Menuju konten utama

Mereka yang Menyerah Menghadapi Pasar Otomotif Indonesia

GM menghentikan penjualan Chevrolet. Nissan menyetop Datsun Go dan Datsun Go+. Sementara Hyundai malah mau membangun pabrik di Indonesia.

Mereka yang Menyerah Menghadapi Pasar Otomotif Indonesia
Datsun Go PI saat dipamerkan pada GIIAS 2017 di ICE, BSD City, Tangerang, Senin (14/8). tirto.id/Arimacs Wilander

tirto.id - Penjualan mobil di tanah air mengalami stagnasi dalam dua tahun terakhir. Sejumlah produsen otomotif memutuskan untuk menghentikan penjualannya di Indonesia.

Sepanjang 2019, setidaknya ada dua produsen otomotif yang menghentikan penjualannya di Indonesia. Mereka adalah General Motors dan Nissan.

Pada Oktober 2019, General Motors (GM) mengumumkan penghentian penjualan Chevrolet di Indonesia mulai Maret 2020. Keputusan itu diambil setelah melihat pangsa pasar Chevrolet di Indonesia yang terus menyusut sehingga membuat GM tak mampu lagi menangguk untung.

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan Chevrolet memang terus turun. Jika pada 2017 masih terjual 3.679, pada 2018 angkanya turun menjadi hanya 2.444 unit. Sementara pada Januari hingga September 2019, penjualan Chevrolet hanya 1.237 unit, atau turun 35,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Penghentian penjualan Chevrolet itu mengakhiri kiprah GM di Indonesia. Pada Juni 2015, GM mengumumkan penutupan pabriknya di Indonesia. Mereka menyerah setelah merasa tak mampu bersaing di pasar otomotif Indonesia, yang didominasi oleh produsen Jepang.

Selama dua tahun operasionalnya di Indonesia sebelum memutuskan menutup pabrik, GM menderita kerugian hingga 200 juta dolar AS.

GM sendiri tercatat buka tutup pabrik di Indonesia. Produsen otomotif asal AS itu tercatat membuka pabriknya di Indonesia pertama kali pada 1995, tetapi ditutup satu dekade sebelumnya karena penjualan yang terus turun. Pada 2007, GM kembali membuka fasilitas pabriknya di Indonesia.

Sayangnya, GM memutuskan untuk menutup pabriknya itu delapan tahun kemudian. Meski menutup pabrik, GM meneruskan penjualan sejumlah mereknya di Indonesia. Baru pada Oktober 2019, GM memutuskan juga untuk menghentikan penjualannya di Indonesia.

Pada November, giliran Nissan mengumumkan akan menghentikan produksi Datsun Go dan Datsun Go+ pada Januari 2020, setelah angka penjualannya dianggap tidak sesuai dengan skala keekonomiannya.

“Selanjutnya Nissan akan fokus melakukan lokalisasi dan pendalaman komponen utama berupa engine New Livina,” ujar Dirjen Industri Logam, mesin, Alat Transportasi dan Elektronika Kemenperin, Harjanto.

Menurut data Gaikindo, penjualan Datsun secara wholesales dari Januari hingga September 2019 mencapai 5.419 unit atau 0,7 persen pangsa pasar. Sementara secara retail, penjualan sebanyak 6.283 unit (0,8 persen).

Nissan masih mencatat penjualan yang lebih baik, dengan penjualan secara wholesales sebanyak 10.526 unit atau 1,4 persen pangsa pasar dan secara retail sebanyak 9.607 unit atau 1,3 persen. Untuk penjualan mobil secara nasional, berdasarkan catatan Gaikindo untuk periode Januari-September 2019, wholesales tercatat turun 12,06 persen dan retail turun 10,9 persen. Penjualan secara wholesales, yang merujuk pada distribusi kendaraan dari pabrik ke dealer.

Pada Februari 2019, KIA sempat dikabarkan bangkrut. Namun, PR KIA Indonesia membantah rumor tersebut, seraya menegaskan bahwa perusahaan sedang melakukan konsolidasi untuk memperkuat kondisinya. Ia mengakui ada pengurangan sales di beberapa wilayah, akan tetapi hal itu berkaitan dengan proses konsolidasi.

Pada November 2019, Kia kembali dijual di Indonesia. Kali ini penjualan dilakukan oleh PT Kreta Indo Artha, selaku perusahaan patungan Indomobil dan Sarimitra Kusuma Ekajaya. Mereka mulai lagi penjualan Kia Picanto, Kia Grand Sedona, Kia Sportage, dan Kia Rio.

