tirto.id - Ria Irawan menjadi salah satu orang yang mengidap limfoma atau kanker getah bening. Setelah pada tahun 2014 lalu ia divonis menderita kanker endometrium dan menjalani pengobatan, ia berhasil sembuh.
Namun tiga tahun kemudian, sel kanker dalam tubuhnya aktif kembali. Ria Irawan meninggal Senin (6/1/2020) kemarin akibat penyakit yang diidapnya.
Limfoma adalah kanker yang terdapat pada sistem kelenjar getah bening. Sistem tersebut membantu mengedarkan cairan getah bening, yang mengandung sel darah putih, ke seluruh tubuh. Kelenjar getah bening pada umumnya bertindak sebagai filter, penangkap, dan penghancur bakteri dan virus untuk mencegahnya menyebar ke seluruh tubuh.
Lokasi penyakit yang berada di dalam sistem getah bening, membuat sel kanker lebih cepat bermetastasis atau menyebar ke jaringan dan organ lain. Limfoma sering kali menyebar ke hati, sumsum tulang, dan paru-paru.
Laman Healthlinemenulsikan ada lebih dari 70 jenis kanker sebagai limfoma, namun ia dapat juga memperngaruhi organ lain yang masuk dari sistem getah bening termasuk:
- Timus
- Limpa
- Amandel
- Kelenjar getah bening
Pada umumnya, ada dua jenis limfoma yaitu Limfoma Non-Hodgkin (LNH) dan Limfoma Hodgkin. Perbedaannya terletah pada limfosit yang diserang oleh sel kanker tersebut.
Medical News Today menuliskan Limfoma Non-Hodgkin biasanya berkembang dari limfosit B dan T di kelenjar getah bening atau jaringan di seluruh tubuh.
Pertumbuhan tumor pada limfoma non-hodgkin cenderung tidak mempengaruhi setiap kelenjar getah bening dan merupakan tipe limfoma yang paling umum.
Sementara, Limfoma Hodgkin adalah kanker pada sistem kekebalan tubuh. Dokter mengidentifikasikannya dengan adanya sel Reed-Sternberg yang merupakan limfosit B dengan ukuran besar yang abnormal.
Pada orang dengan limfoma Hodgkin ini, kanker bergerak dari satu kelenjar getah bening ke yang lain yang berdekatan.
Penyebab Limfoma
Tidak diketahui secara pasti apa yang menjadi penyebab dari limfoma. Namun, tetap ada kecenderungan bagi orang untuk mendapatkan penyakit ini dari beberapa hal seperti dilansir Healthline:
1. Usia. Pada umumnya diderita pada orang berusia 20 hingga 30 tahun, dan pada orang di atas 55 tahun.
2. Jenis kelamin pria lebih mungkin mengembangkan limfoma dari pada wanita.
3. Sejarah riwayat penyakit keluarga.
4. Defisiensi imun.
5. Obesitas
6. Paparan radiasi, dsb.
Gejala Limfoma
Limfoma memiliki gejala yang mirip dengan penyakit yang diakibatkan oleh virus seperti flu biasa. Namun, mereka biasanya berlanjut dalam waktu yang lebih lama.
Beberapa orang mungkin tidak mengalami gejala apapun, namun beberapa orang mungkin mengalami pembengkakan pada kelenjar getah bening mereka seperti pada leher, pangkal paha, perut, atau ketiak.
Pembengkakan tidak akan menimbulkan rasa sakit kecuali pada kelenjar yang membesar dan menekan organ, jaringan, atau struktur lainnya.
Gejala lain dari kedua jenis limfoma seperti dilansir Medical News Today dapat meliputi:
1. Demam berkelanjutan tanpa infeksi
2. Keringat malam, demam, dan kedinginan
3. Nafsu makan dan berat badan berkurang
4. Gatal yang tidak biasa
5. Kelelahan yang berkelanjutan
6. Nyeri pada kelenjar getah bening setelah minum alkohol
7. Pada imfoma Non-Hodgkin meliput batuk terus-menerus, sesak napas, nyeri atau bengkak di perut.
Apabila pada pemeriksaan awal dokter mencurigai adanya kanker getah bening, dokter kemudian akan menyarankan untuk pasien melakukan biopsi.
Biopsi dilakukan dengan mengangkat sel yang membesar dan melakukan pemeriksaan terhadap sel tersebut untuk menentukan apakah ada sel limfoma dan jenis selnya.
Jika dokter yang kemudian disebut hematologi mendeteksi adanya sel limfoma, dokter akan melakukan pengujian lebih lanjut dengan mengidentifikasi seberapa jauh kanker telah menyebar. Tes tersebut dapat termasuk sinar-X, tes darah, atau pengujian kelenjar getah pening atau jaringan terdekat.
Limfoma dapat menyebar dengan cepat dari kelenjar getah bening ke bagian lain dari tubuh melalui sistem limfatik. Ketika limfosit kanker menyebar ke jaringan lain, sistem kekebalan tubuh tidak dapat bertahan melawan infeksi secara efektif.
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yulaika Ramadhani