tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut kebijakan mandatori B20 untuk menekan impor migas sudah mulai terasa meski angkanya masih tinggi dan menyebabkan defisit neraca dagang kembali tekor.
Hanya saja, kata dia, nilai impor Pertamina sepanjang 2018 masih cukup tinggi dibandingkan perusahaan lain yang beroperasi di tanah air.
"Kalau dilihat dari statistik sejak dilakukannya policy B20 hampir semua impor minyak dan diesel itu turun. Tapi dari Pertamina itu masih ada positif. Itu yang kita lihat dari data statistik di kapabean dan cukai," ujarnya usai rapat bersama komisi XI DPR, Senayan, Rabu (16/1/2019).
Perkara tingginya impor di tengah penerapan Mandatori B20 ini sebenarnya juga pernah disampaikan oleh Sri Mulyani.
Karena itu lah, ia sempat meminta Kementerian ESDM untuk melakukan pengawasan ke sejumlah perusahaan yang impor solarnya mengalami peningkatan.
Berdasarkan data volume impor solar periode 1 September-13 November 2018 dari Direktorat Jenderal Bea Cukai, misalnya, terjadi pertumbuhan sebesar 13,8 persen secara year on year. Pertumbuhan impor solar terbesar itu dilakukan oleh PT Pertamina (Persero) dan Exxonmobil Lubricants Indonesia.
Kini, menurut Sri Mulyani, Exxon dan beberapa perusahaan lain telah menunjukkan penurunan impor, sementara impor minyak Pertamina masih cukup tinggi.
"Jadi impor minyak kita mungkin perlu melihat dari Pertamina implementasi dari B20. Sehingga dia bisa menekan dari sisi kebutuhan impor minyak itu. Dan sudah menggunakan beodiesel. Karena Importir yang lain, 5 pemain yang lain dia turun," tuturnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Alexander Haryanto