tirto.id - Peneliti Lembaga Studi Pertahanan dan Studi Strategis Indonesia (Lesperssi), Beni Sukadis terheran-heran dengan pernyataan Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu yang mengatakan 3 persen dari prajurit TNI terpapar paham radikalisme.
"Kenapa ada anggota TNI terpapar radikalisme? Jika itu benar ada, maka itu suatu hal yang kontroversial," ujarnya kepada Tirto, Kamis (20/6/2019).
Sebab, menurutnya, prajurit TNI semestinya memiliki loyalitas terhadap ideologi Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dia mengatakan, hal tersebut tidak seharusnya terjadi karena prajurit TNI memiliki sumpah dan harus setia pada Republik Indonesia.
Ia juga mengatakan, Menhan perlu menjelaskan juga 3 persen itu berasal dari mana saja. Serta memaparkan secara benderang radikalisme yang dimaksudkan itu seperti apa dan bagaimana.
Sebab, menurut Beni, 3 persen tersebut bukanlah jumlah yang sedikit. "Artinya hal ini, kan, cukup sensitif. Seharusnya, harus hati-hati untuk disampaikan hal ini," ujarnya.
Beni menegaskan, pernyataan Menhan perlu ditelusuri lebih lanjut dan dijadikan bahan evaluasi bagi internal TNI. Sebab, jika memang benar demikian, hal tersebut berbahaya bagi keutuhan organisasi TNI ke depannya.
"Pola rekrutmen dan akademi harus diperbaiki, agar terhindar dari masuknya infiltrasi ideologi radikal," ujarnya.
Pernyataan soal 3 persen prajurit TNI terpapar paham radikalisme itu disampaikan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu saat menghadiri acara halal bihalal Mabes TNI di GOR Ahmad Yani Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur pada Rabu (19/6/2019) kemarin.
Ia mengaku prihatin atas temuan Kemenhan mengenai kelompok-kelompok yang ingin mengganti ideologi negara Pancasila dengan ideologi khilafah.
"Kurang lebih 3 persen, ada TNI yang terpengaruh radikalisme," ujar Menhan seperti dikutip Antara.
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Alexander Haryanto