tirto.id - Sebuah swafoto terunggah pada tanggal 11 November 2018 di akun Instagram Ratna Galih @ratnagalih. Keterangannya menyebut, ia terpaksa istirahat shooting karena sakit sekaligus program kehamilan. Swafoto berisi enam perempuan dengan warna baju dan jilbab senada itu memperlihatkan bagian perut Ratna yang membuncit.
“Kalau lihat perut aku enggak usah nanya hamil atau enggak yah. Perut bengkak banget...itu dikarenakan emang lagi bengkak...”
Namun pada tanggal 20 November lalu, dokter kandungan yang menangani Ratna, Caroline Hutomo menyatakan pasiennya telah positif hamil 4 minggu. Namun, Ratna masih harus melakukan perawatan intensif untuk penumpukan cairan di perutnya. Lewat komentar di unggahan dokternya tersebut ia meminta doa agar segera keluar dari rumah sakit dengan kondisi perut yang juga membaik.
“Kayaknya aku harus posting biar pada enggak bingung.”
Penumpukan cairan pada perut yang dialami Ratna dikenal sebagai asites. Penyakit ini menyebabkan cairan menumpuk di rongga perut, biasanya dipicu oleh beberapa penyakit lain seperti liver, kanker, gagal ginjal, atau jantung.
Rongga perut terletak di bawah rongga dada, dipisahkan oleh diafragma. Asites terjadi ketika tumpukan tekanan di pembuluh darah namun di saat yang sama, hati tidak bekerja dengan normal.
“Tekanan akan menghalangi aliran darah di hati, membuat ginjal mengeluarkan kelebihan garam tubuh dan membikin cairan menumpuk,” demikian penjelasan dari laman WebMD.
Gejalanya lazim disertai dengan perasaan kenyang, perut membesar, dan kenaikan berat badan drastis. Terkadang gejala itu juga disertai sesak napas seperti yang dikeluhkan Ratna, lalu mual, pembengkakan di kaki dan pergelangan kaki, gangguan pencernaan, muntah, mulas, kehilangan selera makan, serta demam.
Kerusakan hati menjadi faktor pemicu utama yang menyebabkan asites. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab kerusakan hati seperti sirosis, hepatitis B atau C, dan kebiasaan minum alkohol berlebihan.
Laman BMJ menyebut alkohol sebagai faktor utama penyebab sirosis hati/liver. Penyakit ini berpeluang terjadi pada 10 sampai 20 persen konsumen berat alkohol. Sirosis adalah salah satu pemicu timbulnya asites pada tubuh.
Komplikasi lainnya akibat konsumsi alkohol termasuk dekompensasi liver, perdarahan varises, dan karsinoma hepatoselular. Sejak tahun 1970, di Inggris terdapat peningkatan kematian terkait liver, terutama alkohol mencapai 400 persen di segala usia. Penyakit liver menempati urutan kelima penyebab kematian paling umum di Inggris dengan usia rata-rata kematian 59 tahun.
Asites Pada Janin
Kondisi asites lazimnya tidak membutuhkan penanganan berat bagi orang dewasa. Dokter biasa meresepkan obat diuretik guna mengurangi cairan asites. Selain itu untuk hasil maksimal, pengobatan perlu dibarengi pengurangan konsumsi garam dan cairan.
“Obat tersebut akan meningkatkan pembuangan cairan tubuh melalui ginjal,” masih dilansir dari laman WebMD.
Apabila obat tidak membantu, dokter akan melakukan langkah parasentesis. Prosedur ini akan mengeluarkan cairan berlebih dengan memasukkan jarum tipis dan panjang melalui dinding perut luar. Langkah terakhir yang dapat ditempuh untuk pengobatan adalah operasi, baik transplantasi organ hati, atau membuat saluran pembuluh darah baru.
Namun, selain dapat menjangkiti orang dewasa, asites juga bisa menyasar janin di dalam kandungan. Penelitian Mohamed Abdellatif, dkk pada 2013 bertajuk "Spontaneous Resolution of Fetal and Neonatal Ascites after Birth" menyebut janin dengan asites memiliki risiko kematian tinggi. Apalagi jika asites berkembang sebelum janin memasuki usia 24 minggu kehamilan.
Asites janin juga bisa membikin komplikasi fatal, termasuk kegagalan pertumbuhan paru dan Hidrops fetalis, kondisi serius pada janin yang ditandai masuknya cairan ke dalam dua atau lebih rongga pada jaringan tubuh janin. Charles Hoffman, dkk dalam penelitiannya yang berjudul "Fetal Ascites" pada tahun 1951 menjelaskan bahwa penyebab asites pada janin tidak diketahui dengan jelas.
Namun, dalam banyak kasus, kondisi ini terkait dengan malformasi organ genita, anus imperforata (bayi tanpa lubang anus), dan peritonitis (peradangan pada lapisan tipis dinding dalam perut) janin. Namun, penelitian lain oleh Zelop C. dan Benacerraf BR berjudul "The causes and natural history of fetal ascites" menyatakan kehamilan tetap bisa dipertahankan karena masih berpeluang normal.
Dari 18 data bayi dengan asites yang diambil Zelop dan Benacerraf selama empat tahun, sebanyak 17 bayi dapat bertahan hidup. Sementara 14 dari 18 bayi asitesnya telah teresolusi, 4 lainnya dideteksi idiopatik, sisanya mengalami trisomi atau kelainan genetik, gangguan gastrointestinal serta genital, dan infeksi intrauterin.
Editor: Maulida Sri Handayani