tirto.id - Defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit/CAD) pada kuartal IV 2018 diprediksi mengalami penaikan lebih dari 3 persen. Hal itu akibat melonjaknya impor yang membuat neraca dagang kembali minus.
Sepanjang 2018, berdasarkan catatan Badan Pusat Statistik (BPS), neraca dagang Indonesia telah mencatatkan defisit sebesar mencapai 8,5 miliar dolar AS.
"Laju impor nonmigas masih tumbuh signifikan dari awal tahun sampai akhir 2018. Lalu Harga minyak dunia trennya naik, mendorong pelebaran defisit migas. Di sisi lain, surplus di neraca nonmigasnya susut," kata ekonom Bank Permata Josua Parade saat dihubungi Tirto, Senin (21/1/2019).
Kondisi itu, menurut dia neraca transaksi berjalan di kuartal IV 2018 bakal mengalami defisit pada 3,1 persen terhadap PDB. Sebab, kata Josua, sepanjang Januari-September 2018, akumulasi CAD Indonesia sudah mencapai 2,86 dari PDB.
Jika prediksi itu benar, maka CAD kuartal IV tahun 2018 ini jauh lebih tinggi dibandingkan pada 2017 yang mencapai 1,73 persen terhadap PDB.
"Transaksi berjalan kita melebar cukup signifikan dari 1,7 persen ke kisaran 3 persen hingga 3,1 persen," ujarnya.
Pekan lalu, Bank Indonesia juga memprediksi CAD Indonesia masih akan mengalami pembengkakan pada kuartal IV 2018. Namun, proyeksi bank sentral itu lebih rendah dari prediksi Josua, yakni hanya pada angka 3 persen dari PDB.
"Kemungkinan nilainya mencapai 8,8 miliar dollar AS di kuartal IV-2018," kata Gubernur BI Perry Warjiyo kantornya, Kamis (17/1/2019).
Di samping itu, ia juga optimistis bahwa neraca modal akan jauh lebih besar dari CAD, sehingga nantinya neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan tetap surplus.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Zakki Amali