tirto.id - Paus Fransiskus meninggal dunia pada hari Senin, 21 April 2025, di usia 88 tahun, atau sehari setelah tampil di Basilika Santo Petrus saat perayaan Paskah. Kabar duka tersebut telah dikonfirmasi oleh pihak Vatikan.
Paus Fransiskus ketika itu tidak memimpin Misa Paskah karena alasan kesehatan, tetapi tetap menyampaikan pesan "Urbi et Orbi" melalui ajudan. Dalam pesan tersebut, Paus menyerukan gencatan senjata segera di Gaza dan pembebasan para sandera oleh Hamas.
Ia juga mengecam meningkatnya antisemitisme dan menyatakan solidaritas terhadap penderitaan rakyat Israel dan Palestina. Sebelumnya, Paus sempat dirawat selama lima pekan akibat pneumonia dan aktif mengkritik kampanye militer Israel di Gaza.
Mengenang Paus Fransiskus & Kunjungan ke Indonesia Tahun 2024
Paus Fransiskus dikenang sebagai sosok “Paus Rakyat”. Ia wafat di kediamannya di Casa Santa Marta setelah berjuang melawan pneumonia ganda dan berbagai komplikasi kesehatan.
Dalam pengumuman resmi di laman Vatican News, Cardinal Kevin Farrell menyampaikan pesan penting terkait kabar duka meninggalnya Paus Fransiskus.
"Saudara-saudari terkasih, dengan dukacita yang mendalam saya harus mengumumkan wafatnya Bapa Suci kita, Fransiskus. Pada pukul 7.35 pagi ini, Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa," kata Cardinal Kevin Farrell.
"Seluruh hidupnya dibaktikan untuk melayani Tuhan dan Gereja-Nya. Ia mengajarkan kita untuk menghayati nilai-nilai Injil dengan kesetiaan, keberanian, dan kasih universal, khususnya demi mereka yang paling miskin dan paling terpinggirkan," ujar Cardinal Kevin Farrell.
"Dengan rasa syukur yang tak terhingga atas teladannya sebagai murid sejati Tuhan Yesus, kami serahkan jiwa Paus Fransiskus kepada kasih yang tak terbatas dan penuh belas kasihan dari Allah Tritunggal Mahakudus," pungkasnya.
Meskipun kesehatan Paus Fransiskus terus menurun dalam beberapa tahun terakhir, Paus Fransiskus tetap menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap umatnya. Ia dirawat di Rumah Sakit Gemelli selama 38 hari akibat gangguan pernapasan dan pneumonia sebelum kembali ke Vatikan.
Namun, sehari sebelum wafat, ia tetap muncul di hadapan ribuan umat di Lapangan Santo Petrus saat Paskah, memberikan berkat, dan menunjukkan semangat meski dalam kondisi lemah.
Pada 3 September 2024 lalu, Paus Fransiskus sempat berkunjung ke Indonesia dalam rangka perjalanan kerasulan selama tiga hari. Kehadirannya di Tanah Air disambut oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Menteri Agama dan perwakilan Gereja Katolik Indonesia.
Kunjungan ini bertujuan untuk menghargai kebebasan beragama dan mempelajari kerukunan antarumat beragama di Indonesia. Dalam agenda tersebut, Paus mengunjungi Masjid Istiqlal dan menandatangani dokumen kemanusiaan bersama Imam Besar Nasaruddin Umar sebagai simbol komitmen terhadap perdamaian dan kerukunan.
Duta Besar Vatikan menyebut bahwa Paus tertarik pada keberagaman Indonesia serta perkembangan pesat Gereja Katolik di negara dengan mayoritas Muslim. Selain isu agama, Paus juga ingin menyuarakan perhatian terhadap lingkungan hidup, sejalan dengan pesan dalam ensiklik Laudato Si.
Semasa hidup, Paus Fransiskus terkenal karena gaya kepemimpinan yang sederhana dan penuh kasih. Ia memilih tinggal di tempat yang lebih sederhana daripada apartemen kepausan yang mewah. Ia juga secara konsisten membela kaum miskin, pengungsi, dan yang terpinggirkan.
Selama masa kepemimpinan Paus Fransiskus, ia mendorong dialog antaragama, mengecam ketimpangan ekonomi, serta menyuarakan keprihatinan terhadap perubahan iklim.
Sebagai Paus yang mengangkat suara-suara yang selama ini terabaikan, kepergian Fransiskus meninggalkan duka mendalam bagi lebih dari 1,4 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Kini, perhatian dunia tertuju pada proses konklaf yang akan memilih sang penerus, dengan harapan bahwa warisan iman dan kasih sayang akan terus hidup dalam Gereja Katolik masa depan.
Penulis: Lita Candra
Editor: Beni Jo