Menuju konten utama

Mengenal Leukemia, Jenis Kanker Paling Banyak Diderita Anak-anak

Penyakit leukemia berbahaya karena jumlah sel darah putih yang sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel darah lainnya terganggu.

Mengenal Leukemia, Jenis Kanker Paling Banyak Diderita Anak-anak
Sarah, seorang anak pengidap kanker Leukimia bermain kartu Uno saat kami berkunjung ke rumahnya yang berada di daerah Ciracas, Jakarta Timur, (24/2/2018). Tirto.id/Hafitz Maulana

tirto.id - Kanker darah atau Leukemia adalah jenis kanker yang paling banyak menyerang anak-anak di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

Kanker terbagi ke dalam 2 jenis, yaitu kanker padat dan kanker darah. Solid dan nonsolid. Solid tumor atau tumor padat yaitu tumor yang terjadi akibat terbentuknya benjolan yang padat contohnya adalah kanker hati, kanker payudara, kanker paru-paru, dan salah satunya kanker tulang yang kerap menimbulkan pembengkakan.

Tumor nonsolid adalah kanker yang tidak membentuk benjolan yang padat. Kanker ini terjadi pada cairan-cairan tubuh seperti darah dan getah bening.

Contoh paling umum adalah kanker darah atau leukemia, yaitu kelainan pada sel darah putih yang berbentuk seperti bulan sabit. Serta limfoma, yakni kanker yang terjadi pada kelenjar getah bening (limfosit).

Kanker darah atau leukemia adalah kanker yang menyerang sel-sel darah putih atau leukosit. Pada kondisi normal, leukosit akan berkembang secara teratur di saat tubuh membutuhkannya untuk memberantas infeksi yang muncul. Ketika terjadi kanker darah, fungsi ini tidak berjalan.

Sumsum tulang akan memproduksi sel-sel darah putih yang abnormal, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan secara berlebihan. Akibatnya, akan terjadi penumpukan leukosit dalam sumsum tulang, sehingga sel-sel darah yang sehat akan berkurang dan fungsinya menjadi terganggu.

Berbeda dengan orang dewasa, gaya hidup bukanlah faktor pemicu munculnya kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah, menurut ahli onkologi dari Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Siloam Hospitals Semanggi, Prof. Dr. dr. Moeslichan SpA (K).

"Kanker pada orang dewasa bisa dikaitkan dengan gaya hidup tidak sehat seperti merokok atau kurang berolahraga. Ini adalah faktor yang dapat dicegah. Namun, gaya hidup bukanlah faktor pemicu kanker pada anak, sehingga jauh lebih sulit dicegah," kata dia dalam keterangan tertulis, dilansir Antara.

Untuk itu, Moeslichan menekankan pentingnya deteksi dini dan kepekaan orangtua mengenali kondisi tubuh anak mereka, misalnya ada tidaknya benjolan, bintik pada kulit anak dan lainnya.

Salah satu gejala leukemia adalah kekurangan sel darah merah atau anemia. Oleh sebab itu, penderita leukemia umumnya mengalami anemia yang menyebabkan seseorang mengalami sesak napas, warna kulit pucat, lemah, letih, dan lesu.

Penyakit leukemia menjadi berbahaya karena jumlah sel darah putih yang sangat banyak dalam aliran darah dan sumsum tulang bisa membuat sel-sel darah lainnya terganggu.

Pengobatan untuk kanker darah identik dengan transplatasi yang biasanya didonorkan anggota keluarga untuk pasien. Namun ternyata, selain keluarga, orang lain juga bisa menjadi pendonor untuk pasien.

Konsultan Senior Hematologi Parkway Cancer Centre (PCC) Dr. Lim ZiYi menjelaskan, pasien bisa mendapatkan sel punca dari donor yang tidak punya hubungan darah dengannya. Selain itu, pasien ternyata juga bisa mendapatkan sel punca hematopoetik dari stok darah tali pusat yang tersimpan di bank darah tali pusat.

Transplantasi sel punca (stem cell) alogenik sendiri dikenal sebagai langkah perawatan paling efektif untuk mengobati kanker darah. Prosesnya dimulai dengan sel sumsum tulang belakang yang sehat diambil dari pendonor, lalu ditanamkan pada pasien kanker.

"Ada dua tipe, sel punca dari tubuh sendiri dan dari orang lain. Yang paling cocok biasanya dari saudara, kakak atau adik. Kalau tidak ada yang cocok, bisa dari yang lain," jelas Konsultan Hematologi Parkway Cancer Centre (PCC) Singapura Dr. Colin Phipps Diong dalam temu wartawan di Jakarta, Kamis (7/9/2018) sebagaimana dilaporkan Antara.

Secara umum orang yang boleh mendonorkan sumsum tulang belakangnya untuk pasien kanker darah adalah yang berusia antara 18-44 tahun, memiliki angka BMI maksimal 40, tidak memiliki penyakit autoimun, tidak memiliki penyakit atau kelainan darah.

Selain itu, pendonor juga tidak boleh mengidap HIV/AIDS, sirosis, hepatitis B atau C kronis, tidak memiliki penyakit jantung, termasuk riwayat stroke, tidak memiliki penyakit ginjal kronis. Orang yang memiliki riwayat kekambuhan epilepsi lebih dari satu kali dalam satu tahun juga tidak diperbolehkan menjadi pendonor.

Pendonor juga tidak sedang hamil, tidak mengidap tuberkulosis aktif dalam dua tahun belakang, tidak memiliki masalah nyeri kronis pada tulang, punggung, pinggul, atau tulang belakang yang menghambat aktivitas atau yang perlu obat resep/terapi fisik rutin, serta belum pernah sama sekali menjadi pendonor jantung, paru, ginjal, atau sel induk darah.

Baca juga artikel terkait KANKER DARAH atau tulisan lainnya dari Nuraini Ika

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Nuraini Ika
Editor: Yulaika Ramadhani