Menuju konten utama

Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG demi Kurangi Impor Migas

Pemerintah akan terus meningkatkan industri gas di Indonesia karena melihat tingkat konsumsi gas masyarakat mencapai 8,7 juta metrik ton per tahun.

Bahlil Ajak Investor Bangun Pabrik LPG demi Kurangi Impor Migas
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia (tengah) membantu melayani warga yang mengantre membeli gas elpiji 3 kilogram saat melakukan pemantauan di Karawaci, Tangerang, Banten, Selasa (4/1/2025).ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/YU

tirto.id - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, ingin mengurangi impor minyak dan gas (migas) di Indonesia dengan mengajak para investor membangun pabrik LPG di Indonesia.

“Saya undang bapak ibu semua investor yang mau, silahkan bangun pabrik LPG. Marketnya captive, pembiayaannya langsung dari Bank Mandiri, ini langsung nih. Ini sangat captive sekali karena langsung kontrak dengan Pertamina,” kata Bahlil dalam acara Mandiri Investment Forum di Fairmont Jakarta, Selasa (11/2/2025).

Bahlil melihat tingkat konsumsi gas masyarakat Indonesia per tahun mencapai 8,7 juta metrik ton, sementara 8,2 juta metrik ton digunakan untuk konsumsi LPG 3 kilogram (kg).

Maka dari itu, dia menekankan pihaknya akan terus meningkatkan industri gas di Indonesia. Katanya, saat ini pemerintah tengah membangun fasilitas jaringan gas (jargas) nasional.

“Untuk menutupi supply gas dari Sumatra, dan dari Jawa Timur, kami sekarang lagi membangun pipa gas sebagai jalan tolnya, agar kami bisa terpenuhi kebutuhan-kebutuhan dalam negeri khususnya untuk di Sumatra dan Jawa,” ucapnya.

Sementara itu, dia membeberkan lifting minyak di Indonesia saat ini menduduki posisi sangat rendah, yang mana per hari saja hanya berkisar 590 hingga 600 ribu barel per hari. Diketahui, padahal konsumsi minyak nasional rata-rata sekitar 1,6 juta barel per hari.

“Karena produksi minyak yang rendah, Indonesia jadi harus melakukan impor sekitar 1 juta barel per hari,” katanya.

Hal itu lah menurutnya yang membuat Indonesia jadi melakukan impor minyak dengan nilai yang tak sedikit, yakni hingga Rp500 triliun per tahun demi memenuhi kebutuhan energi dalam negeri.

“Setiap tahun di Indonesia sekarang, harus menyiapkan uang kurang lebih sekitar Rp 500 triliun lebih untuk kita beli minyak. Devisa kita hilang banyak nih,” ucap Bahlil.

Baca juga artikel terkait MIGAS atau tulisan lainnya dari Nabila Ramadhanty

tirto.id - Bisnis
Reporter: Nabila Ramadhanty
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto