Menuju konten utama

Meneropong Nasib Bandara Kertajati dan Husein Pasca-pelimpahan

Sebanyak 48 penerbangan dari Bandara Husein Sastranegara dialihkan ke Bandara Kertajati mulai 1 Juli 2019. Bagaimana dampaknya pada kedua bandara tersebut?

Meneropong Nasib Bandara Kertajati dan Husein Pasca-pelimpahan
Area check-in penumpang di Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati, Majalengka, Jawa Barat. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Awal Juli 2019 ini, nasib Bandara Kertajati jika tidak ada aral melintang dapat berbalik 180 derajat. Pada bulan itu, Kertajati akan menerima sejumlah penerbangan domestik dari Bandara Husein Sastranegara, Bandung.

Bandara yang berlokasi di Majalengka ini memang problematik, baik ketika dibangun sampai dengan beroperasi. Sebelum beroperasi, lokasi bandara kerap dipersoalkan. Ada yang menganggap tidak strategis, namun ada pula yang menganggapnya cukup strategis.

Setelah beroperasi pada Mei 2018, persoalan di Kertajati juga tidak kunjung mereda. Kali ini, isunya adalah sepinya bandara yang direkomendasikan Pemprov Jawa Barat ini dari para penumpang pesawat.

Kondisi semakin parah manakala jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di Kertajati makin sedikit. Bahkan, Kertajati pada April sempat hanya memiliki satu maskapai, dan itu pun frekuensi terbangnya hanya satu kali per pekan.

Dengan terminal bandara seluas 83.700 m2, maka bisa dibayangkan betapa sepinya suasana bandara Kertajati. Saking sepinya, Kertajati disindir mirip kuburan. Sebutan itu menjadi ironis mengingat biaya investasi yang ditanam sangat besar, sekitar Rp2,6 triliun.

Kementerian Perhubungan pun akhirnya mengambil keputusan untuk mengalihkan sebagian jadwal penerbangan Bandara Husein ke Kertajati. Jumlahnya mencapai sebanyak 48 penerbangan, atau 55 persen dari total 88 penerbangan per hari di Husein.

"Yang tetap di Bandung adalah semua pesawat propeller dan penerbangan luar negeri. Itulah bagian yang sudah kita sepakati. Insya Allah, kami bisa melaksanakan dengan baik," kata Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dikutip dari Antara.

Memindahkan penerbangan berjadwal dari Husein ke Kertajati sebenarnya pernah disebutkan pada pertengahan tahun lalu. Kala itu, Budi Karya pernah mengatakan jika jadwal penerbangan internasional Husein yang akan dialihkan ke Kertajati.

Namun, realisasinya justru penerbangan domestik Husein yang dialihkan. Adapun pengalihan penerbangan berjadwal dari Husein ke Kertajati dimulai sejak 15 Juni 2019.

Potensi Pemasukan Kertajati

Bagi Kertajati, limpahan penerbangan itu jelas menjadi kabar baik. Bagaimana tidak, biaya operasional Kertajati tidaklah kecil, yakni sebesar Rp6 miliar hingga Rp7 miliar per bulan atau sekitar Rp72 miliar hingga Rp84 miliar per tahun.

Namun, adanya pemasukan dari 48 penerbangan itu bukan berarti biaya operasi Kertajati bisa segera tertutupi. Direktur Keuangan dan Umum PT BIJB Kertajati Muhammad Singgih memperkirakan pengeluaran Kertajati masih akan lebih besar dari pemasukan, paling tidak sampai akhir tahun ini.

"Kalau dari penerbangan saja itu belum [untung]. Tapi begini, kami akan mencari pemasukan yang lain, misalnya dari umrah, tenant dan pendapatan non-aero lainnya," tutur Singgih kepada Tirto.

Sayang, Singgih tidak menyebutkan nilai tambahan pemasukan dari pengalihan penerbangan tersebut. Namun, perkiraan Singgih boleh jadi benar. Pasalnya, jika dihitung secara kasar, pemasukan dari 48 penerbangan itu lebih kecil dari biaya rutin bulanan Kertajati.

Dalam laporan keuangan PT Angkasa Pura II (PDF), disebutkan bahwa Husein tercatat meraup pendapatan jasa langsung dari kegiatan penerbangan (aeronautika) sebesar Rp139 miliar sepanjang 2018. Mengingat 55 persen dari total penerbangan harian Husein berpindah ke Kertajati, maka bisa diasumsikan 55 persen pendapatan aeronautika Husein atau sekitar Rp76 miliar juga beralih ke Kertajati.

Jika memperhitungkan rata-rata biaya operasional Kertajati yang mencapai sekitar Rp72 miliar-Rp84 miliar dalam setahun, maka Kertajati tampaknya masih 'bakar uang,' setidaknya sampai akhir 2019.

"Mungkin tahun depan [pengalihan penerbangan dari Husein] baru bisa terasa, setidaknya sampai dengan biaya operasional bisa tertutupi. Soalnya, kami masih berencana memberikan insentif kepada maskapai," jelas Singgih.

Infografik Bandara Kertajati

Infografik Bandara Kertajati. tirto.id/Nadia

Husein yang Terkikis

Lalu, bagaimana dengan nasib Bandara Husein? Kehilangan frekuensi penerbangan hingga 55 persen dari total penerbangan berjadwal harian tentunya memiliki dampak yang signifikan terhadap bandara peninggalan Hindia Belanda ini, khususnya dari sisi pemasukan.

Sepanjang 2018, AP II berhasil membukukan laba usaha dari Husein sebesar Rp68,45 miliar. Dengan asumsi pemasukan yang 'lari' ke Kertajati sebesar Rp76 miliar, maka kemungkinan Husein merugi terbuka lebar.

Dikonfirmasi terkait potensi Husein yang bakal merugi, VP Corporate Communications AP II Yado Yarismano menjelaskan pengalihan penerbangan bisa berdampak terhadap pemasukan Husein, namun tidak sampai merugi.

"Sehubungan dengan itu (pengalihan penerbangan), ada potensi penurunan [laba] mas. Tetapi tetap, kami melakukan upaya agar pendapatan organik maupun non-organik bisa meningkat," ujar Yado kepada Tirto.

Meski AP II optimistis masih mampu membukukan laba di Husein Sastranegara, toh itu tidak mudah. Pasalnya, harga tiket angkutan udara saat ini dinilai masih mahal, sehingga berimbas terhadap permintaan, dan ujung-ujungnya ke pendapatan bandara.

Bandara Sultan Syarif Kasim II, misalnya. Sejak awal tahun, operator bandara yang berlokasi di Pekanbaru itu membukukan kerugian rata-rata sekitar Rp3 miliar per bulan lantaran harga tiket pesawat yang mahal.

"Rata-rata jumlah penumpang pesawat dari dan ke Pekanbaru anjlok 28 hingga 30 persen, dan frekuensi penerbangan berkurang 28 penerbangan dalam sehari," kata Executive GM Bandara SSK II Jaya Tahoma Sirait dikutip dari Antara.

Harga tiket mahal juga berimbas ke bandara lainnya. Mengutip Kompas, pendapatan Bandara Minangkabau turun 25 persen hingga April 2019. Lalu, Bandara Sultan Mahmud Baddarudin II Palembang membukukan rugi Rp3 miliar per bulan.

Melihat banyaknya bisnis bandara yang meredup, tak menutup kemungkinan Bandara Husein, dan Kertajati, juga bernasib sama.

Baca juga artikel terkait BANDARA KERTAJATI atau tulisan lainnya dari Ringkang Gumiwang

tirto.id - Bisnis
Penulis: Ringkang Gumiwang
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara