tirto.id - Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah gangguan perkembangan saraf kompleks yang berdampak pada kemampuan seseorang untuk melakukan kontrol diri.
ADHD biasanya terjadi pada anak yang ditandai dengan pola perilaku impulsif, hiperaktif, sulit untuk fokus, sulit konsentrasi, dan sulit mengatur emosi.
Dilansir dari Kids Health anak-anak dengan ADHD sering kali melakukan sesuatu tanpa berpikir, melakukan hal-hal yang seharusnya tidak mereka lakukan, kesulitan menunggu, bergiliran, atau berbagi, dan kehilangan kesabaran atau kurang kontrol diri.
Pada awalnya, orang tua mungkin tidak menyadari bahwa perilaku ini adalah bagian dari ADHD. Ini mungkin tampak seperti anak kecil yang bertingkah buruk.
Tapi setelah anak-anak membuat orang tua merasa stres, frustrasi, atau tidak dihargai, maka itu sudah termasuk dalam ADHD.
Anak-anak dengan ADHD kerap berperilaku seperti tidak mendengarkan, kesulitan memperhatikan, dan tidak mengikuti petunjuk dengan baik.
Mereka juga kerap melakukan hal-hal yang ekstrem untuk anak-anak seusia mereka seperti memanjat, melompat, akan selalu tampak tidak tenang, tidak teratur atau berantakan, gelisah dan tampaknya tidak bisa duduk diam, terburu-buru serta ceroboh.
Penyebab ADHD pada anak
Studi menunjukkan bahwa bahan kimia otak yang disebut neurotransmitter, tidak bekerja sama pada anak-anak dan orang dewasa dengan ADHD. Pada saraf mereka juga terjadi perbedaan dengan manusia pada umumnya.
Zat kimia seperti dopamin yang berfungsi membawa sinyal antara saraf yang terkait dengan gerakan, tidur, suasana hati, perhatian, dan pembelajaran, tidak bekerja dengan baik pada penderita ADHD.
WebMD melansir penyebab anak mengalami ADHD adalah karena adanya faktor keturunan. Jika orang tua menderita ADHD, anak memiliki kemungkinan lebih dari 50 persen untuk memilikinya. Jika saudaranya juga memilikinya, anak memiliki peluang lebih dari 30 persen.
Selain itu, anak-anak yang lahir dengan berat badan lahir rendah, lahir prematur, atau yang ibunya mengalami kehamilan sulit, memiliki risiko lebih tinggi menderita ADHD.
Hal yang sama berlaku untuk anak-anak dengan cedera kepala pada lobus frontal otak, area yang mengendalikan impuls dan emosi.
Studi juga menunjukkan bahwa perempuan hamil yang merokok atau minum alkohol mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki anak dengan ADHD. Paparan timbal, PCB, atau pestisida juga dapat menyebabkan ADHD.
Sebuh studi yang dterbitkan di Nature's Scientific Reports menjelaskan bahwa ibu muda memiliki peluang lebih besar untuk memiliki anak dengan attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).
Penelitian ini menemukan bahwa risiko genetik ADHD pada anak-anak sangat terkait dengan usia ibu awal pada kelahiran pertama, khususnya untuk perempuan di bawah 20 tahun.
Apa yang ibu bisa lakukan?
Kids Health memberikan beberapa solusi pada ibu yang memiliki anak dengan ADHD, di antaranya ikut terlibat, pelajari semua tentang ADHD. Serta ikuti perawatan yang direkomendasikan untuk anak.
"Jika anak Anda minum obat ADHD,berikan pada waktu yang disarankan. Jangan mengubah dosis tanpa berkonsultasi dengan dokter Anda. Simpan obat anak Anda di tempat yang aman di mana orang lain tidak bisa mendapatkannya," tulis D'Arcy Lyness, seperti dilansir Kids Health.
Beberapa hal yang bisa Anda lakukan di antaranya:
1. Ajari anak fokus pada satu hal dalam satu waktu.
2. Jangan mencoba mengerjakan semuanya sekaligus.
3. Mulai dari yang kecil, pilih satu hal agar ia fokus. Lalu puji upaya anak Anda.
4. Dukung apa yang mereka lakukan.
5. Memperbaiki perilaku mereka sebaiknya dilakukan dengan cara yang mendorong dan mendukung daripada menghukum. Tapi jika harus melarangnya, berikan penjelasan.
Dancow memberikan salah satu saran bahwa berikanlah penjelasan dengan bahasa sederhana yang mudah dimengerti oleh anak. Jangan menggunakan kata kiasan atau analogi. Ikuti terus pertanyaannya sampai ia puas, setelah itu mereka akan tenang dengan sendirinya.
"Tetapkan harapan yang jelas. Sebelum Anda pergi ke suatu tempat, bicarakan dengan anak Anda untuk menjelaskan bagaimana Anda ingin dia bersikap. Fokuskan lebih banyak energi untuk mengajar anak Anda apa yang harus dilakukan, daripada bereaksi terhadap apa yang tidak boleh dilakukan," jelas Lyness
6. Bicarakan ADHD yang ia alami, jangan menghindar untuk berbicara dengan anak Anda tentang ADHD.
7. Bantu anak-anak memahami bahwa memiliki ADHD bukanlah kesalahan mereka, dan bahwa mereka dapat belajar cara untuk memperbaiki masalah yang ditimbulkannya.
8. Habiskan waktu khusus bersama setiap hari.
9. Luangkan waktu untuk berbicara dan menikmati aktivitas santai dan menyenangkan bersama anak, meskipun itu hanya beberapa menit.
10. Berikan anak Anda perhatian penuh.
"Hubungan Anda dengan anak Anda sangat berarti. Anak-anak dengan ADHD sering merasa mereka mengecewakan orang lain, melakukan hal-hal yang salah, atau selalu merasa tidak baik. Lindungi harga diri anak Anda dengan bersabar, pengertian, dan menerima. Biarkan anak Anda tahu Anda percaya padanya dan lihat semua hal baik tentang dia. Bangun ketahanan dengan menjaga hubungan Anda dengan anak Anda positif dan penuh kasih," terang Lyness
11. Terakhir, bekerja sama dengan sekolah.
Bicaralah dengan guru, seringlah bertemu dengan guru anak Anda untuk mengetahui bagaimana kinerja anak Anda. Bekerja dengan guru untuk membantu anak Anda melakukannya dengan baik.
Penulis: Febriansyah
Editor: Nur Hidayah Perwitasari