tirto.id - Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Bambang Brodjonegoro optimis defisit transaksi berjalan atau Current Account Defisit (CAD) Indonesia di 2018 akan berada di 2,5 persen.
"Harusnya bisa 2 sampai 2,5 persen tingkat CAD barangkali masih manageable ya buat Indonesia," jelas dia saat acara Govpay dan Govnext di Hotel Senayan, Jakarta, Selasa (22/1/2019).
Bambang menjelaskan, kondisi tersebut bisa terjadi jika realisasi dari kebijakan pemerintah dalam upaya pengurangan impor sudah dilakukan. Salah satunya yaitu melalui implementasi biodisel atau B20 untuk mengurangi impor Bahan Bakar Minyak (BBM).
Selain itu, lanjutnya, mengambil peluang dari adanya trade war atau perang dagang, yaitu dengan lebih gencar mengekspor barang-barang ke luar negeri dan menjalin kerja sama dagang.
"Harus mulai ini, mulai meninggalkan ketergantungan pada komoditas (impor), harus lebih promosi produk-produk manufaktur," kata dia
Prediksi Bambang ternyata lebih kecil. Sebelumnya defisit CAD pada kuartal IV 2018 diprediksi mengalami kenaikan lebih dari 3 persen. Hal itu akibat melonjaknya impor yang membuat neraca dagang kembali minus.
Sepanjang 2018, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia telah mencatatkan defisit mencapai sebesar 8,5 miliar dolar AS.
"Laju impor nonmigas masih tumbuh signifikan dari awal tahun sampai akhir 2018. Lalu Harga minyak dunia trennya naik, mendorong pelebaran defisit migas. Di sisi lain, surplus di neraca nonmigasnya susut," kata ekonom Bank Permata Josua Parade saat dihubungi Tirto, Senin (21/1/2019) kemarin.
Kondisi itu, menurut dia, karena neraca transaksi berjalan di kuartal IV 2018 bakal mengalami defisit pada 3,1 persen terhadap PDB. Sebab, kata Josua, sepanjang Januari-September 2018, akumulasi CAD Indonesia sudah mencapai 2,86 dari PDB.
Jika prediksi itu benar, maka CAD kuartal IV tahun 2018 ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada tahun 2017 yang mencapai 1,73 persen terhadap PDB.
Pekan lalu, Bank Indonesia juga memprediksi CAD Indonesia masih akan mengalami pembengkakan pada kuartal IV 2018. Namun, proyeksi bank sentral itu lebih rendah dari prediksi Josua, yakni hanya pada angka 3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno