Menuju konten utama

Mewaspadai Puncak Arus Mudik

Tambahan infrastruktur baru di jalur mudik Pulau Jawa memberikan warna baru pada musim mudik tahun ini. Pemerintah telah menambah 96 km ruas jalan tol baru di Pulau Jawa. Para pemudik bakal memiliki banyak jalur pilihan. Penambahan sarana ini diharapkan bisa menekan gelombang puncak arus mudik yang selama ini sulit dikendalikan.

Mewaspadai Puncak Arus Mudik
Sejumlah kendaraan memadati ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek, di Bekasi, Jawa Barat. ANTARA FOTO/Risky Andrianto

tirto.id - Puncak arus mudik selalu terjadi ketika masa cuti bersama mulai berlangsung. Khusus tahun ini, libur Lebaran bertepatan dengan hari libur sekolah. Selain itu, beberapa perusahaan mulai menerapkan waktu libur sejak awal Juli 2016. Kondisi semacam ini akan menentukan kapan titik puncak musik mudik khususnya di jalur darat Pulau Jawa.

Pengelola tol PT Jasa Marga justru memperkirakan puncak arus mudik 2016 di lintasan jalur Tol Jakarta-Cikampek, bakal jatuh pada Jumat (1/7/2016). Jumat merupakan favorit mudik menjelang akhir pekan, dan tepat dimulainya libur lebaran.

“Masyarakat mulai libur pada Senin (4/7/2016), namun mereka akan memilih berangkat ke kampungnya pada Jumat (1/7/2016) agar lebih lama di kampungnya,” kata Humas PT Jasa Marga Jakarta-Cikampek Iwan Abrianto seperti dikutip dari Antara.

Berbeda dengan Jasa Marga, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperkirakan puncak arus mudik tidak terjadi pada Jumat. Hal itu berdasarkan survei persiapan mudik Lebaran 2016. Hasilnya, dari 6900 lebih responden di Jabodetabek mengungkapkan akan memilih mudik pada Minggu, 3 Juli 2016. Pada tanggal ini diperkirakan akan terjadi puncak arus mudik untuk angkutan darat seperti jalan tol. Sedangkan arus balik diperkirakan puncaknya terjadi pada 10 Juli 2016 saat masa akhir liburan lebaran.

Mudik dan Puncak Pemborosan

Jumlah kendaraan pada saat puncak arus mudik, diperkirakan tidak berbeda jauh dibandingkan tahun 2015 yakni di bawah 119 ribu kendaraan. PT Jasa Marga mensinyalir jalanan bakal didominasi kendaraan pribadi dan umum yang mengarah ke ruas jalan Tol Cikopo-Palimanan (Cipali).

Selanjutnya pada Sabtu (2/7/2016) dan Minggu (3/7/2016), arus mudik yang melewati ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek diperkirakan bakal dipadati kendaraan yang mengarah ke Purwakarta, Bandung, dan Cikampek. Lonjakan kepadatan kendaraan berikutnya yang melewati ruas jalan Tol Jakarta-Cikampek, diprediksi terjadi tepat di Hari Raya Idul Fitri, yakni setelah shalat Ied.

Instruksi Presiden Jokowi dan strategi menghilangkan kemacetan di berbagai gerbang tol diharapkan bisa menjadi sebuah solusi yang ampuh. Selama ini, kemacetan di berbagai gerbang tol telah menimbulkan kerugian sekitar belasan miliar dari penghamburan BBM dari setiap mobil yang terjebak macet.

Kemacetan panjang tidak membuat para pengendara mematikan mesin mobilnya. Salah satu penyebab, tak lain karena harus menyalakan mesin agar pendingin atau AC tetap jalan dan kabin terasa nyaman.

Berdasarkan penghitungan yang dilakukan autobild.co.id, saat mobil tak berjalan tapi mesin dan AC tetap menyala, konsumsi BBM tetap berjalan.

Untuk mobil dengan kapasitas 1.000 cc, mesin membutuhkan sekitar 1,2 liter hingga 2 liter per jam. Sedangkan mobil berkapasitas 3.000 cc, memerlukan sekitar 2 liter per jam. Jika diambil rata-rata, maka akan diperoleh angka 1,6 liter per jam.

Berdasarkan pengalaman mudik tahun lalu, pada H-2, ruas Jakarta-Brebes yang seharusnya ditempuh empat jam, ternyata membutuhkan waktu tambahan karena macet hingga 3,5 jam. Jika ditambah jarak tempuh normal, total diperlukan 7,5 jam.

Jika arus mudik mulai H-7 (10 Juli 2015) hingga H+9 (15 Juli 2015), maka bisa diambil angka minimal setiap mobil bakal berhenti untuk 2 jam dengan kondisi mesin tetap hidup. Artinya, bakal terjadi pemborosan BBM sebanyak 2 jam dikalikan 1,6 liter BBM atau 3,2 liter BBM.

Selama musim mudik 2015, PT Lintas Marga Sedaya pengelola Tol Cipali, memiliki data total arus mudik yang melalui Tol Cipali. Puncak kepadatan terjadi pada H-2 (15 Juli 2015), dengan jumlah kendaraan mencapai 63.872 kendaraan atau emat kali lipat dibanding kondisi normal.

"Total arus mudik yang masuk melalui gerbang Tol Cikopo ke arah Palimanan sejak H-7 hingga H+9 tercatat 524.339 kendaraan," ujar Wakil Direktur Utama PT Lintas Marga Sedaya, Hudaya Arryanto, seperti dikutip Kompas.com, pada Minggu (26/7/2015).

Sebanyak 524.339 kendaraan dikalikan 3,2 liter, maka terjadi pemborosan BBM sebanyak 1.677.884,8 liter. Anggap saja semua mobil menggunakan premium, yang merupakan jenis BBM paling banyak digunakan pada akhir 2014, sebagai hasil kajian Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jika saat ini harga premium Rp 6.450/liter, maka kerugian mencapai Rp10.822.356.960 atau Rp10,8 miliar. Sebuah angka yang cukup fantastis.

Bagi para pemudik menghadapi titik puncak arus mudik terutama jalur darat di Jawa menjadi pilihan. Ada beberapa orang berkegiatan mudik dengan bermacet-macet di jalan raya, demi sebuah “kenikmatan”. Ada pula yang memilih menghindari mudik karena tak mau macet apalagi saat terjadi puncak arus mudik. Selama Mudik!

Baca juga artikel terkait EKONOMI atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Kukuh Bhimo Nugroho
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Suhendra