Menuju konten utama

Mengenal Sesar Kertasari yang Jadi Pemicu Gempa di Bandung

Sesar Kertasari disebut-sebut menjadi pemicu gempa di Bandung. Simak penjelasannya dan perbedaan dengan sesar Garsela.

Mengenal Sesar Kertasari yang Jadi Pemicu Gempa di Bandung
Ilustrasi Gempa. tirto.id/Sabit

tirto.id - Bandung diguncang gempa dengan magnitudo 5.0 pada Rabu (18/9/2024). Gempa terjadi akibat dipicu sesar Kertasari dan bukan sesar Garsela. Apa perbedaan sesar sesar Kertasari dan sesar Garsela?

Gempa yang telah terjadi di Bandung berpetensi memberikan dampak kerusakan yang signifikan. Gempa akibat sesar daratan mempunyai jarak yang lebih dekat ke permukaan.

Hal ini sama seperti gempa di segmen megathrust yang bisa menimbulkan dampak seismik serta tsunami.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan gempa di Bandung menyebabkan sejumlah kerusakan.

Di antaranya dua fasilitas kesehatan dan dua gedung pemerintah di Kabupaten Bandung. Kemudian sejumlah rumah penduduk di Desa Cihawuk, Cibeureum, dan Tarumajaya.

Apa Itu Sesar Kertasari & Ancamannya?

Sesar Kertasari adalah sesar baru yang berjarak 6,61 km ke arah barat dan sejajar dengan arah umum sesar Garsela. Sesar Kertasari termasuk sesar baru.

Menurut Irwan Meilano, Dekan Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (ITB), sebagaimana mengutip laman resmi kampus, sesar Kertasari adalah sesar aktif di daratan.

Sama seperti megathrust, sesar ini adalah hasil proses pergeseran tektonik di cincin api Indonesia. Meskipun demikian, magnitudo gempa yang dihasilkan sesar aktif Kertasari biasanya lebih kecil dibandingkan gempa megathrust.

Walaupun magnitudo lebih kecil, gempa sesar yang jaraknya lebih dekat dengan permukaan juga bisa menyebabkan kerusakan signifikannya, sama seperti dampak megathrust.

Oleh karena itu, masyarakat dihimbau tetap waspada terhadap ancaman gempa sesar Kertasari. Bentuk dan bahaya ancaman dinilai sama seperti dampak gempa megathrust.

Gayatri Indah Marliyani, pakar geologi Universitas Gadjah Mada (UGM), mengatakan keberadaan sesar aktif sulit dipetakan. Hal ini dikarenakan kondisi wilayah Indonesia yang memiliki curah hujan tinggi, sehingga tingkat erosi dan pelapukan batuan juga tinggi.

Catatan tersebut menyebabkan bukti-bukti keberadaan sesar aktif di permukaan menjadi sulit ditemukan. Kejadian gempa dengan magnitudo besar maupun kecil sebenarnya bisa menjadi petunjuk keberadaan sesar aktif. Selain itu, bisa dijadikan fokus penelitian dan pemetaan yang lebih terperinci lagi.

Gempa yang terjadi sepanjang bulan September di Indonesia sejatinya berasal dari sistem sesar dan mekanisme yang berbeda. Posisi Indonesia berada di wilayah tektonik aktif dan pertemuan banyak lempeng bumi. Kemudian fenomena gempa umum terjadi.

Meskipun dihimpit banyak sesar aktif daratan dan zona megathrust, masyarakat sebaiknya tidak panik dan menekankan pentingnya mitigasi bencana terhadap ancaman gempa yang sangat mungkin sering terjadi di Indonesia.

peta sesar garsela Jawa Barat

Peta pusat gempa dangkal di darat pada kedalaman 10 kilometer dengan koordinat 7.19 LS,107.67 BT atau berjarak 24 kilometer dari arah Tenggara Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). ANTARA/HO-Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG/am.

Beda Sesar Kertasari dan Sesar Garsela

Gempa di Bandung pada hari Rabu, (18/9), bukan disebabkan sesar Garsela seperti yang diprediksi sebelumnya. Namun dikarenakan sesar Kertasari. Lalu, apa beda sesar Kertasari dan sesar Garsela?

Sesar Kertasari dan sesar Garsela sama-sama tergolong sesar aktif. Namun, keduanya memiliki lokasi yang berbeda. Sesar Garsela saat ini sudah berhasil dipetakan. Sesar Kertasari belum terpetakan. Sesar Kertasari disebut sebagai patahan yang melewati Kecamatan Kertasari.

Sesar Garsela sendiri merupakan sesar Garut Selatan. Sesar atau patahan ini berada di sepanjang barat daya sampai timur laut Garut. Kondisi sesar mencakup dua segmen yang diklaim masih aktif sampai sekarang.

Sesar Garsela sempat menyebabkan gempa bumi pada 2015. Demikian menurut Kajian Geofisika yang diterbitkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Bandung. Gempa ketika itu terjadi dengan skala kecil sehingga tidak menimbulkan akibat fatal. Potensi gempa yang lebih besar dimungkinkan bisa terjadi.

Dua tahun setelah gempa atau tepatnya tanggal 18 Juli 2017, gempa terjadi lagi dan berpotensi merusak daratan Garut. Kekuatan gempa yang mencapai 3,7 magnitudo neruntuhkan daerah sekitar Kamojang, Garut.

Sementara patahan aktif atau sesar Kertasari merupakan sesar baru. Episentrum gempa berada di darat pada koordinat 7,19°LS - 107,67°BT. Jaraknya sekitar 24 km Tenggara Kabupaten Bandung, dengan magnitudo 5,0 pada kedalaman 10 km.

Menurut GeoForschungsZentrum (GFZ), lokasi pusat gempa Bandung berada pada koordinat 7,24°LS dan 107,52°BT dengan magnitudo 5,3 mb dan kedalaman 10 km.

Bandung Barat Kawasan Rawan Gempa Bumi

Foto udara Gunung Batu yang merupakan bagian dari Sesar Lembang di Pasirwangi, Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Minggu (7/3/2021). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/rwa. (ANTARA FOTO/RAISAN AL FARISI)

Dampak Gempa di Bandung Akibat Sesar Kertasari

Gempa di Bandung akibat sesar Kertasari diikuti total 34 gempa susulan. Mengutip laman RRI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung melaporkan terdapat 11.682 Kepala Keluarga (KK) atau 45.325 jiwa terdampak gempa bumi Kertasari.

Masyarakat yang terdampak gempa tersebar di sejumlah kecamatan. Semisal Kertasari, Pangalengan, Ibun, dan Pacet. Belum lagi di Ciparay, Arjasari, Pameungpeuk, Banjaran, serta Cimaung.

Data BPBD Kabupaten Bandung per hari Selasa (24/9/2024) menyebutkan sebanyak 6.163 rumah mengalami kerusakan dengan berbagai tingkatan. Rinciannya terdiri dari 784 rumah rusak berat, 987 rusak sedang, dan 4.392 lainnya mengalami rusak ringan.

Selain itu, fasilitas lain juga ikut terdampak. Di antaranya 91 sarana pendidikan, 96 tempat ibadah, dan 12 fasilitas kesehatan. Sejumlah 27 fasilitas umum juga mengalami kerusakan akibat gempa di Bandung itu.

Baca juga artikel terkait SESAR atau tulisan lainnya dari Lucia Dianawuri

tirto.id - Edusains
Kontributor: Lucia Dianawuri
Penulis: Lucia Dianawuri
Editor: Beni Jo & Yulaika Ramadhani