tirto.id - Pesawat Lion Air JT-610 jatuh di perairan dekat Tanjung, Karawang, Jawa Barat pada Senin (29/10/2018). Pesawat jenis Boeing 737 ini terbang dari Bandara Soekarno-Hatta menuju Pangkalpinang, Bangka Belitung pada pukul 06.20 WIB.
Komandan Basarnas Special Group (BSG) Charles Batlajery mengatakan bahwa tim penyelam dari Basarnas akan mulai melanjutkan pencarian dan evakuasi korban dan pesawat Lion Air JT-610 hari ini, Selasa (30/10/2018).
Ia mengatakan bahwa tim SAR gabungan akan menargetkan menemukan badan pesawat dan black box yang terdapat di dalam pesawat. Setiap pesawat komersial atau jet perusahaan harus dilengkapi dengan black box atau 'kotak hitam'.
Kotak Hitam ini memang tidak dapat membantu ketika pesawat berada di udara, namun black box sangat penting pada kasus pesawat terjatuh, karena dapat membantu penyelidik untuk mencari tahu apa yang terjadi sebelum kecelakaan.
Kotak Hitam sendiri terbagi atas dua item yaitu perekam suara kokpit dan perekam data penerbangan.
Menurut Natgeotv, perekam suara kokpit biasanya terletak di bagian ekor pesawat. Black box berfungsi untuk mencatat apa yang dikatakan kru dan memonitor setiap suara yang terjadi di dalam kokpit. Percakapan antara pilot yang berlangsung tepat sebelum pesawat rusak atau sebelum terjadi ledakan akan membantu peneliti.
Penyelidik terlatih dapat menangkap suara seperti suara mesin, peringatan, atau ping darurat. Para penyelidik juga dapat mengetahui informasi penerbangan penting, seperti kecepatan pesawat terbang dan kecepatan perputaran mesin, dan kadang-kadang dapat menemukan penyebab kecelakaan dari suara di dalam pesawat sebelum terjatuh.
Sementara itu, perekam suara kokpit juga sangat penting untuk menentukan waktu kejadian karena berisi informasi seperti komunikasi antara kru dengan kontrol darat dan pesawat lainnya.
Bagian black box lainnya yang tak kalah penting adalah perekam data penerbangan. Alat ini sangat penting karena merekam berbagai fungsi pengoperasian pesawat sekaligus, seperti waktu, ketinggian, kecepatan udara dan arah yang dituju pesawat.
Perekam data penerbangan modern juga mampu memantau aksi lain yang dilakukan oleh pesawat, seperti pergerakan flap pada sayap, pilot otomatis, dan pengukur bahan bakar.
Informasi yang disimpan dalam perekam data penerbangan dapat menentukan apa yang penyebab kecelakaan pesawat. Data yang disimpan di perekam membantu Air Crash Investigators menghasilkan rekonstruksi video komputer penerbangan, sehingga dapat membantu penyelidik untuk memvisualisasikan bagaimana penanganan pesawat sesaat sebelum kecelakaan terjadi.
Black box juga dilengkapi perangkat yang dikenal sebagai Underwater Locator Beacon (ULB). Perangkat tersebut akan aktif segera setelah perekam bersentuhan dengan air dan dapat mengirimkan sinyal dari kedalaman 14.000 kaki. Alat ini sangat berfungsi untuk membantu menemukan black box setelah kecelakaan pesawat yang terjadi di laut.
Untuk mempermudah menemukannya, black box sebenarnya tidak berwarna hitam melainkan berwarna oranye terang.
Menurut laman ABC News, black box hampir tidak bisa dihancurkan sama sekali. Peneliti telah mencoba menghancurkannya dalam api dengan suhu 1,100 derajat Celcius dan menenggelamkan ke dalam tangki air garam bertekanan, serta mencelupkan ke dalam bahan bakar jet. Namun, usaha tersebut gagal semua.
Black box pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan muda Australia bernama Dr. David Warren.
Saat Warren bekerja di Laboratorium Penelitian Aeronautika di Melbourne pada pertengahan 1950-an ia terlibat dalam penyelidikan kecelakaan seputar kecelakaan misterius pesawat komersial bertenaga jet pertama di dunia, Comet.
Menyadari bahwa akan berguna bagi penyelidik jika ada rekaman tentang apa yang terjadi di pesawat tepat sebelum kecelakaan itu, dia kemudian bekerja membuat perekam data penerbangan dasar. Australia menjadi negara pertama di dunia yang membuat black box dan yang kemudian mewajibkan untuk semua pesawat komersial.
Editor: Yulaika Ramadhani