Data penjualan KIA sendiri tidak diketahui karena pada tahun 2018, KIA keluar dari keanggotaan Gaikindo. Semenjak itu, data resmi penjualannya tidak tercantum di Gaikindo.

Penjualan Terseok-seok

Berdasarkan data Gaikindo, penjualan mobil nasional secara wholesales mencapai 1.151.291 unit pada 2018. Toyota menjadi juara dengan penjualan sebanyak 352.161 unit. Sementara pada 2017, penjualan mobil sebanyak 1.062.716 unit. Ini artinya, penjualan mobil pada tahun 2018 masih mampu tumbuh 8,3 persen.

Memasuki tahun 2019, penjualan mobil tidak terlalu menggembirakan. Dari Januari hingga Oktober 2019, penjualan mobil baru sebanyak 849.609 unit, turun 11,75 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 sebanyak 962.834 unut.

Sekjen Gaikindo Kukuh Kumara menyebut industri otomotif Indonesia memang semakin berat. Salah satu faktornya adalah turunnya minat milenial untuk membeli mobil. Bagi milenial, jasa ride sharing lebih menarik ketimbang memiliki mobil sendiri. Apalagi moda-moda transportasi seperti TransJakarta, MRT, LRT akan semakin mempermudah mobilitas mereka.

“Ada indikasi bahwa para milenial ini tidak mau beli mobil karena mau pakai ride sharing saja,” kata Kukuh di Jakarta, Rabu (4/12/2019).

Sementara Direktur Industri Maritim, Alat Transportasi, dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menjelaskan, pasar industri otomotif Indonesia sebenarnya masih terbuka mengingat rasio jumlah penduduk dan kepemilikan kendaraan masih kecil.

“Kebutuhan mobil di Indonesia itu per 1.000 orang baru punya 87 kendaraan. Kalau dibandingkan dengan Malaysia, itu per 1.000 orang sudah memiliki 439 kendaraan. Thailand 228 kendaraan per 1.000 orang,” tambahnya.

Optimisme terhadap pasar Indonesia itu juga didasarkan pada angka pertumbuhan PDB Indonesia yang terus tumbuh.

Angin Segar dari Hyundai

Di tengah kepergian sejumlah prinsipal, muncul angin segar dari Hyundai. Mereka berkomitmen untuk membangun pabrik baru yang super canggih di Bekasi, Jawa Barat. Meski penjualannya di Indonesia belum menjadi juara, Hyundai mengaku tetap ingin membangun pusat manufaktur senilai 1,55 miliar dolar AS.

Penandatanganan nota kesepahamanan terkait investasi itu sudah dilakukan pada 26 November 2019, berbarengan dengan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Korea Selatan.

Pabrik baru Hyundai itu akan menempati lahan seluas 8,35 juta kaki persegi di Kota Deltamas, Kabupaten Bekasi. Pembangunannya akan dimulai pada Desember 2019, dan diharapkan bisa memulai produksi komersialnya pada semester II tahun 2021. Kapasitas tahunan dari pabrik Hyundai ini pada awalnya ditargetkan sebesar 150.000 unit, dan meningkat menjadi 250.000 saat sudah mencapai kapasitas penuh.

Hyundai berencana memproduksi SUV kompak, MPV kompak, dan model sedan yang dirancang khusus untuk pelanggan di pasar Asia Tenggara. Hyundai juga menjajaki produksi kendaraan listrik di pabriknya tersebut.

Tak hanya mengisi pasar lokal, Hyundai juga berencana menjadikan fasilitasnya di Bekasi ini untuk mengisi pasar-pasar utama di kawasan ASEAN.

Komitmen investasi Hyundai sempat memicu tanda tanya, mengingat angka penjualannya di Indonesia tidak besar. Hyundai tercatat hanya mampu menguasai 0,1 persen penjualan otomotif secara wholesales di Indonesia.

Direktur Eksekutif Center or Reform in Economics Mohammad Faisal mengatakan, meski kecil, akan tetapi penjualan Hyundai di Indonesia relatif stabil. Angka penjualan Hyundai hanya turun 0,3 persen.

Hyundai dinilai berpeluang memperbesar pangsa pasarnya setelah Chevrolet hengkang. Keduanya dianggap memiliki target pasar yang sama. Tak hanya itu, Hyundai juga ingin mengembangkan mobil listrik di Indonesia.

“Ini sektor yang tidak dimiliki Jepang. Ini yang ditembak Hyundai,” kata Faisal.

Baca juga artikel terkait PENJUALAN MOBIL atau tulisan lainnya dari Nurul Qomariyah Pramisti

tirto.id - Otomotif
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Nurul Qomariyah Pramisti
Editor: Gilang Ramadhan