tirto.id - Kanker kelenjar getah bening atau yang juga dikenal dengan limfoma dapat berkembang dalam empat tahap. Tahap paling awal penyakit kanker kelenjar getah bening adalah stadium 1 yang ditandai dengan ciri-ciri atau gejala tertentu.
Limfoma adalah kanker yang menyerang sistem limfatik dalam tubuh. Dikutip dari Mayo Clinic, sistem limfatik merupakan bagian dan jaringan tubuh yang berfungsi dalam melawan kuman.
Organ tubuh yang termasuk dalam sistem limfatik adalah kelenjar getah bening, limpa, kelenjar timus, dan sumsun tulang. Kanker yang menyerang di area tersebut dapat menurunkan kemampuan tubuh dalam melawan kuman.
Penyakit limfoma dikenal dalam dua jenis, yaitu limfoma Hodgkin dan limfoma non-Hodgkin. Keduanya dibedakan berdasarkan letak spesifik limfosit yang terlibat.
Limfoma Hodgkin dulunya dikenal sebagai penyakit Hodgkin. Seseorang didiagnosis menderita limfoma Hodgkin apabila sel kanker ditemukan di salah satu sel limfatik yang disebut sel Reed-Sternberg.
Sebaliknya, jika sel kanker tidak ditemukan di sel Reed-Sternberg maka akan disebut sebagai limfoma non-Hodgkin. Namun, menurut Hematology, 12 persen orang yang mengidap limfoma didiagnosis mengembangkan limfoma Hodgkin.
Baik limfoma Hodgkin maupun non-Hodgkin sama-sama penyakit berbahaya yang dapat berakibat fatal apabila tidak segera diobati. American Cancer Society mencatat bahwa 73 persen orang yang didiagnosis limfoma non-Hodgkin memiliki tingkat kelangsungan hidup (survival rate) selama 5 tahun.
Namun, tingkat kelangsungan hidup itu bisa bervariasi tergantung dari jenis dan stadium limfoma.
Ciri-ciri Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium 1
Sama seperti sebagian besar kasus kanker, kanker kelenjar getah bening sebaiknya segera ditangani sejak tahap awal. Oleh karena itu, penting untuk mewaspadai ciri-ciri yang mengindikasikan adanya kanker kelenjar getah bening sejak stadium awal.
Menurut Cancer Research UK, tahapan atau stadium kanker kelenjar getah bening didiagnosis berdasarkan jumlah dan tempat penyebaran sel-sel kanker. Stadium ini digunakan sebagai dasar bagi dokter memutuskan pengobatan yang tepat bagi pasien.
Stadium kanker kelenjar getah bening terdiri dari 4. Stadium 1 adalah tingkat kanker yang paling awal dan 4 adalah tingkat yang paling lanjut.
Kanker kelenjar getah bening stadium 1 didiagnosis dengan dua ciri-ciri yaitu:
- Sel kanker ditemukan di dalam satu kelenjar getah bening, satu kelompok kelenjar getah bening, atau satu organ sistem limfatik.
- Sel kanker ditemukan di areal luar situs limfatik (ekstranodal/ekstralimfatik). Kondisi ini akan masuk sebagai kanker kelenjar getah bening stadium 1 tahap lanjut (1E).
Sementara itu, penderita dapat mengembangkan gejala fisik tertentu yang menandakan adanya penyakit kanker kelenjar getah bening tahap awal, yaitu:
- Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di area leher, ketiak, atau selangkangan tanpa disertai rasa sakit.
- Kelelahan terus menerus.
- Demam yang naik turun.
- Berkeringat di malam hari.
- Sesak napas.
- Penurunan berat badan hingga 10 persen dalam 6 bulan terakhir tanpa alasan yang jelas.
- Gatal-gatal di permukaan kulit.
Penanganan Kanker Kelenjar Getah Bening Stadium 1
Penanganan kanker kelenjar getah bening stadium 1 akan disesuaikan dengan posisi dan tingkat penyebaran kanker. Hal tersebut bisa didiagnosis dengan beberapa cara, mulai dari tes darah, dan biopsi.
Menurut Mayo Clinic, tes darah dilakukan untuk menghitung jumlah sel dalam sampel darah penderita. Hasil tes tersebut digunakan sebagai petunjuk bagi dokter untuk melakukan diagnosis.
Sedangkan tes biopsi adalah tes yang dilakukan dengan mengambil sampel sumsum tulang belakang yang ada di tulang pinggul. Sampel tersebut kemudian dianalisis untuk menemukan apakah ada sel limfoma atau tidak.
Jika ternyata hasil dari kedua tes menunjukkan adanya indikasi limfoma maka dokter akan menyarankan metode pengobatan.
Cancer Research UK menyebutkan, penderita kanker kelenjar getah bening stadium 1 sampai 2 biasanya akan menjalani pengobatan kemoterapi sebanyak 4 siklus. Dokter mungkin akan menyarankan penderita untuk menjalani radioterapi.
Editor: Yantina Debora