tirto.id - Anda pernah merasa ragu atau tidak percaya diri dengan kemampuan diri sendiri? Dalam istilah psikologi, hal tersebut dinamakan dengan self doubt.
Laman Pijar Psikologi menuliskan ada dua penyebab di balik perasaan ragu dan tidak percara pada kemampuan diri itu. Pertama, adanya inner voice negatif atau suara-suara dari dalam diri. Kedua, adanya perasaan dan sikap tidak cukup baik.
1. Inner voice negatif
Setiap orang memiliki inner voice atau suara-suara dari dalam diri. Tidak sedikit dari suara tersebut yang bersifat negatif termasuk kritik yang destruktif, kata-kata yang mengingatkan pada kegagalan di masa lalu, atau berupa ingatan yang membawa orang pada kesalahan, kesedihan, hingga kekecewaan masa lalu.
Ini lah yang sering kali membuat beberapa orang merasa ketakutan berlebihan hingga berimbas pada keyakinan memandang masa depan. Semakin sering kritik-kritik dari dalam diri sendiri ini muncul, semakin kepercayaan diri menurun yang berdampak pada sikap meragukan diri sendiri.
2. Perasaan dan sikap “tidak cukup baik”
Sikap yang menganggap diri "tidak cukup baik" bisa menjadi lingkaran setan saat muncul perasaan meragukan diri sendiri. Sering kali orang merasa bahwa diri tidak cukup pandai, tidak cukup baik, tidak cukup beruntung, dan sebagainya.
Hal ini dapat membuat keterpurukan, perasaan yang semakin tertekan, dan semakin mempertanyakan kapasitas dan kemampuan diri. Akibatnya, orang yang mengalami hal tersebut juga bisa menurunkan fungsi kognitif.
Banyak orang menjadi tidak bersemangat dalam memperjuangkan rencana dan mimpinya. Sehingga, akan sampai pada kesimpulan bahwa diri tidak cukup kompeten, tidak mampu, dan tidak akan pernah cukup untuk mewujudkan sesuatu. Padahal, bukan karena tidak cukup baik melainkan pikiran yang terus memaksa untuk orang berpikir bahwa ia tidak cukup baik.
Ia akan terkurung dalam pikiran negatif tersebut dan membentuk diri secara perlahan pada “tidak cukup baik” tanpa penerimaan diri seutuhnya.
Apabila hal ini terjadi secara terus menerus, bukan tidak mungkin self-doubt ini berujung pada perasaan gelisah dan depresi, kebiasaan menunda-nunda, kurangnya motivasi, ketidakstabilan emosi, tingkat kepercayaan diri yang rendah, atau kesulitan membuat keputusan.
Namun, tidak semua orang dapat berkesimpulan seperti itu. Dalam beberapa peristiwa, keraguan diri atau self-doubt justru dapat membantu sebab seringkali mengarah pada introspeksi dan peningkatan kinerja, demikian seperti dilansir Good Therapy.
Misalnya, ketika Anda merasa tidak berkinerja baik pada tugas yang diberikan, Anda dapat menghabiskan lebih banyak waktu untuk mempersiapkan sehingga meningkatkan hasil pada tugas Anda.
Keraguan terhadap diri sendiri dapat berasal dari pengalaman anak saat usia dini, termasuk masalah keharmonisan dalam keluarga. Anak-anak yang mengalami interaksi positif secara konsisten dengan orang tua cenderung membentuk keterikatan yang aman, atau pemahaman dasar bahwa mereka dapat mengandalkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Rasa aman ini membantu membangun pondasi bagi hubungan yang baik di masa depan. Orang-orang yang mengembangkan keterikatan yang aman di masa kanak-kanak biasanya lebih cenderung terlibat dalam hubungan di mana mereka merasa dicintai dan didukung.
Sebaliknya, ketidakharmonisan dan interaksi negatif dengan orang tua dapat menyebabkan seseorang mempertanyakan kelayakan diri. Hal ini dapat berkontribusi pada pengembangan rasa keraguan diri secara umum, serta masalah kesehatan mental lainnya.
Seseorang dengan keterikatan yang tidak aman juga mungkin mengalami kesulitan untuk terlibat dalam dan menjaga hubungan yang sehat di masa dewasa.
Respons setiap individu dalam mengatasi rasa ragu ini berbeda-beda. Apabila perasaan meragukan diri mempengaruhi kegiatan sehari-hari, atau menghambat kinerja diri, disarankan untuk segera menghubungi ahli kesehatan mental atau lainnya untuk memberikan bimbingan atau dukungan.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Alexander Haryanto