tirto.id - Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) sudah merilis mockup atau model rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang nantinya dikenakan harga Rp100 juta hingga Rp160 juta.
Adapun, perumahan ini disebut Hunian Warisan Bangsa dengan dua tipe rumah, yakni tipe 1 kamar tidur dengan luas tanah 25 meter persegi (2,6 x 9,6 meter) dan luas bangunan 14 meter persegi. Lalu untuk tipe 2 yaitu kamar tidur dengan luas tanah 26,3 meter persegi (2,6 x 10,1 meter) luas bangunan 23,4 meter persegi.
Sebelumnya, rumah subsidi pemerintah ini akan dibangun dengan luas 18 meter persegi, namun diperkecil oleh Menteri PKP, Maruarar Sirait menjadi 14 meter persegi.
Tirto pun mencoba mengunjungi mockup rumah subsidi yang sudah dipamerkan oleh Lippo Group di Lobby Nobu Bank, Lippo Mall Nusantara, Semanggi, Jakarta, Senin (16/6/2025).
Saat baru melangkah masuk ke dalam rumah tipe 1, dengan luas hanya 14 meter persegi, nampak ruang tamu yang sudah menjadi satu dengan dapur dan juga tempat meletakkan mesin cuci.
Dalam ruangan itu terlihat sudah dilengkapi sejumlah fasilitas lengkap seperti wastafel, mesin cuci, kitchen set, televisi, meja, hingga sofa.
Setelah berjalan beberapa langkah kecil dari ruang tamu, sudah terlihat 1 kamar tidur di sisi belakangnya yang sudah dilengkapi satu kasur. Selain itu, ada tempat penyimpanan baju yang terlihat hanya dapat menyimpan kurang dari 10 helai pakaian saja.
Mungkin, karena keterbatasan ruangan lah sehingga tidak memungkinkan untuk meletakkan lemari di kamar itu. Di dalam kamar, juga terdapat kamar mandi yang dapat dikatakan sangat sempit, dengan 1 kloset, shower, dan kaca.
Tidak jauh berbeda dengan rumah tipe 1, untuk rumah tipe 2 hanya seluas 23,4 meter, lebih luas sedikit dibanding tipe 1. Hanya saja rumah ini dibuat dengan agak memaksakan konsep dua lantai dengan 1 kamar di lantai bawah, 1 kamar lagi yang terletak di lantai atas.
Untuk keseluruhan memiliki kesamaan, mulai dari struktur bangunannya yang menggunakan beton bertulang dengan dinding bata ringan yang dilapisi cat dan mortar.
Lalu, seluruh lantai untuk ruang tamu, teras, kamar mandi, kamar tidur, dan garasi mobil dipakaikan keramik. Atapnya menggunakan rangka baja dengan penutup dari spandek, dan plafonnya menggunakan gypsum.
Sebelumnya, Menteri PKP, Maruarar Sirait, menegaskan rencana luas rumah subsidi yang diperkecil hanya akan diberlakukan di kawasan perkotaan.
Hal ini dikarenakan harga lahan hunian di pedesaan masih terbilang murah dibandingkan di perkotaan yang masih mahal.
“Perkotaan dong. Itu kan kalau di desa kan daerah tanahnya masih murah. Iya kan? Ya, kita lihat polanya seperti apa,” kata Maruarar di Jakarta International Convention Center (JICC), Jakarta, Rabu (11/6/2025).
Pria yang akrab disapa Ara itu segera menjadwalkan pertemuan dengan Hashim Djojohadikusumo, selaku Satuan Tugas (Satgas) Perumahan. Pertemuan ini guna membahas mengenai pola perumahaan tersebut.
“Saya sudah minta waktu, nanti kita ketemu,” katanya.
Di sisi lain, Ara mengungkap alasan luas rumah subsidi jadi diperkecil. Pertama, dia melihat rumah subsidi belum tersedia di perkotaan lantaran harga lahannya yang mahal, sehingga hanya tersedia di daerah-daerah tertentu.
“Kalau rumah subsidi itu kebanyakan di luar kota. Contoh di Jakarta gak ada, di Bandung gak ada. Di Surabaya gak ada. Contoh begitu ya. Kenapa? Tanahnya mahal,” kata Ara.
Penulis: Nabila Ramadhanty
Editor: Bayu Septianto