tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegur menterinya terkait tingginya impor minyak dan gas (migas) Indonesia.
Menurut Jokowi, besarnya impor migas ini telah menyebabkan defisit neraca migas sehingga memperburuk performa neraca perdagangan Indonesia yang saat ini bertengger di level defisit.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan impor migas memang sulit dihindari.
Ia mencontohkan produksi siap jual Indonesia saat ini kerap mengalami penurunan. Misalnya, dari semula 1,7 juta barel oil equivalent per day (boepd) menjadi sekitar 800 ribu boepd saja pada tahun 2018 lalu.
“Sekarang ini migas kita cenderung menurun. Lifting 800 juta boepd. Sekarang mungkin di bawah itu. Nah, jadi sisanya itu kan harus impor,” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui di Kantor Kemenko Kemaritiman pada Rabu (10/7/2019).
Kendati demikian, hal itu, katanya, seharusnya sudah tak menjadi masalah lagi. Ia menyebutkan Indonesia saat ini sudah memiliki banyak energi baru terbarukan (EBT) sehingga persoalan defisit migas ini dapat segera teratasi.
Luhut mencontohkan pada tahun 2025 saja pemerintah sudah memiliki target bauran energi sebanyak 30 persen harus bersumber dari EBT.
Menurutnya, saat ini EBT masih berada dalam tahap uji coba, tetapi ia yakin perlahan akan ada dampaknya. Ia memperkirakan melalui EBT Indonesia dapat menghemat hingga 3 miliar dolar AS.
“Udah diujicobakan. Kami berharap paling tahun depan bisa masuk. Itu bisa menghemat 3 miliar dolar AS lebih. Nah itu akan bagus buat current account deficit (CAD),” ucap Luhut.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri