Menuju konten utama

Mensos Risma Sebut Kemiskinan Jadi Penyebab Kasus TPPO

Risma mengatakan pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi fondasi untuk memberantas TPPO.

Mensos Risma Sebut Kemiskinan Jadi Penyebab Kasus TPPO
Menteri Sosial Tri Rismaharini saat jumpa pers tentang penanganan kasus TPPO di Kantor Kemensos, Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2023). tirto.id/Riyan Setiawan

tirto.id - Menteri Sosial (Mensos), Tri Rismaharini mengatakan penyebab terjadinya Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di Indonesia salah satunya adalah faktor kemiskinan.

"Core [Inti] TPPO itu kemiskinan. Maka dari itu di perbatasan rentan TPPO," kata Risma di Kantor Kementerian Sosial (Kemensos) Jakarta Pusat, Rabu (21/6/2023).

Berdasarkan catatannya, korban TPPO sampai 21 Juni 2023 yang ditangani oleh Kemensos ada 196 orang.

Risma mengatakan pengentasan kemiskinan ekstrem menjadi fondasi untuk memberantas TPPO. Menurutnya, jika perekonomian masyarakat baik, tidak mungkin mereka tergiur ajakan-ajakan melakukan TPPO.

"Untuk itu kita di Kementerian Sosial berupaya melakukan penguatan kemandirian agar mereka tidak tergiur untuk migrasi," ucapnya. Politikus PDI-P itu mengaku ada pendekatan khusus untuk kawasan perbatasan, di mana kasus TPPO banyak terjadi yaitu dengan menguatkan mereka untuk membangun usaha agar bisa keluar dari kemiskinan.

"Di Kalimantan Selatan misalnya, itu ada TPPO, korbannya dari Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Untuk itu terus kita gali potensi apa yang bisa dilakukan untuk perbaikan ekonominya," ucapnya.

Ia mengatakan Kemensos menangani korban TPPO di beberapa tempat dengan memberikan bantuan usaha untuk komunitas. Terdapat treatment khusus di kawasan-kawasan perbatasan, di antaranya di Sebatik dan Krayan, Kalimantan Utara, Wini, NTT, Skouw, hingga Malaka yang berbatasan dengan Singapura.

Di Wini, kata Risma, selain membantu para ibu, juga ada bantuan peralatan untuk tenun, serta bunga matahari yang dimanfaatkan untuk minyak. Sedangkan di Skouw, Papua juga ada pemberdayaan masyarakat untuk ternak petelur, ternak babi, dan beberapa anak dikirim untuk mengikuti pelatihan di NTT.

"Ada yang dikirim ke NTT untuk belajar jahit, kita bantu agar dia bisa buat usaha di situ," tuturnya.

Baca juga artikel terkait KEMISKINAN EKSTREM atau tulisan lainnya dari Riyan Setiawan

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Riyan Setiawan
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Restu Diantina Putri