tirto.id - Saat Gregor Samsa terbangun pada suatu pagi akibat mimpi yang muram, ia menemukan dirinya telah menjadi serangga raksasa. Gregor Samsa adalah tokoh fiksi dari novel pendek karya Franz Kafka. Karya ini melahirkan banyak interpretasi, sebuah karya sastra yang melahirkan penafsiran dan bentuk baru dalam penulisan karya sastra. Metamorfosis membuat penulisnya menjadi terkenal di seluruh dunia, tapi barangkali Gregor hidup lebih baik daripada Kafka yang meninggal miskin dan kelaparan.
Menulis fiksi bukan perkara enteng, ia harus masuk akal dan punya logika yang benar. Berbeda dengan opini yang tidak harus masuk akal, fiksi dan kesusastraan bergerak pada jagatnya sendiri. Setiap bangunan cerita mesti logis dan tak bisa sekedar tempel metafor. Banyak penulis dunia yang mengendapkan naskahnya berbulan-bulan, atau berulang kali menghapus kalimat, hanya untuk menemukan kata yang tepat. Jika Anda percaya buku panduan Arswendo yang berkata menulis itu gampang, ada baiknya Anda berpikir ulang. Menulis tulisan yang bermutu sungguh bukan hal yang mudah.
Coba tengok Herman Melville, penulis kanon Amerika Serikat itu, perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa menghasilkan karya bermutu seperti Moby-Dick. Itupun tak membikin ia kaya, Melville mampus dalam keadaan melarat. Edgar Allan Poe, penyair dan penulis muram itu juga tak begitu beruntung soal duit. Penulis buku puisi The Raven ini ditemukan meninggal dengan baju pinjaman tanpa memiliki duit barang sekoin. Menulis karya bermutu tidak membuat penulis-penulis tadi menjadi kaya raya, tapi apakah mustahil menulis karya baik dan menjadi kaya karenanya?
Butuh proses yang memakan waktu lama hingga kita bisa menghasilkan sebuah tulisan yang berkualitas. Bagi mereka yang sudah mampu menghasilkan karya yang bermutu dan diterima dengan baik oleh pembaca, bayaran tidak akan langsung diterima. Butuh proses lagi agar tulisan bisa membuat kaya raya. Meski demikian, dunia sudah mencatat beberapa nama yang sukses menjadi milyuner berkat tulisannya.
Setidaknya ada penulis-penulis yang bisa jadi milyuner karena pendapatan yang ia terima dari penjualan bukunya. Ini bukan sekadar penjualan 25 ribu atau sekedar seratus ribu. Bayangkan anda menulis buku dengan penjualan lebih dari 1,6 juta kopi dan itulah yang berhasil dicapai oleh Harper Lee melalui novel keduanya berjudul Go Set a Watchman. Novel tersebut menjadi novel terlaris pada 2015 berdasarkan angka penjualan yang dilaporkan oleh Nielsen. Dari angka itu, almarhum Harper Lee mendapatkan penghasilan tambahan sebesar 10 juta dolar. Angka ini tentu belum termasuk royalti rutin yang ia terima dari novel pertamanya To Kill A Mocking Bird.
Penulis kebapakan dan koki paruh waktu bernama Yusi Avianto Pareanom pernah berkata: “Terlahir miskin itu takdir, tapi mati miskin itu nasib yang celaka”. Ia tentu tidak sedang bicara sebagai penulis dengan angka penjualan buku best seller ratusan ribu kopi. Yusi sedang bicara sebagai paman yang ingin keponakannya bisa mendapatkan jodoh orang kaya. Toh jika benar memang ingin kaya dari menulis itu tidak mustahil hanya sulit. Di Indonesia barangkali agak susah menulis karya bermutu untuk kemudian kaya raya darinya.
Ada resep jitu ingin jadi penulis laku dan kaya di Indonesia. Cukup tulis tentang novel new age dengan cita rasa alien yang doyan jamur, lelaki bujang yang seumur hidup mencintai tuhan dengan tidak merancap sampai bertemu jodoh solehah berkat doa, atau kisah pilu inspiratif anak kampung yang jadi sukses berkat beasiswa ke negara-negara maju di eropa yang saat ini xenopobik. Jika cara ini tak berhasil juga, banting setir saja menulis buku motivasi kibul-kibul aktivasi otak tengah dengan metode sunat laser. Cara terakhir belum pernah terbukti bikin kaya, tapi patut dicoba.
Lantas apa resep manjur penulis dunia agar jadi kaya raya? Forbes baru-baru ini merilis tentang penulis-penulis dengan penghasilan tertinggi di dunia tahun ini. Setidaknya selama dua belas bulan terakhir sejak Agustus, penulis-penulis ini telah memperoleh pendapatan gabungan sebesar 269 juta dolar. Angka itu lahir dari perkembangan sistem pengiriman buku, adaptasi film dan televisi yang juga mendorong penjualan buku menjadi lebih populer.
