Menuju konten utama

Menristekdikti: 2016 Adalah Awal Gerakan Inovasi Anak Negeri

Dalam puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21, Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mencanangkan tahun 2016 ini sebagai awal dari gerakan inovasi anak negeri.

Menristekdikti: 2016 Adalah Awal Gerakan Inovasi Anak Negeri
Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Muhammad Nasir (kanan) berboncengan menggunakan sepeda listrik Bikuns dengan Rektor UNS Ravik Karsidi (kiri) saat meninjau pameran produk inovasi nasional untuk memperingati hari teknologi nasional di Solo, Jawa Tengah, Minggu (7/8). Mengusung tema inovasi untuk kemandirian dan daya saing bangsa, puncak peringatan hari teknologi nasional tersebut akan digelar di Gelora Manahan Solo pada Rabu (10/8). Antara Foto/Maulana Surya.

tirto.id - Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohammad Nasir mencanangkan tahun 2016 ini sebagai awal dari gerakan inovasi anak negeri yang dapat menandai era di mana kesadaran dan kebangkitan akan inovasi anak bangsa terus tumbuh.

"Saya menghimbau agar ke depan seluruh kekompakan iptek baik lembaga litbang, perguruan tinggi, industri, peneliti, dunia usaha dan masyarakat memiliki komitmen bersama untuk memajukan dan mengakselerasikan kapasitas ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi sebagai upaya kita untuk mewujudkan kemandirian dan daya saing anak bangsa," kata Nasir pada puncak peringatan Hari Kebangkitan Teknologi Nasional (Hakteknas) ke-21 di Gelanggang Bung Karno Stadion Manahan Solo, Rabu (10/8/2016).

Ia mengatakan menguasai iptek adalah suatu keniscayaan untuk bisa bersaing dan sejajar dengan bangsa lain. Keyakinannya itu harus diikuti dengan langkah nyata berupa kebijakan, program, dan kegiatan untuk mendukung dan mengembangkan inovasi dalam suatu Sistem Inovasi Nasional maupun Sistem Inovasi Daerah.

"Saat ini kita memasuki era Masyarakat Ekonomi ASEAN. kawasan ini menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, di mana aliran barang, jasa, dan investasi bergerak bebas sesuai konvensi ASEAN," katanya.

Maka, menurut Nasir, keunggulan komparatif dan kompetitif sangat menentukan mampu tidaknya memenangkan persaingan antar negara ASEAN.

Sebagai informasi, berdasarkan data World Economic Forum (WEF) 2015-2016, saat ini daya saing Indonesia berada di peringkat 37 dari 140 negara. Indonesia tertinggal dari Singapura yang berada di posisi dua, Malaysia di posisi 18, Thailand di posisi 32.

Nasir mengatakan tiga dari 12 pilar yang menjadi indikator mengukur daya saing bangsa, terkait iptek dan pendidikan tinggi yang harus terus ditingkatkan yaitu pendidikan tinggi dan training, kesiapan teknologi, dan inovasi, yang masing-masing berada di posisi 65, 85, dan 30.

Indonesia, lanjutnya, sudah masuk dalam negara pada tahapan "efficiency driven" yang diharapkan bisa masuk kategori negara "innovation driven." Hal ini, menurut Nasir, tentu tidak mustahil bagi Indonesia karena prasyarat untuk jadi negara kekuatan besar dalam perekonomian dunia memang sudah dimiliki.

Kemristekdikti sendiri berupaya menginisiasi dan menelurkan kebijakan yang menjadi peta jalan penguatan inovasi nasional untuk meningkatkan tenaga terdidik, terampil dan berpendidikan tinggi, kualitas pendidikan tinggi dan lembaga litbang, sumberdaya litbang dan mutu pendidikan tinggi, produktivitas penelitian dan pengembangan, serta meningkatkan inovasi bangsa.

Salah satu kebijakan yang sudah keluar adalah Permenkeu Nomor 106/PMK.2/2016 di mana penggunaan anggaran riset berorientasi kepada hasil akhir. Kebijakan ini, ia mengatakan memungkinkan para peneliti lebih bergairah dan fokus melakukan aktivitas riset karena tidak dijejali dengan persyaratan administrasi dan laporan pertanggungjawaban keuangan yang rumit.

"Saya berharap semangat Hakteknas kali ini menyebar dan menggelora ke seluruh penjuru negeri dan menjadikan teknologi dan inovasi sebagai mainstream gerakan membangun karakter bangsa," ujar Nasir.

Baca juga artikel terkait INOVASI

tirto.id - Pendidikan
Sumber: Antara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara