Menuju konten utama

"Tegal atau Pekalongan akan Menjadi 'Neraka' "

Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) termasuk fokus menangani persoalan transportasi darat khususnya jaringan jalan tol jelang lebaran 2016. Namun, yang jadi persoalan apakah kendaraan-kendaraan yang melintas sudah layak?

Presidium Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Ipoeng Poernomo. (doc. pribadi)

tirto.id - Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) menilai moda angkutan darat masih belum siap untuk menghadapi arus mudik lebaran tahun ini. MTI menilai 80 persen bus yang dikelola operator tidak layak jalan. Upaya perbaikan sarana dan prasarana mudik juga diperkirakan tak akan banyak menekan kemacetan di jalan raya.

Presidium MTI Ipoeng Poernomo menjabarkan pandangannya terhadap persoalan ini kepada tirto.id, pada Selasa (22/6/2016).

Bagaimana Anda melihat persiapan pemerintah menangani mudik 2016?

Secara infrastruktur, sarana dan prasarana, tentunya sudah lebih baik. Kereta api sudah mulai jalan melalui double track. Angkutan udara kesiapannya juga bagus.

Tapi angkutan darat paling parah karena bus dikelola oleh anggota Organda. Masing-masing setelah dicek ternyata kurang siap, baik dari kelengkapan maupun safety. Walaupun dari sisi kapasitas sudah mencukupi, namun karena tidak siap memenuhi aturan, bisa jadi bermasalah dan tidak cukup kapasitasnya.

Bagaimana solusinya? Pemerintah harus membantu dengan cara apapun. Entah menambah kereta atau bus yang masih bagus, atau segera membantu operator memperbaiki armada busnya.

Berapa persen kesiapan angkutan darat?

Bus tidak layak mencapai 80 persen. Kan seram sekali. Masih ada waktu seminggu untuk me-repair dan men-service. Kita melakukan random check ke berbagai terminal, digabung dengan berbagai informasi yang sudah dikumpulkan Pemda DKI Jakarta ke terminal-terminal kelas A yang tujuannya luar kota.

Kedua, saya melihat kesiapan mudik bareng yang memakai bus yang notabene lebih bagus dari bus reguler. Menggunakan bus-bus turis. Harusnya bus seperti ini bisa dikerahkan. Kita punya Terminal Pulogebang yang bisa memuat 400 bus. Jasa Raharja rencananya menyiapkan 400 bus di Senayan. Harusnya dipindah ke Terminal Pulogebang.

Bagaimana dengan jalan Tol?

Secara sistem, jalan tol sudah ada pemecahan dan sudah menyambung. Tapi problemnya ada di Jawa Tengah. Semua kendaraan dari Jakarta lancar. Begitu sampai di kota kecil seperti Tegal atau Pekalongan, nanti akan menjadi "neraka" karena semua kendaraan menumpuk. Kalau tidak diatur akan terkunci di sana. Apalagi lampu merahnya masih 28 detik karena jalan nasional.

Lalu di jalanan juga masih ada hambatan, seperti pasar tumpah, becak, atau kendaraan lain yang harus segera diantisipasi oleh pemda. Pihak pemda harus diajak bersiap. Jangan sampai pemerintah pusat mendiamkan pemda seperti tahun-tahun lalu.

Prediksi Anda, di mana kemacetan parah bakal terjadi?

Kota Tegal, Pemalang, Pekalongan, Batang dan Kendal. Itu semua daerah macet. Kemacetan paling parah bakal terjadi di Tegal. Kemacetan diprediksi sama seperti tahun lalu. Bahkan mungkin lebih parah.

Jalan lintas utara ukurannya kecil, sehingga pasti akan stuck di kota kecil. Pengalaman tahun lalu, dari Semarang ke Yogyakarta lewat Ungaran atau ke Solo lewat Salatiga, jalan kampung yang tidak pernah dilewati mobil pun macet. Pada prinsipnya, H-3 dan H+2 menjadi ajang pertempuran di jalan.

Bagaimana Anda melihat perjalanan lewat tol dari Jakarta ke arah timur?

Kalau kita hitung, dari Merak sampai Jakarta banyak jalan berlubang yang sudah diperbaiki. Dari Jakarta ke Cikampek sudah bagus. Tapi problemnya rest area. Jika tidak diatur akan menjadi sumbatan luar biasa. Kalau rest area penuh harus diberi peringatan. Juga diberi papan pengumuman running text bahwa di kilometer sekian macet, sehingga pengendara bisa mencari alternatif.

Setelah Cikampek nyambung ke Cipali. Dari Palimanan ke Pejagan, tol lama tapi direnovasi sudah baik dan siap. Tapi dari Palimanan menuju Tegal, tol-nya agak jelek. Panjang sekali dan panas. Dari Mranggen sampai ke Brebes Timur, tahun lalu masih wujud tanah tapi sekarang sudah bisa digunakan.

Jadi sektor darat tetap perlu diwaspadai?

Kenyataannya dari sisi fatalitas, memang perlu waspada di darat. Kecelakaan lebih banyak terjadi di darat. Sebanyak 90 persen kecelakaan meninggal ada di darat. Paling tinggi fatalitasnya memang sepeda motor karena bakal ada 3 juta pemudik yang menggunakan motor. Hal ini harus diantisipasi.

Bisa saja sepedanya diangkut, lalu orangnya dimudikkan gratis. Jangan sampai orang berceceran di jalan. Rencana pemerintah juga akan menyetop pengendara motor agar setiap 2 jam atau 50 km berhenti untuk istirahat. Juga harus diperhatikan bagaimana fasilitas motornya agar tak mengganggu yang lain.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2016 atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Mild report
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Suhendra

Artikel Terkait