Menuju konten utama

Bahlil: Impor Migas Habiskan Devisa Negara hingga Rp500 T/Tahun

Dengan kebutuhan minyak mencapai 1,6 juta barel per hari, Indonesia terpaksa mengimpor rata-rata 1 juta barel per hari.

Bahlil: Impor Migas Habiskan Devisa Negara hingga Rp500 T/Tahun
Ketua Umum Golkar, Bahlil Lahadalia, usai menyambangi kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara IV, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024). tirto.id/Fransiskus Adryanto Pratama

tirto.id - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengungkapkan bahwa impor minyak dan gas (migas) yang terus-menerus dilakukan Indonesia telah menggerus devisa negara setidaknya Rp500 triliun per tahun. Ketergantungan akan impor migas inilah yang kemudian membuat nilai tukar rupiah sangat bergantung pada pergerakan dolar.

"Setiap tahun, kita itu menghabiskan devisa kita Rp500 triliun. Makanya nilai tukar dolar terhadap rupiah agak sedikit maju-mundur. Karena, memang hukum permintaan-penawaran terjadi terhadap dolar AS,” kata Bahlil dalam acara Repnas National Conference & Awarding Night di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Senin (14/10/2024).

Bahlil mencatat bahwa dengan kebutuhan minyak nasional yang mencapai 1,6 juta barel per hari, Indonesia terpaksa mengimpor rata-rata 1 juta barel per hari. Menurutnya, hal itu terjadi karena lifting minyak nasional terus mengalami penurunan sejak lebih dari dua dekade lalu. Sampai saat ini, produksi minyak Indonesia hanya sebesar 600 barel per hari.

Jika kondisi ini terus dibiarkan, anggaran negara jelas akan semakin terbebani. Pasalnya, harga minyak mentah akan sangat bergantung pada pergerakan dolar AS.

Bayangkan, salah satu sumber kebutuhan dolar terbesar itu adalah kita untuk membeli energi,” sambung Bahlil.

Karenanya, agar impor migas tak semakin melonjak, perlu upaya lebih besar untuk menggenjot lifting minyak nasional. Salah satunya adalah dengan memanfaatkan teknologi enhance oil recovery(EOR). Ketua Umum Partai Golongan Karya itu pun telah mengamanatkan PT Pertamina (Persero) untuk menerapkan teknologi itu di wilayah Rokan.

Salah satu teknologi yang dipakai itulah EOR dan ini kita lagi kembangkan Pertamina untuk membangun di wilayah Rokan di Sumatera. Mau tidak mau, [harus] seperti itu,” tegas Bahlil.

Sebelumnya, Bahlil mengatakan bahwa produksi minyak nasional saat ini berbanding terbalik dengan kondisi pada kurun 1996-1997. Saat itu, produksi minyak nasional bisa mencapai 1,6 juta barel per hari. Dengan kebutuhan nasional hanya sekitar 600 barel per hari, 1 juta barel minyak sisanya dapat diekspor.

“Sekarang, lifting kita hanya di 600 ribu barel per day di 2023. Di 2024, kurang lebih begitu juga dan konsumsi kita sekitar 1,6 juta barel per day. Jadi, terbalik dengan 30 tahun lalu, antara lifting dan ekspor berbalik dengan lifting dan impor di tahun 2023. Jadi, kalau di tahun 1996 kita ekspor 1 juta barel, di tahun 2023 kita impor 1 juta barel,” ucapnya.

Baca juga artikel terkait IMPOR MIGAS atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi