tirto.id - Kanker kelenjar getah bening dikenal juga dengan istilah kanker limfoma, yaitu kanker darah dalam sistem limfatik yang menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening.
Dilansir dari Cancer Treatment Centers of America, ada lebih dari 500 kelenjar getah bening di seluruh tubuh manusia, semuanya terhubung melalui jaringan pembuluh getah bening.
Kelompok kelenjar getah bening dapat ditemukan di leher, ketiak, selangkangan, perut, panggul dan dada.
Kelenjar getah bening bersirkulasi di sel darah putih. Ketika konsentrasi sel darah putih meningkat sebagai bagian dari respons kekebalan tubuh terhadap virus atau infeksi, kelenjar getah bening bisa membengkak. Dalam beberapa kasus, pembengkakan disebabkan oleh kondisi lain, seperti kanker.
Lalu apa penyebab dan gejala kanker kelenjar getah bening?
Kanker kelenjar getah bening disebabkan karena sel-sel melawan infeksi sistem kekebalan tubuh, yang disebut limfosit.
Sel-sel ini berada di kelenjar getah bening, limpa, timus, sumsum tulang, dan bagian tubuh lainnya.
Gejala kanker getah bening bisa berupa pembengkakan kelanjar getah bening di leher, ketiak, atau selangkangan. Kemudian reaksi batuk, sesak napas, demam, berkeringat di malam hari, sakit perut, kelelahan, berat badan turun, dan gatal-gatal.
Pembengkakan kelenjar getah bening dimulai ketika sel darah putih yang disebut limfosit ini melawan penyakit dengan mengembangkan mutasi genetik.
Dengan mutasi ini, sel mulai berkembang biak dengan cepat dan menyebabkan limfosit yang sakit tersebut terus bertambah banyak.
Dengan adanya mutasi tersebut, sel-sel darah putih kemungkinan masih bisa hidup ketika sel-sel lainnya akan mati.
Inilah yang menyebabkan terlalu banyak limfosit yang tidak efektif di kelenjar getah bening dan menyebabkan kelenjar getah bening tersebut membengkak, seperti dilansir dari Mayo Clinic.
Faktor risiko yang mempengaruhi terjangkit penyakit ini adalah laki-laki, memiliki sistem kekebalan tubuh yang terganggu, dan memiliki infeksi tertentu.
Limfoma berbeda dengan leukemia. Kanker limfoma berawal dari limfosit yang melawan infeksi, sementara leukemia berawal dari sel pembentuk darah di dalam sumsum tulang.
Untuk membedakannya, limfoma dibagi menjadi dua jenis, yakni limfoma Hodgkin (LH) dan limfoma Non-Hodgkin (LNH).
Hanya sekitar 10 persen pasien limfoma didiagnosis jenis LH, sementara 90 persen lainnya merupakan pasien LNH.
Perbedaannya terletak pada jenis sel limfosit yang diserang kanker. Pada tipe LH terdapat sel abnormal Reed-Sternberg, tapi tidak pada tipe LNH.
Dilansir dari American Cancer Society, tahap limfoma menggambarkan luasnya penyebaran tumor menggunakan angka Romawi I, II, III, atau IV (1 hingga 4).
Sistem pementasan ini sangat membantu untuk subtipe limfoma yang paling umum.
Untuk subtipe lainnya, penyakit ini sering menyebar ke seluruh tubuh pada saat didiagnosis. Dalam situasi ini, faktor prognostik menjadi lebih.
Penting untuk diingat bahwa bahkan limfoma tahap IV sering dapat berhasil diobati.
Setiap tahap juga akan diberi huruf (A atau B). B ditambahkan (tahap IIIB, misalnya) jika seseorang memiliki salah satu dari gejala B, yaitu kehilangan lebih dari 10 persen berat badan selama 6 bulan sebelumnya tanpa diet.
Demam yang tidak dapat dijelaskan setidaknya 38° C, dan berkeringat di malam hari. Jika tidak ada gejala B, huruf A ditambahkan ke tahap tersebut.
Editor: Yandri Daniel Damaledo