Menuju konten utama

Mengenal Istilah "Daddy Issue" dan Cara Mengatasinya

Hubungan buruk antara anak-orangtua membentuk hubungan toksik antar lawan jenis di masa depan.

Mengenal Istilah
Ilustrasi orang tua marah ke anak. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Belakangan istilah “Daddy Issue” ramai digunakan untuk merujuk pada kondisi psikologis akibat hubungan kurang harmonis, atau tidak merasakan kehadiran sosok ayah dalam hidupnya.

Meskipun perempuan lebih sering dipersepsikan memiliki masalah ini, ternyata "Daddy Issue" bisa juga dialami laki-laki.

Namun konteks psikologisnya memang harus dibenahi, masalah hubungan anak dengan orang tua bukan cuma ayah saja, tapi keseluruhan, termasuk ibu.

Awal Mula Istilah "Daddy Issue"

Dilansir dari Healthline, “Daddy Issue” bukan istilah medis resmi atau gangguan yang diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5).

Tidak ada yang mengetahui secara pasti dari mana istilah tersebut berasal. Tapi tampaknya bermula dari istilah “Father Complex” yang diciptakan Sigmund Freud, psikoanalisis dari Austria.

Istilah tersebut ia ciptakan untuk menggambarkan seseorang yang memiliki impuls dan asosiasi bawah sadar sebagai dampak hubungan buruk dengan ayah mereka. Dari teori itu muncul teori lain, yakni Oedipus Complex dan Complex Electra.

Oedipus Complex merujuk pada ketertarikan anak laki-laki pada sosok ibunya, sementara sebaliknya pada Complex Electra, anak perempuan lebih terikat pada sosok ayahnya.

Intinya dalam ilmu psikologi anak-anak memang membutuhkan orang dewasa yang dijadikan pegangan hidup untuk membentuk perasaan aman.

Jika perasaan aman ini tidak terbentuk maka berisiko menimbulkan pola hubungan beracun dengan lawan jenis.

Ciri-ciri Orang dengan Daddy Issue

Hubungan yang sehat adalah buah dari asuhan responsif terhadap kebutuhan anak termasuk secara emosional.

Begitu pula dengan hubungan toksik yang terbentuk akibat pola pengasuhan tidak responsif dan terputus secara emosional.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) hubungan orang tua dan anak yang buruk, merupakan salah satu faktor risiko untuk melakukan kekerasan seksual.

Orang dengan pola pengasuhan masa kecil yang penuh kasih dan aman bersama orang tua mereka, akan tumbuh menjadi dewasa yang lebih percaya diri dan berkarakter baik.

Hubungan yang mereka bangun cenderung bertahan lama karena didasari kepercayaan dan kehangatan.

Hubungan yang dimaksud tak hanya pada lawan jenis tapi termasuk juga hubungan persahabatan.

Amy Rollo, psikoterapis dari Texas membeberkan beberapa ciri sederhana ketika seseorang memiliki "Daddy Issue".

  • Sering merasa cemas saat tidak bersama pasangan.
  • Butuh banyak kepastian bahwa hubungannya baik-baik saja.
  • Segala hal negatif dalam hubungan dianggap sebagai tanda hubungan tersebut hancur.

Cara Mengatasi "Daddy Issue"

Amy Rollo meminta kita semua merefleksikan hubungan saat ini dan membandingkannya dengan hubungan masa lalu bersama orang tua. Dua poin yang bisa jadi pembanding adalah:

Apakah Anda menemukan pola hubungan yang sama pada hubungan romantis saat ini? Apa hubungan Anda sering terganggu oleh rasa tidak percaya, kecemasan, atau drama?

Jika jawabannya “Ya” maka ada beberapa tip dari Rollo untuk mengatasi masalah hubungan akibat Daddy Issue.

  • Memiliki pembanding, misalnya hubungan orang lain yang lebih sehat. Ambil pelajaran pada hubungan mereka dan coba terapkan.
  • Cara terbaik adalah mempertimbangkan konsultasi dengan konselor atau terapis untuk mengidentifikasi dan mengubah pola keterikatan pada masa kecil.

    Baca juga artikel terkait KEKERASAN SEKSUAL atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

    tirto.id - Kesehatan
    Penulis: Aditya Widya Putri
    Editor: Dhita Koesno