Zoo karya James Patterson, yang ditayangkan di kanal televisi CBS membantu penjualan buku ini dengan signifikan. Hal serupa juga terjadi dengan penjualan buku novel seri Game of Thrones yang ditulis oleh George R.R. Martin. Patterson sendiri tahun ini memperoleh pendapatan 95 juta dolar sebelum pajak. Sementara penulis buku anak Jeff Kinney, penulis buku Diary of a Wimpy Kid, berada di peringkat kedua dengan pendapatan yang jauh lebih kecil dengan angka 19,5 juta dolar. Buku anak dan remaja memperoleh momennya tahun ini karena dalam daftar Forbes, beberapa dari 10 penulis tersebut merupakan penulis buku anak.
James Patterson boleh jadi penulis dengan pendapatan tertinggi pada 2016. Kantong Patterson bertambah 95 juta dolar dari total 470 juta dolar yang ia miliki sebelumnya. Kekayaan ini tidak melulu dari buku, tapi juga berasal dari hak cipta film dan undangan bicara di forum-forum literasi dunia. Patterson sendiri menulis buku anak-anak lima sampai enam buku per tahun, kemudian pada 2015 lalu ia mendirikan penerbitan khusus untuk penulis remaja yang bernama Little, Brown & Company of Hachette Book Group.
James Patterson dan Jeff Kinney adalah dua penulis buku populer anak-anak dunia. Lantas apakah karya sastra serius bisa laku dan membuat penulisnya kaya? Tentu akan ada perdebatan sengit tentang apa definisi karya sastra serius dan bermutu. Namun, jika anda sepakat karya Hemingway bermutu, maka akan lebih mudah. Usai Hemingway menembak kepalanya sendiri, janda penulis itu mendapatkan warisan senilai $1.410.310 pada 1964 atau setara dengan $10.795.261,25 saat ini. Angka ini belum ditambah dengan akumulasi royalti dari berbagai buku dan koleksi buku cetakan pertama yang bernilai ratusan ribu dolar.
Penulis sastra lain yang mampu kaya raya dari satu dua karyanya adalah Harper Lee. Sebelum meninggal, dari laporan yang diberikan agennya, Lee mendapatkan pendapatan tahunan sebesar tiga juta dolar pada 2014 hanya dari satu judul buku saja. Dengan kemunculan buku barunya Go Set a Watchmen, Lee bisa mendapatkan tambahan sampai ratusan ribu dolar dari berbagai royalti penerjemahan yang ada. Situs Celebrity Net Worth pada 2015 memperkirakan nilai aset yang dimiliki oleh Lee sebenarnya mencapai lebih dari 35 juta dolar.
Bukan cuma penulis Amerika yang bisa jadi kaya raya berkat menulis, Guan Moye atau lebih dikenal dengan nama pena Mo Yan, adalah penulis Cina yang memiliki kekayaan total senilai 25 juta dolar. Kekayaannya ini berasal dari royalti beberapa bukunya, hak adaptasi film, penghargaan nobel sastra, dan undangan bicara di acara sastra. Salah satu novelnya Red Sorghum diadaptasi menjadi film. Berdasarkan penelusuran Celeb Financial Wealth, pada 2013, Mo Yan mendapatkan penghasilan sebesar $7,5 Million.
Tetapi semua capaian itu jadi seolah tidak bernilai di hadapan J.K Rowling. Penulis seri Harry Potter ini menjadi penulis pertama dunia yang memiliki kekayaan mencapai satu miliar dolar. Kekayaannya tentu berasal dari penjualan novel novelnya, sedang film Harry Potter sendiri sampai hari ini sudah mencapai penjualan lebih dari 7,7 milyar dolar. Angka fantastis ini belum ada yang mampu disaingi oleh penulis manapun di dunia.
Rival terdekat J.K Rowling dalam hal pendapatan adalah Jim Davis pencipta seri komik strip Garfield dengan kekayaan 800 juta dolar dan penulis novel motivasi asal Brazil Paulo Choleo dengan kekayaan sebesar 500 juta dolar. Rowling pada 2016 ini mendapatkan penghasilan sebesar 19 juta dolar yang berasal dari taman bermain hak cipta Universal’s Wizarding World of Harry Potter, naskah teater dari Harry Potter and the Cursed Child yang tiketnya telah terjual habis hingga Juli 2017.
Menjadi penulis itu susah, menjadi penulis yang kaya raya sangat susah. Namun menjadi penulis dengan mutu yang baik dan tetap kaya itu jauh lebih susah. Menariknya James Patterson dalam wawancara bersama Forbes pada 2015 mengungkapkan ada hal yang lebih susah daripada menulis. “Pekerjaan paling susah saat bersama anak-anak adalah membuat mereka gemar membaca”.
Penulis: Arman Dhani
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti