Menuju konten utama

Solusi Setengah Jadi Jalur Mudik

Terobosan memecahkan masalah mudik selalu muncul setiap tahun. Untuk tahun ini, pemerintah berupaya mengurai kemacetan yang terjadi di ruas jalan Tol antara Jakarta hingga Brebes Timur. Namun, sepertinya solusi ini hanya akan menyelesaikan sebagian dari setumpuk masalah arus mudik.

Solusi Setengah Jadi Jalur Mudik
Sejumlah pekerja mengecek kesiapan pintu tol Pejagan-Brebes Timur, Jawa Tengah. Foto/Oky Lukmansyah

tirto.id - Mudik adalah ritual tahunan yang tak boleh dilewatkan. Jalur darat masih menjadi favorit karena praktis dan ekonomis. Karena itu, jalur ini selalu menjadi perhatian pemerintah. Salah satu yang menjadi perhatian adalah jalur mudik lintas Pulau Jawa karena selalu langganan macet parah. Terobosan baru diambil oleh pemerintah pada tahun ini. Namun, diperkirakan solusi itu hanya akan menyelesaikan sebagian dari masalah mudik.

Dua bulan menjelang musim mudik, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah mengingatkan soal antisipasi kemacetan parah yang sudah menjadi langganan setiap tahun. Ia menginstruksikan agar aspek di bidang pelayanan, keselamatan, dan kenyamanan penumpang agar diperhatikan.

"Kita harapkan tahun ini kemacetan di jalur-jalur mudik yang sudah menjadi masalah klasik itu sudah kita kurangi, syukur kita hilangkan," kata Presiden Jokowi dikutip dari situs Kantor Staf Presiden (KSP), Rabu (29/6/2016)

Salah satu yang menjadi perhatian adalah jalur mudik Pantai Utara Jawa atau Pantura. Inilah jalur favorit pemudik karena lebih cepat dan infrastrukturnya lebih baik. Karena itu, kemacetan parah selalu terjadi di jalur Pantura ini selama puncak arus mudik.

Presiden Jokowi jauh-jauh hari telah memerintahkan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono agar sebagian jalur tol Pejagan-Pemalang bisa diresmikan dan digunakan pada musim mudik tahun ini. Tol yang menjadi bagian Trans Jawa ini diharapkan bisa mengurangi kemacetan di jalur Pantura.

Keinginan itu kesampaian. Wajah Presiden Jokowi berbinar saat meresmikan jalan Tol Pejagan-Brebes Timur, pada Kamis (16/6/2016), atau dua pekan menjelang libur bersama Idul Fitri 2016. Maklum saja, rencana peresmian tol sepanjang 26 km ini sempat tertunda tiga kali.

Ruas tol baru ini menghubungkan Pejagan-Brebes Timur. Keberadaan tol ini akan membantu pemudik dari Jabodetabek atau arah barat Pulau Jawa bisa menikmati akses jalan tol nonstop dari Jakarta-Brebes yang sepanjang 269 km.

“Bila dulu pengiriman dari Brebes ke Jakarta butuh tujuh jam, kalau lewat tol sekarang hanya empat jam," kata Jokowi.

Rentang empat jam merupakan hasil uji coba yang dilakukan tim dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat yang mencoba akses tol mulai dari Jakarta-Cikampek, Cikopo-Palimanan (Cipali), Palimanan-Kanci (Palikanci), Kanci-Pejagan, serta Pejagan-Brebes Timur. Panjangnya tol ini justru menjadi persoalan baru, karena pemudik akan menghadapi banyak antrean di pintu gerbang. Terobosan baru diambil dengan perbaikan sistem pintu gerbang tol.

Kurangi Antrean di Gerbang Tol

Presiden Jokowi secara khusus memerintahkan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk membuat sistem pembayaran tol dengan aplikasi sensor sehingga antrean di gerbang tol dapat dihilangkan. Tujuannya untuk mengurangi kemacetan yang disebabkan oleh antrean di gerbang tol,

"Saya kira di negara-negara yang lain sekarang sudah nggak ada yang namanya pakai gerbang tol, semuanya dengan aplikasi sensorik yang langsung nanti dihubungkan dengan akun di bank langsung masuknya ke sana, saya kira model-model seperti itu yang harus kita lakukan," seru Jokowi.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono menegaskan pemerintah memang memberikan perhatian khusus kepada ruas jalan tol dari Jakarta hingga Brebes Timur. Beroperasinya tol Pejagan-Brebes Timur ditargetkan bisa mengurai kemacetan yang terjadi di ruas Palimanan-Kanci (Palikanci) dan ruas Kanci-Pejagan seperti yang terjadi pada mudik 2015.

Strategi baru untuk mengurai kemacetan di gerbang tol di ruas itu, maka sistem integrasi pembayaran tol diberlakukan. Kebijakan ini memangkas 7 gerbang tol menjadi hanya 3 gerbang tol dari Jakarta-Brebes Timur.

Sistem pembayaran diterapkan hanya untuk dua kluster. Kluster I meliputi Jakarta-Cikampek, Cipularang, Padaleunyi, dan Cikopo-Palimanan. Kluster II meliputi Palimanan-Kanci, Kanci-Pejagan, dan Pejagan-Brebes Timur.

Mekanismenya, pengendara mengambil tiket tol di gerbang tol Cikarang Utama, kemudian berhenti di gerbang tol Palimanan untuk membayar tarif tol kluster I Jakarta-Cikopo-Palimanan senilai Rp109.500 (Gol-1 Rp 13.500 + Rp 96.000), sekaligus mengambil tiket kluster II.

Setelah itu, baru akan berhenti di ujung tol yakni gerbang tol Brebes Timur untuk membayar tarif tol Kluster II Palimanan-Kanci-Pejagan-Brebes Timur, senilai Rp55.500. Total tarif yang harus dibayar dari Jakarta-Brebes Timur sebesar Rp165.000. Sebagai upaya tambahan mengurai kemacetan di gerbang tol Palimanan, berlaku gerbang bersama, dengan jumlah gardu ditambah dari 11 gardu menjadi 26 gardu.

Upaya menghilangkan kemacetan di berbagai GT merupakan instruksi langsung dari Presiden Jokowi pada rapat terbatas di Kantor Presiden, pada 26 April 2016.

“Saya sudah minta menteri PU agar antrean di gerbang tol dihilangkan," kata Jokowi.

Kemacetan Selepas Brebes

Arus mudik jalur Pantura menjadi perhatian karena selama ini merupakan jalur mudik paling padat. Untuk saat ini, solusi kemacetan mungkin akan selesai dari Jakarta hingga Brebes Timur. Masalah akan muncul selepas Brebes Timur. Pemudik akan masuk jalan biasa di Brebes, sebelum akhirnya masuk Tegal. Jika tidak ada antisipasi, dikhawatirkan akan terjadi bottleneck yang memicu kemacetan panjang karena jalanan sudah tak mampu menampung besarnya arus mudik.

Pengalaman mudik 2015, ketika tol baru selesai di Pejagan, pemudik langsung dihadapkan dengan kemacetan parah di Brebes. Pada arus mudik 2015, para pemudik sedang euforia dengan rampungnya tol Cipali. Banyak warga yang akhirnya memutuskan menggunakan kendaraan pribadi dengan alasan sudah ada tol Cipali sehingga tidak macet di Pantura. Sayangnya, kemacetan parah tetap menghadang selepas Pejagan. Apalagi ada perlintasan kereta api pejagan yang menghambat arus mudik arah Pantura.

Jalan dalam kota Brebes yang sempit dan tidak terlalu mulus juga tidak cukup menampung arus mudik. Pemudik akan bergabung dengan lalu lintas dalam kota Brebes yang juga padat menjelang Lebaran. Kemacetan parah menghadang. Pemudik tertahan hingga berjam-jam. Kemacetan itu berlangsung terus dari Brebes, Tegal, Pemalang, Pekalongan, hingga Batang. Pemerintah sempat membuat solusi darurat dengan membuka sementara tol Pejagan – Pemalang yang ketika itu belum jadi. Jalan tol baru sebatas aspal kasar, tetapi tetap digunakan untuk mengurangi beban di jalan utama Kota Brebes. Padahal risikonya tinggi karena belum ada marka jalan dan sangat licin seandainya hujan. Solusi lainnya adalah pemberlakuan jalan satu arah. Namun, tetap saja kemacetan parah tak bisa dihindarkan. Jakarta - Solo yang biasa ditempuh 12 jam, memakan waktu hingga 24 jam.

Pemudik yang menuju Jawa Tengah dan Jawa Timur baru akan merasakan jalan yang agak longgar di daerah Batang. Selepas Batang, pemudik harus bersiap menghadapi kemacetan memasuki Semarang. Jadi, sepanjang tol Trans Jawa belum tuntas, pemudik masih akan menghadapi kendala untuk sampai ke kampung halaman.

Itu baru satu solusi di daerah Jawa. Pemerintah masih harus dihadapkan dengan pemudik di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi yang tak kalah pelik karena belum tuntasnya infrastruktur. Untuk sementara, pemudik masih harus bersabar hingga seluruh jalan tol baik Trans Jawa, Trans Sumatera, Trans Kalimantan tuntas. Saat ini, infrastruktur yang digunakan masih belum ada pembaruan.

Sementara tol belum tuntas, pemudik tentunya sangat berharap kesiapan aparat mampu mengurai kemacetan. Petunjuk jalur-jalur alternatif juga harus diperbanyak sehingga pemudik tidak semuanya tumpah ruah masuk ke jalan-jalan utama. Jangan lupa juga rambu-rambu di jalanan untuk menekan angka kecelakaan. Selamat mudik.

Baca juga artikel terkait MUDIK LEBARAN 2016 atau tulisan lainnya dari Kukuh Bhimo Nugroho

tirto.id - Indepth
Reporter: Kukuh Bhimo Nugroho
Penulis: Kukuh Bhimo Nugroho
Editor: Suhendra