tirto.id - Lion Air JT-610 ditemukan jatuh di perairan dekat Tanjung, Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018). Pesawat ini sempat meminta putar balik kembali ke bandara sebelum akhirnya hilang dari radar.
Catatan komunikasi terakhir ini mengindikasikan pilot menyadari adanya situasi tak normal pada pesawat dengan tipe B737-8 Max itu.
Pesawat yang diperkirakan membawa total 189 penumpang dengan rincian 178 orang dewasa, 1 anak, 2 bayi infant, 8 kru pesawat itu hilang kontak. Pesawat jatuh di koordinat S 5’49.052” E 107’ 06.628” yang berada di sekitar Karawang, Jawa Barat setelah 13 menit mengudara.
Hingga Senin (29/10/2018) terdapat sekitar 24 kantung yang berisi jenazah dan serpihan pesawat yang dikirimkan ke Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta Timur. Untuk mengidentifikasi korban, pihak Rumah Sakit Polri mengerahkan 27 dokter dari berbagai latar belakang. Yang tidak kalah penting adalah dokter untuk identifikasi korban berdasar dari bentuk gigi.
Prosedur identifikasi korban tentu memiliki kerumitan tersendiri, khususnya korban pada kecelakaan pesawat. Seperti yang dituliskan oleh dokter ahli koroner dalam kasus kecelakaan penerbangan Stephen Richey dengan judul “Plane Crash Forensics: The Reality of How Victims are Identified”. Dia mengungkapkan, dalam forensik modern, kita tidak bisa mengidentifikasi tubuh seseorang dengan sederhana.
Ada beberapa cara untuk melakukan identifikasi korban kecelakaan pesawat. Cara termudah identifikasi korban adalah dengan menggunakan metode identifikasi visual. Contohnya dengan meminta anggota keluarga mengenali tubuh korban, baik dari wajah atau bagian tubuh tertentu yang dianggap memiliki keunikan. Misalnya seperti tato yang ada di tubuh korban.
Keluarga akan diminta untuk menggambarkan tato tersebut dan menyebutkan di mana letak tato tersebut. Karena dalam beberapa kasus, tato pada seseorang tentu memiliki keunikan tertentu yang memudahkan kenalan dan keluarga mengidentifikasinya.
Namun, seperti pada kasus kecelakaan pesawat ini, korban biasanya sulit diidentifikasi secara visual. Karena jasad korban yang sudah tidak utuh lagi.
Kondisi jenazah yang tidak utuh menjadi salah satu kendala identifikasi korban musibah pesawat Lion Air JT-610.
"Satu bodypack itu isinya bisa beberapa jenazah kalau memang kondisi korban kita temukan sudah dalam keadaan hancur," ujar Komisaris Jenderal Polisi Ari Dono Sukmanto dilansir Antara.
Teknik identifikasi umum yang dilakukan dalam kasus kecelakaan penerbangan adalah analisis DNA. Metode ini akan menggunakan teknik laboratorium guna mencocokkan hasil DNA korban dengan pihak keluarganya.
"Ada bagian-bagian tubuh yang cukup banyak, sehingga nanti kita akan melaksanakan pemeriksaan DNA juga cukup banyak," ujar Kepala Rumah Sakit Polri Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur Komisaris Besar Polisi Musyafak.
Musyafak melanjutkan, semua bagian tubuh yang telah diterima oleh RS Polri Kramat Jati juga akan diperiksa DNA-nya selama terpisah dengan bagiannya yang lain. Ia mengungkapkan identifikasi para korban dengan pencocokan DNA akan memakan waktu paling cepat empat sampai lima hari.
Setiap sel pada seseorang tentu memiliki bentuk DNA. Terdapat dua bentuk utama dari DNA, yaitu DNA inti dan DNA mitokondria. DNA tersebut didapatkan dari jaringan apa pun di dalam tubuh. Seperti pada sampel jaringan otot rangka atau organ-organ seperti limpa, jantung atau ginjal, rambut, dan salah satu contoh terbaik adalah gigi. Rongga pulpa gigi sering utuh dan terlindungi dari kontaminasi.
Untuk kasus tubuh yang tidak utuh ini, Stephen Richey menjelaskan bahwa Metode Antropologi Forensik dapat digunakan meski tidak umum dilakukan karena proses yang cenderung lama dan biayanya yang tidak sedikit karena menggunakan pemeriksaan x-ray. Metode ini sendiri merupakan metode dengan menentukan karakteristik fisik (tinggi badan, bentuk tubuh, jenis kelamin, etnis, dll) dari potongan-potongan tubuh yang tidak utuh tersebut.
Pemeriksaan kerangka dan x-ray kemungkinan dapat mengungkapkan temuan unik seperti fraktur yang disembuhkan, alat ortopedi (batang, piring, sekrup atau sendi buatan) atau variasi anatomi yang dapat membantu menentukan identitas dengan cara yang pasti.
Selain itu, untuk metode ilmiah identifikasi yang diperlukan sebagai cadangan dari identifikasi visual adalah menggunakan metode membandingkan struktur gigi korban.
Banyaknya catatan gigi seseorang di beberapa negara tentu memberikan kemudahan untuk mengidentifikasi gigi pada korban. Dengan melihat perbandingan ada atau tidaknya gigi tertentu, lokasi dan jenis restorasi, dan lain sebagainya.
Identifikasi struktur gigi ini ini merupakan salah satu metode yang paling umum digunakan saat kecelakaan pada pesawat, karena gigi sangat sulit dihancurkan.
Perbandingan dilakukan dengan baik secara visual atau dengan radiografi (x-rays), meskipun dalam banyak kasus kombinasi dari keduanya digunakan. Perbandingan visual adalah dengan menggunakan cermin intra-oral, dan kamera kecil.
Selain itu, metode pemeriksaan sidik jari juga merupakan cara identifikasi umum yang telah digunakan selama lebih dari seratus tahun. Namun, sidik jari bukan satu-satunya jenis cetakan yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi korban. Telapak tangan, kaki, telinga dan bahkan bibir dapat digunakan untuk menentukan identitas.
Kegunaan sidik jari pada identifikasi terkadang terbatas, seperti kasus kebakaran saat kecelakaan tersebut terjadi. Mengingat bahwa sidik jari hanyalah tonjolan kulit saja, sehingga ketika ada kerusakan jaringan di bawahnya tentu akan merusak sidik jari tersebut. Contohnya, luka bakar akibat kecelakaan dari ledakan.
Editor: Yulaika Ramadhani