tirto.id - Baru-baru ini, Raffi Ahmad, selebritas populer, mengaku harus menjalani operasi karena mengalami kerusakan di pita suaranya.
“Ada luka dan benjolan di pita suara karena terlalu sering digunakan,” katanya saat diwawancarai sebuah program berita.
Sebagai seorang pembawa acara, aktor, dan penyanyi, hampir seluruh kegiatan Raffi mengandalkan suara. Keadaan itu diperparah dengan jam kerja harian yang ekstrem, mulai dari pukul 7 pagi hingga berakhir pada pukul 3 pagi keesokan harinya. Dalam sehari, Raffi bisa muncul dalam lima hingga tujuh program berbeda.
Rutinitas melelahkan tersebut sudah dijalani Raffi selama 13 tahun, sejak ia berumur 19 tahun. Dokter menyatakan bahwa suaranya sudah digunakan melebihi kapasitas normal. Ia akhirnya dianjurkan untuk menjalani operasi dan istirahat bicara selama tiga hingga enam bulan. Tapi karena kontrak pekerjaan yang sudah kadung disepakati, Raffi memilih untuk menunda tindakan medisnya itu.
“Bahaya juga kalau ini didiemin terus nanti hilang suara di masa tua,” katanya dengan suara parau.
Seperti halnya bagian tubuh lain yang bisa ‘lelah’ ketika dipaksa melakukan kerja berlebih, begitu pula pita suara. Alat penghasil suara ini bisa rusak ketika digunakan melampaui batas maksimalnya. Kelompok orang yang memiliki profesi ‘menjual suara’ layaknya penyanyi, operator, guru, atau pembawa acara, adalah orang-orang yang beresiko mengalami kerusakan pita suara.
Gejala kerusakan pita suara dapat dideteksi dari perubahan suara normal menjadi lebih serak. Pada kasus tertentu, kerusakan pita suara bisa disebabkan oleh gangguan penyakit lain, yang ditandai dengan munculnya benjolan di leher. Ini juga yang terjadi pada Raffi.
Kerusakan pada pita suara yang dialami Raffi, juga pernah menimpa penyanyi Marcell Siahaan, Ari Lasso, hingga Syahrini. Ari malah sempat dilarang menggunakan pita suara sama sekali pada 2009 lalu. Ketiganya kemudian memutuskan menempuh operasi demi menyelamatkan investasi masa depannya.
Menanggapi kabar kesehatan Raffi, banyak warganet mengingatkan selebritas berumur 32 tahun itu untuk mawas diri dalam bekerja. Banyak yang kemudian menyangkut pautkan penyakit yang didapat Raffi dengan gejala sakit kanker kelenjar getah bening, seperti yang pernah dialami Olga Syahputra. Tapi benarkah semua benjolan yang ada di sekitar tenggorokan merupakan indikasi kanker?
Gangguan Pita Suara
Laman Johns Hopkins Medicine menjelaskan pita suara sebagai dua lipatan otot yang berada pada laring. Produksi suara terbentuk ketika ada aliran udara yang keluar dari paru-paru. Saat melewati pita suara, udara membikin lipatan otot tersebut bergetar sehingga muncullah suara. Ciri khas suara yang berbeda pada masing-masing orang ditentukan oleh ukuran dan bentuk pita suara, tenggorokan, hidung, serta mulut.
Gejala gangguan pita suara bervariasi jenisnya, mulai dari gejala ringan seperti serak, parau atau mengi, sulit menelan, batuk, hingga kanker laring. Laringitis merupakan salah satu gangguan pita suara akibat peradangan yang dipicu penggunaan suara berlebih, infeksi, iritasi, atau refluks gastroesofagus (GERD). Jenis gangguan lain pada pita suara adalah munculnya nodul, polip, atau kista.
Nodul paling sering terbentuk pada bagian pita suara yang mendapat tekanan paling besar ketika bergetar. Baik nodul, polip, atau kista, bentuknya seperti benjolan yang berada di sekitar pita suara. Untuk menangani gangguan jenis ini, diperlukan operasi guna menghilangkan jaringan yang mengganggu. Diduga, Raffi mendapat gangguan pita suara jenis ini.
“Penggunaan suara yang berlebihan saat bernyanyi, berbicara, batuk, atau berteriak, merokok, dan iritasi pernapasan menjadi faktor penyebab gangguan pita suara,” demikian tertulis pada laman John Hopkins.
Pita suara dapat mengalami kelumpuhan ketika satu atau kedua lipatan otot tidak dapat terbuka atau tertutup dengan benar. Kondisi ini dapat berkisar dari yang relatif ringan seperti sulit menelan dan batuk, hingga mengancam jiwa. Ketika satu atau kedua pita suara lumpuh, maka makanan atau cairan bisa masuk ke trakea dan paru-paru tanpa penghalang.
Kelumpuhan pita suara dapat disebabkan oleh cidera kepala, leher, atau dada, masalah saat operasi, pukulan, tumor, kanker paru-paru atau tiroid, gangguan neurologis tertentu seperti multiple sclerosis atau parkinson, dan infeksi virus. Tipe perawatan kondisi ini juga beragam, ada kasus yang sembuh dengan sendirinya, tapi kasus lain memerlukan operasi dan terapi bicara.
“Suara serak atau perubahan suara apa pun selama lebih dari 2 minggu harus segera diperiksa,” saran seorang Otolaryngology, Lesley Childs. “Juga ketika merasa harus mengeluarkan banyak energi untuk menghasilkan suara.
Childs mengibaratkan kelelahan pita suara seperti energi yang terbuang saat berlari. Pita suara bisa mengalami lelah ketika digunakan dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu, guna menjaga kesehatan pita suara, pola istirahat bicara perlu dilakukan dengan proporsi rehat selama 10 menit setiap 90 menit penggunaan suara.
Maka, untuk kalian yang mengalami gejala gangguan pada pita suara, ada baiknya periksa ke dokter dan melakukan saran-saran yang diberikan.
Editor: Nuran Wibisono