tirto.id - Perubahan iklim global salah satunya disebabkan oleh kencing ternak rumen (hewan pemamah biak), terutama sapi. Mengapa bisa begitu?
Gas rumah kaca merupakan penyebab krisis iklim. Salah satu pemicu timbulnya efek rumah kaca adalah gas nitrat oksida (N2O) dan metana (CH4).
Gas nitrat oksida mampu merusak atmosfer 310 kali lipat lebih kuat dibanding karbon dioksida. Sementara metana dalam jangka waktu 20 tahun, memiliki angka Global Warming Potential (GWP) 25 kali lipat dibanding karbondioksida.
Kedua gas tersebut terdapat dalam kegiatan peternakan, terutama pada sistem pembuangan urine dan hasil pencernaan ternak (feses dan sendawa).
Tingkat pertumbuhan ternak ruminansia (kambing, sapi, domba, kerbau) setiap tahunnya meningkat hingga 5,5 persen. Pertanian dan peternakan menyumbang 7 persen produksi emisi global sebanyak 51 miliar ton setara CO2.
Penyebab Perubahan Iklim: Urin, Feses, Sendawa Ternak
Gas nitrat oksida merupakan hasil akhir proses kimia bakteri di dalam tanah yang beraksi dengan amonia. Sementara amonia merupakan hasil reaksi kimia antara enzim dalam kotoran dengan kencing ternak yang mengandung banyak nitrogen.
Pada kasus gas metana, sektor peternakan berkontribusi sebanyak 35-40 persen dari total keseluruhan gas metana global. Setiap tahun diperkirakan ada 86 juta ton metana dilepaskan ke atmosfer sebagai hasil dari pencernaan hewan ternak.
Gas metana dihasilkan dari pencernaan hewan yang memiliki rumen dan mengalami fermentasi di dalam rumennya sehingga menghasilkan gas metana yang dikeluarkan dalam bentuk feses dan sendawa.
Reaksi-reaksi kimia dalam tubuh hewan ternak tersebut yang berkontribusi terhadap krisis iklim.
Saat ini untuk meminimalisir dampak perubahan iklim dari kegiatan berternak, para peneliti membuat solusi “jamban sapi”. Mereka berusaha mencegah kotoran sapi terkontaminasi dengan tanah.
Caranya dengan melatih ternak kencing di jamban.
Penelitian Jan Langbein dari Institut Fredrich-Loweffler di Jerman dan sejumlah peneliti lain yini dipublikasikan di jurnal Current Biology edisi 13 September 2021.
Sapi yang berhasil kencing di jamban diberi hadiah tebu, sementara yang gagal dihukum dengan disemprot air.
Dari 16 sapi yang dilatih kencing di jamban, 11 ekor atau sekitar 77 persen dianggap berhasil setelah tiga hari pelatihan intensif. Namun masih ada pekerjaan rumah bagi peneliti, yakni membiasakan sapi mengeluarkan feses di jamban.
Penelitian ini masih perlu pendalaman secara lanjut jika ingin melatih ternah untuk buang air besar di jamban. Untuk menuju penelitian tersebut, tim ilmuwan mengaku membutuhkan biaya lebih besar.
Editor: Yantina Debora