Menuju konten utama
Horizon

Mengenal Abdi Dalem Palawija lewat Peragaan Busana

Pada fashion show Hamong Nagari, Keraton Yogyakarta menampilkan Abdi Dalem Palawija (penyandang disabiltas) yang sudah tidak aktif untuk mengedukasi warga.

Mengenal Abdi Dalem Palawija lewat Peragaan Busana
Abdi Dalem Palawija pada Fashion Show Hamong Nagari. tirto.id/Fatimah Purwoko

tirto.id - Matahari sudah condong ke barat saat saya menyejajarkan diri dengan penonton lainnya di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Bangunan terbuka yang berada di sisi selatan Alun-alun Utara ini tengah dipadati masyarakat yang ingin menyaksikan pembukaan Pameran Temporer Hamong Nagari: Aparatur Nagari Yogyakarta.

Perhelatan ini berlangsung pada Jumat (7/3/2025), bertepatan dengan Tingalan Dalem Jumenengan atau peringatan kenaikan takhta raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X yang ke-36 sejak dinobatkan sebagai raja pada 7 Maret 1989.

Pertunjukkan utama yang disuguhkan adalah peragaan busana abdi dalem Keraton Yogyakarta. Kendati diperkirakan ada ratusan satuan, hanya 15 golongan abdi dalem yang tampil di panggung.

Muka utama Pagelaran Keraton Yogyakarta disulap jadi runway, panggung lintasan mengular dengan karpet berwarna hitam. Sementara di bawah lintasan, terdapat karpet merah yang ditaburi melati. Wewangian pun mengudara, bukan hanya berasal dari harum kembang, saya juga dapat mencium aroma yang sepertinya menyebar dari sesuatu yang dibakar.

Acara dimulai sekitar pukul 16.00 WIB, setelah Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta rombongan hadir. Berbeda dari pentas yang diselenggarakan Keraton Yogyakarta pada umumnya, karena saat Ramadhan tidak boleh membunyikan gamelan, jadilah pertunjukkan hanya diiringi oleh acapella Yogyakarta Royal Choir.

Peragaan busana Aparatur Nagari Yogyakarta ini dibawakan oleh 74 orang yang terbagi menjadi 15 kelompok. Salah satu yang mencuri perhatian adalah Abdi Dalem Palawija. Mereka merupakan abdi dalem khusus yang anggotanya memiliki kelainan fisik. Bukan hanya difabel, kelompok ini juga meliputi orang-orang albino, bongkok, dan beberapa kelainan fisik lainnya.

Mereka merupakan kesayangan dan pendamping sultan. Dalam konsep dewaraja, mereka dianggap sebagai orang-orang yang tidak sempurna, dan berdampingnya mereka dengan raja justru menggenapi kesempurnaan raja sebagai perwujudan dewa di dunia.

Kelompok abdi dalem ini umumnya turut menghadiri acara-acara besar Keraton Yogyakarta. Di antaranya mendampingi sultan saat upacara penobatan atau jumeneng dan grebeg. Tugas mereka adalah sebagai pengiring yang membawa perlengkapan upacara atau ubarampe.

Pada gelaran peragaan busana kali ini, lima orang Abdi Dalem Palawija tampil. Empat orang bertubuh kerdil, satu orang lainnya albino.

Berlenggak-lenggok di atas runway diiringi lagu "Kembang Jagung", dua abdi dalem perempuan mengenakan setelan kemben dan kain berwarna emas dengan hiasan bulu di kepala. Sementara abdi dalem pria mengenakan pakaian peranakan berwarna merah dan biru tua. Narator menjelaskan, pakaian yang dikenakan oleh Abdi Dalem Palawija menyesuaikan pangkatnya.

Berjalan sampai di tengah panggung, Abdi Dalem Palawija kemudian memberikan sembah di hadapan Sri Sultan Hamengku Buwono X. Raja Keraton Yogyakarta itu membalas dengan tepuk tangan yang diikuti oleh penonton.

Hal lain yang mendapat perhatian dalam fashion show pembukaan Pameran Temporer Hamong Nagari adalah busana Prajurit Langen Kusuma. Mereka merupakan kesatuan prajurit perempuan di Keraton Yogyakarta.

Satuan abdi dalem lainnya yang turut tampil adalah Kanca Kaji yang mengurus keagamaan dan spiritual, Emban yang bertugas mengasuh putra-putri raja, Jager, dan lainnya.

Pameran Temporer Hamong Nagari akan berlangsung sampai 17 Maret 2025 di Kompleks Kedhaton Keraton Yogyakarta. Kunjungan akan dilayani pada pukul 08.30-14.00 WIB.

Akankah Abdi Dalem Palawija Dihidupkan Lagi?

Nanik Indarti, salah satu Abdi Dalem Palawija yang tampil dalam gelaran itu mengungkapkan bahwa keberadaan abdi dalem yang mewadahi difabel ini sudah tidak ada di era sekarang. Ia menerangkan, kelompoknya tampil atas permintaan dari pihak Keraton Yogyakarta sebab ada wacana untuk menghidupkan kembali Abdi Dalem Palawija.

“Kami sempat rapat dengan Ngarsa Dalem (sultan), kemudian membicarakan tentang persoalan Abdi Dalem Palawija ini mau seperti apa di zaman sekarang,” ujarnya kepada Tirto, Jumat (7/3/2025) malam.

Menurut Nanik, tugas Abdi Dalem Palawija pada era sebelumnya sudah tidak relevan. Oleh sebab itu, tambah dia, perlu gagasan matang dalam upaya menghidupkan kembali Abdi Dalem Palawija sebelum diperkenalkan ulang pada masyarakat luas.

Lain itu, dalam fashionshow kali ini belum semua ragam kelompok Abdi Dalem Palawija dihadirkan.

“Ini baru beberapa teman yang dihadirkan, belum banyak ragam difabel yang lain. Mungkin nanti di kegiatan selanjutnya akan ditampilkan lagi lebih banyak lagi,” kata dia.

Sebagai pelaku seni, Nanik mengaku sempat mengulas keberadaan Abdi Dalem Palawija melaui teater. Dia menggarap fragmen bagaimana raja memuliakan para difabel.

Ia berharap Abdi Dalem Palawija dihidupkan kembali sebagai simbol eksistensi kelompok difabel dalam pemerintahan, sehingga masyarakat lebih kenal dan tidak lagi melakukan stigmatisasi terhadap difabel.

“Dan menganggap disabilitas itu biasa saja seperti orang pada umumnya,” tandasnya.

Baca juga artikel terkait ABDI DALEM atau tulisan lainnya dari Siti Fatimah

tirto.id - News
Kontributor: Siti Fatimah
Penulis: Siti Fatimah
Editor: Irfan Teguh Pribadi