tirto.id - Petinju pelatnas Asian Games 2018 Valentinus Nahak mengembuskan napas terakhir pada Kamis (2/8/2018) setelah berjuang melawan kanker kelenjar getah bening.
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) turut menjelaskan bahwa peraih medali emas SEA Games Jakarta 2011 itu meninggal dunia di Rumah Sakit Sanglah, Bali, pukul 19.35.
"Berita duka, telah meninggal petinju terbaik Pertina Bali Valentinus Nahak pada hari Kamis pukul 19.35 di RS Sanglah, Bali. Indonesia kehilangan salah satu petinju terbaik dengan meninggalnya Valentinus Nahak. Selamat jalan Valen, semangat olahragamu tidak akan pernah kami lupa," tulis Kemenpora RI di akun twitter resminya.
Kanker kelenjar getah bening, penyakit yang diderita Valentinus Nahak dikenal juga dengan istilah kanker limfoma, yaitu kanker darah dalam sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Kanker ini disebabkan karena sel-sel melawan infeksi sistem kekebalan tubuh, yang disebut limfosit. Sel-sel ini berada di kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya.
Gejalanya kanker getah bening bisa berupa pembengkakan kelanjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Kemudian reaksi batuk, sesak napas, demam, berkeringat di malam hari, sakit perut, kelelahan, berat badan turun, dan gatal-gatal.
Ada beberapa penyebab yang meningkatkan risiko orang terkena limfoma. Salah satunya adalah berjenis kelamin laki-laki dan telah berusia lebih dari 60 tahun. Yang lainnya berkaitan dengan sistem imun lemah, genetika keluarga, kelebihan berat badan, terapi khusus, dan kontaminasi benzena.
Lazimnya, pengobatan kanker getah bening dilakukan dengan kemoterapi, terapi radiasi, atau imunoterapi.
Obat untuk menyembuhkan kanker memang belum ditemukan. Namun, penyakit ini dapat dikendalikan untuk meningkatkan harapan hidup pasien. Begitu juga dengan limfoma. Semakin muda usia pasien, baik performanya (tidak sakit-sakitan), dan rendah stadiumnya, maka penyakitnya semakin mudah ditekan.
dr. Hilman Tadjoedin, Sp.PD-KHOM, Ketua Himpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia menjelaskan benjolan yang diakibatkan dari kanker tersebut bisa ditekan pertumbuhannya sampai taraf tertentu.
“Kita berusaha menekan benjolan pada pasien, tetapi tidak bisa menghilangkannya hingga 100 persen,” kata dr. Hilman Tadjoedin, sebagaimana dilaporkan di artikelTirto.
Limfoma berbeda dengan leukemia. Kanker limfoma berawal dari limfosit yang melawan infeksi, sementara leukemia berawal dari sel pembentuk darah di dalam sumsum tulang.
Untuk membedakannya, limfoma dibagi menjadi dua jenis, yakni limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma Non-Hodgkin (LNH). Hanya sekitar 10 persen pasien limfoma didiagnosis jenis LH, sementara 90 persen lainnya merupakan pasien LNH. Perbedaannya terletak pada jenis sel limfosit yang diserang kanker. Pada tipe LH terdapat sel abnormal Reed-Sternberg, tapi tidak pada tipe LNH.
Editor: Yulaika Ramadhani