tirto.id - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Bintang Puspayoga, menyampaikan apresiasi batik buatan perempuan sebagai budaya yang merefleksikan kisah-kisah perjuangan perempuan.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemen PPPA) Bintang Puspayoga, menyampaikan apresiasi batik buatan perempuan sebagai budaya yang merefleksikan kisah-kisah perjuangan perempuan.
“Selain indah, motif-motif batik biasanya mengandung arti berupa identitas, sejarah, bahkan semangat perjuangan seorang tokoh,” kata Bintang di Jakarta, Selasa (23/5/2022).
Batik, kata Bintang, bukan hanya sarana penggerak ekonomi perempuan, namun juga menjadi simbol atas pergerakan perempuan.
“50 persen UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) Indonesia dikelola dan dimiliki oleh perempuan. Peran UMKM sendiri sangat luar biasa bagi perekonomian nasional dan mengisi 99 persen dari total bisnis yang ada di Indonesia,” jelas Bintang.
Menurut Bintang, UMKM juga berkontribusi besar terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) dan penyerapan tenaga kerja. Salah satu bidang yang paling banyak ditekuni oleh pengrajin dan pengusaha UMKM perempuan di Indonesia adalah fesyen batik.
Bintang menyatakan bahwa batik tidak hanya bicara mengenai wastra (kain tradisional). Motif-motif batik, tutur Bintang, tertuang dalam sebuah kain yang memiliki banyak cerita dan merefleksikan perjuangan ibu bangsa yang dibalut dalam kerangka budaya.
Salah satu contohnya batik karya Saparinah Sadli, yang menurut Bintang bertaut dengan berbagai persoalan kebangsaan, terutama kekerasan berbasis gender terhadap perempuan.
“Ia (Saparinah) tidak hanya hidup untuk memperjuangkan dirinya, namun juga memperjuangkan kaum perempuan dari berbagai belenggu yang masih mengikat mereka. Cerita ketangguhan-ketangguhan ini yang saya harap juga bisa kita ingat ketika memakai batik,” ujar Bintang.
Bintang berharap batik menjadi penyemangat untuk turut menjadi sosok yang tangguh, peduli dengan permasalahan-permasalahan perempuan, dan membawa kesejahteraan dan kemajuan bagi perempuan di Indonesia.
Sementara itu, Aktivis Hak Asasi Manusia, Kamala Chandrakirana menyatakan bahwa batik merupakan kain yang dekat dengan keseharian perempuan dan kerap digunakan untuk mengekspresikan diri.
“Kain Batik Saparinah berusaha untuk menjiwai dan merawat semangat juang dari sesama kawan-kawan perempuan seperjuangan agar kita bisa terus maju di tengah tantangan yang bertubi,” ungkap Kamala.
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Restu Diantina Putri