Menuju konten utama

Gempa Bandung Megathrust atau Bukan? Ini Penjelasan BMKG

Apakah gempa di Kabupaten Bandung yang terjadi pada 18 September 2024 adalah gempa Megathrust? Berikut penjelasan dari BMKG.

Gempa Bandung Megathrust atau Bukan? Ini Penjelasan BMKG
Warga membersihkan puing reruntuhan rumah yang rusak akibat gempa bumi di Desa Cibeureum, Kertasari, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Rabu (18/9/2024). Pemerintah Kabupaten Bandung menetapkan status tanggap darurat selama 14 hari ke depan atas bencana gempa bumi bermagnitudo 5.0 yang mengakibatkan sebanyak 491 rumah warga mengalami kerusakan. ANTARA FOTO/Novrian Arbi/Spt.

tirto.id - Gempa di Kabupaten Bandung, pada Rabu, 18 September 2024, beberapa pekan setelah peringatan waspada gempa Megathrust di Pulau Jawa dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Lantas, apakah gempa Bandung merupakan megathrust atau bukan?

Gempa Bandung terjadi pada Rabu (18/9/2024), pagi, sekitar pukul 09.42 WIB. Usai gempa terjadi, masyarakat setempat terus mengalami gempa susulan hingga siang hari.

Mengutip data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Barat, gempa Bandung menyebabkan empat bangunan fasilitas umum rusak.

Hadi Rahmat, Kasi Kedaruratan Pusdalops BPBD, menjelaskan bahwa bangunan yang rusak mencakup faskes di Desa Cibeureum dan Cihawuk. Kemudian kantor Polsek dan Kantor Urusan Agama (KUA) di Desa Cibeureum.

Adapun dampak gempa bumi Kabupaten Bandung berkekuatan 5 magnitudo tersebut diklaim menimbulkan efek sampai Kabupaten Bandung Barat. Menurut Hadi, pendataan dampak gempa sedang dalam proses assessment.

Apakah Gempa Bandung Gempa Megathrust?

Gempa yang terjadi di Kabupaten Bandung bukan merupakan gempa Megathrust. Hal ini sudah dikonfirmasi oleh BMKG. Menurut Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, gempa Bandung disebabkan oleh aktivitas Sesar Garsela.

"Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas Sesar Garsela," katanya seperti yang dilansir dari Antara, Kamis (19/9/2024).

Sesar Garsela merupakan singkatan dari Sesar Garut Selatan. Sesar ini terbentang di sepanjang barat daya ke timur laut, mulai dari Kabupaten Garut sampai daerah selatan Kabupaten Bandung.

Adapun segmen sesar dibagi atas dua bagian, meliputi Segmen Kencana di bagian barat daya sepanjang 17 kilometer dan Segmen Rakutai di timur laut yang panjangnya 19 km. Totalnya panjang Sesar Garsela mencapai 42 kilometer.

Gempa Bandung 18 September 2024 termasuk gempa dangkal yang dengan pusat gempa berkoordinat di 7.19 LS, 107.67 BT atau 24 kilometer dari tenggara Kabupaten Bandung.

Masih menurut Daryono, gempa akibat Sesar Garsela punya mekanisme bergerak geser turun atau oblique normal. Bukan hanya berkekuatan 5 magnitudo, BMKG juga mencatat gempa susulan sampai jam 10.10 WIB, berkekuatan 3,1 magnitudo.

Kepala BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengungkapkan bahwa pergerakan Sesar Garsela menimbulkan 20 gempa susulan di daerah Kabupaten Bandung dan Garut. Periode itu berlangsung sampai pukul 12.30 WIB.

Gempa Bandung susulan itu terbesar dideteksi berkekuatan 3,6 magnitudo dan berdampak terhadap bergetarnya sejumlah wilayah Jawa Barat. Wilayah terdampak gempa termasuk Kota dan Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Bandung Barat.

Perlu diketahui bahwa rekahan batuan yang berpindah secara relatif Garsela pernah pula menyebabkan gempa beberapa tahun belakangan ini. Bencana serupa pernah terjadi di Kabupaten Bandung pada 2020, kemudian Garut pada 2021 dan 2023.

Gempa akibat aktivitas Sesar Gersela berbeda dengan gempa Megathrust. Gempa Megathrust adalah gempa yang terjadi di zona Megathrust atau zona subduksi aktif.

Zona Megathrust adalah wilayah di mana lempeng tektonik bumi menunjam ke bawah lempeng tektonik lainnya. Gerakan ini membentuk medan tegangan atau stres pada bidang kontak antar lempeng dan bisa bergeser secara tiba-tiba yang memicu gempa.

Baca juga artikel terkait GEMPA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Aktual dan Tren
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya