungkin mengalami depresi dalam waktu beberapa minggu," kata Jason Ellis, direktur Pusat Penelitian Tidur Universitas Northumbria sperti dilansir CNN.

Pada beberapa kasus, mimpi buruk bisa mengakibatkan gangguan bipolar dan skizofrenia. Rata-rata manusia memiliki setidaknya satu mimpi buruk setiap minggu minggu.

Tetapi jika seseorang sering mengalami mimpi buruk yang beruntun itu sudah tidak normal dan harus diobati.

Beberapa teori berpendapat bahwa mimpi buruk dapat menjadi cara bagi otak kita untuk mengatasi dan memproses ingatan yang tidak menyenangkan. Sebagaimana kita sadari, mimpi adalah representasi dari keinginan kita, beberapa di antaranya bermain dengan cara yang aneh.

“Mimpi juga bisa menjadi latihan untuk memecahkan masalah. Selama mimpi buruk, emosi dan masalah yang kita temui pada siang hari berubah menjadi sikap dan skenario untuk membantu kita memahami dan mengelolanya dengan lebih baik, terutama untuk kesehatan psikologis,” jelas Ellis

Baca juga artikel terkait MIMPI atau tulisan lainnya dari Febriansyah

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Febriansyah
Editor: Yulaika Ramadhani