tirto.id - Beberapa ruas tol baru Trans Jawa telah diresmikan dalam dua tahun terakhir. Arus lalu lintas barang dan jasa, termasuk arus mudik pun semakin lancar. Sementara itu, di Sumatera arus mudik masih menggunakan infrastruktur lama. Warga Sumatera harus masih bersabar menunggu selesainya pembangunan proyek Tol Trans Sumatera.
Direktur Lalu Lintas Polda Lampung Kombes Prahoro Tri Wahyono mengatakan Jalan Tol Trans Sumatera (JTTS) tidak masuk dalam jalur mudik Lebaran 2016. Kondisinya dianggap belum layak untuk sarana mudik. Kondisi jalan yang belum sempurna, pintu tol yang belum bisa dipergunakan, serta rambu-rambu dan penerangan jalan belum tersedia.
“Kami tidak merekomendasikan JTTS dipergunakan sebagai jalur mudik dan balik pada Lebaran tahun ini," kata Prahoro.
Pemudik di Sumatera masih mengandalkan sarana jalan nasional yang sudah ada untuk musim mudik 2016. Infrastruktur jalan nasional yang menghubungkan Lampung-Aceh totalnya mencapai 7.688,22 km. Jalur ini mencakup Lintas Timur, Lintas Tengah, dan Lintas Barat. Adapun pembagiannya, jalur Lintas Timur sepanjang 2.756,94 km, jalur Lintas Tengah 2.420,40 km, dan jalur Lintas Barat sepanjang 2.490,88 km.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono, infrastruktur di Sumatera secara umum kondisinya siap untuk dilalui arus lebaran, meski ada beberapa catatan terhadap kondisinya saat akan dipakai mudik nanti.
“Meski memang ada lokasi yang perlu mendapat perhatian, seperti ruas jalan Betung-Jambi di jalur Lintas Timur,” kata Basuki.
Kepadatan mudik di Sumatera diperkirakan tak sepadat di Jawa. Namun, yang paling menjadi perhatian adalah kondisi alam seperti bencana longsor. Ada enam titik yang selama ini dikenal rawan longsor. Mencakup dua lokasi di Sumatera Utara, dua lokasi di Riau, satu lokasi di Jambi, dan satu lokasi di Sumatera Selatan.
Sementara itu untuk Pulau Kalimantan, secara umum, kondisi jalan siap dipakai oleh para pemudik Lebaran. Provinsi Kalimantan Selatan jadi kawasan yang menjadi titik fokus arus mudik.
Total panjang jalan lintas provinsi di Kalimantan mencapai 1.173,59 km. Terbagi dalam tiga jalur, yakni Banjarmasin-Balikpapan melalui Palaihari, Batulicin dan Manggalau sepanjang 641,91 km. Kemudian jalur Banjarmasin-Palangkaraya sejauh 189,40 km. Terakhir, jalan Banjarmasin-Balikpapan melalui Rantau, Kandangan, Mabuun dan Batubabi sepanjang 342,28 km.
Selain Kalimantan dan Sumatera, di Pulau Sulawesi arus mudik difokuskan pada Provinsi Sulawesi Selatan. Jalur utama sepanjang 703 km dengan jalur alternatif sepanjang 795 km.
Mudik Udara dan Laut
Berbeda dengan di Pulau Jawa yang fokus pada pembenahan angkutan darat, di beberapa pulau Indonesia lainnya, pembenahan sarana mudik paling krusial justru pada moda lainnya seperti udara dan laut.
Menteri Perhubungan (Menhub) Ignasius Jonan berkonsentrasi pada kesiapan pelayanan di 35 bandara. Sedangkan untuk moda angkutan laut mencakup 52 pelabuhan yang hampir semuanya dikelola oleh Pelindo I-IV.
“Untuk moda transportasi laut, sudah siap mulai H-15 sampai H+15 Lebaran. Jadi, kita siap lebih awal dan mengakhiri pelayanan paling akhir dibandingkan moda transportasi lain,” kata Dirjen Lalu Lintas dan Angkutan Laut Kementerian Perhubungan Adolf R Tambunan.
Dari kesiapan armada laut, telah disiapkan 1.273 unit kapal untuk melayani penumpang yang diprediksi mencapai sekitar 1,6 juta orang untuk berbagai tujuan di Indonesia. Kapal-kapal ini terdiri dari kapal milik PT Pelni dan perusahaan pelayaran swasta.
Para pemudik angkutan laut di luar Jawa, yang berasal dari Kalimantan ke Jawa, umumnya para pekerja dan karyawan perusahaan perkebunan di Kalimantan yang akan mudik ke berbagai kota di Pulau Jawa. Ada empat pelabuhan asal pemudik di Kalimantan, yaitu Pontianak, Sampit, Kumai dan Banjarmasin. Mereka hendak pulang melalui Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta, Tanjung Emas Semarang, dan Tanjung Perak Surabaya.
Untuk rute Kalimantan ke Sulawesi, terutama Makassar dan sekitarnya, para pemudik berangkat dari Pelabuhan Balikpapan dan Samarinda menuju Pare-Pare dan Makassar. Sementara arus ketiga, jalur Sulawesi ke Jawa. Terutama dari Pelabuhan Makassar ke Tanjung Perak, Surabaya.
“Daerah ini merupakan penyumpang pemudik dengan kapal laut yang cukup besar di Indonesia,” katanya.
Setiap pulau di Indonesia memiliki prioritas kebutuhan transportasi yang berbeda masing-masing dalam kebutuhan armadanya. Di Pulau Jawa lebih banyak angkutan darat yang memerlukan infrastruktur jalan. Sedangkan di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan pulau lainnya lebih fokus pada transportasi laut dan udara. Tugas pemerintah memastikan sarana dan prasarana terutama di luar Pulau Jawa bisa aman dan nyaman dilalui mudik, tak hanya di Pulau Jawa.
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Suhendra