Menuju konten utama
Periksa Data

Membaca Arah Dukungan Pemilih Jokowi di Pilpres 2024

Dukungan politik Presiden Jokowi dianggap masih menjadi variabel yang patut diperhitungkan dalam agenda pemenangan Pilpres 2024 mendatang.

Membaca Arah Dukungan Pemilih Jokowi di Pilpres 2024
Header Periksa Data Membaca Arah Dukungan Pemilih Jokowi di Pilpres 2024. tirto.id/Fuad

tirto.id - Pemilihan Umum (Pemilu) 2024 tidak hanya akan mengangkat sosok baru sebagai pemimpin negara Indonesia. Namun, di saat bersamaan akan menjadi momen berakhirnya rezim Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama dua periode memimpin negara.

Meski sebagai petahana, Jokowi tidak bisa kembali maju, namun dukungan politik Presiden Jokowi dianggap masih menjadi variabel yang patut diperhitungkan dalam agenda pemenangan Pilpres 2024 mendatang.

Terkait hal ini, temuan riset Indikator Politik Indonesia mengungkap elektabilitas sejumlah bakal calon presiden dalam Pemilihan Presiden 2024 dipengaruhi oleh naik atau turunnya tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo. Jika tingkat kepuasan publik itu meningkat, elektabilitas bakal calon presiden yang diasosiasikan dengan Jokowi juga ikut meningkat.

Berdasar rangkuman Tim Riset Tirto, setidaknya ada empat lembaga survei yang menunjukkan adanya tren kenaikan tingkat kepuasan publik terhadap Presiden Jokowi pada tahun 2023. Menariknya, temuan Lembaga Survei Indonesia (LSI) bahkan merekam angka approval rating Presiden Jokowi mencapai 82 persen. Angka yang diklaim lebih tinggi dibanding dengan pemimpin dunia lain.

Senada, temuanLitbang Kompas pada survei Mei 2023 menunjukkan adanya peningkatan ketergantungan publik dalam memilih sosok bacapres sesuai preferensi Presiden Jokowi. Sebanyak 16 persen responden menyatakan akan memilih capres yang disarankan Jokowi. Preferensi dukungan Jokowi ini menjadi salah satu pertimbangan publik dalam menentukan capres pilihannya di Pilpres 2024.

Sejauh ini, tiga nama terdepan terkait bakal calon presiden (bacapres) punya sikap masing-masing terhadap kinerja presiden sekarang. Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan beserta koalisinya, yang pertama kali mendeklarasikan diri sebagai calon presiden 2024, menekankan perubahan dan diskontinuitas dengan apa yang dilakukan Presiden Jokowi.

Sementara Prabowo Subianto, meski dalam dua edisi Pilpres sebelumnya berlawanan dengan Jokowi, dalam edisi Pilpres kali ini telah menyatakan sikap akan meneruskan program-program yang telah dirintis oleh Presiden Jokowi jika terpilih menjadi presiden.

Calon terakhir, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, datang dari partai yang sama dengan Jokowi, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sehingga dinilai cenderung memiliki pendekatan dan visi yang sama.

Lantas, kemana arah dukungan suara pemilih Presiden Jokowi akan beralih dalam Pilpres 2024?

Ganjar Masih Unggul, Prabowo Meningkat

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengungkap melalui survei terbarunya pada Juni 2023 bahwa mayoritas pendukung Presiden Jokowi pada Pilpres 2019 lalu, kini mendukung Ganjar Pranowo untuk Pilpres 2024. Survei ini dilakukan pada 20-24 Juni 2023 terhadap 1.220 responden dengan metode multistage random sampling.

Menurut hasil survei Indikator pada Juni 2023, sebanyak 49,3 persen basis pendukung Jokowi - Ma'ruf Amin pada Pilpres 2019 akan memilih Ganjar. Sementara, 28,5 persen mengaku akan mendukung Prabowo dan hanya 14 persen yang memilih Anies.

Meski begitu, Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi mengungkap dukungan terhadap Ganjar sempat mengalami penurunan dari basis pemilih Jokowi - Ma'ruf Amin pada April 2023, dari 43,8 persen pada Februari 2023 menjadi 37 persen pada April 2023. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh polemik batalnya Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023.

Temuan menarik survei ini menunjukan terjadi peningkatan signifikan dari basis pemilih Jokowi di 2019 yang kini memilih Prabowo. Hal ini salah satunya disebabkan oleh political endorsement yang kerap dilakukan Presiden Jokowi terhadap Prabowo.

Survei Indikator Politik pada Desember 2022 mencatat hanya terdapat 14,8 persen pemilih Jokowi yang mendukung Prabowo. Kemudian, pada April 2023, bersamaan dengan turunnya dukungan terhadap Ganjar, jumlah pemilih Prabowo di kalangan pendukung Jokowi naik menjadi 24,7 persen.

Kan ada 55 persen pemilih Pak Jokowi - Kiai Ma'ruf hasil Pemilu 2019, Prabowo konsisten berada di peringkat kedua. Pemilih Jokowi yang memilih Prabowo naik di bulan April kemudian naik lagi di bulan Juni," ujar Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanudin Muhtadi dalam pemaparan hasil survei yang bertajuk Kepemimpinan Nasional dan Dinamika Elektoral Jelang 2024 di Mata Generasi Muda (23/7/2023).

Terpisah, dikutip dari pemberitaan Liputan 6, peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro mengungkap alasan dibalik meningkatnya jumlah pemilih Prabowo di kalangan basis pemilih Jokowi di 2019.

Bawono menyimpulkan hal itu karena ada peran besar Presiden Jokowi yang kerap mengajak Prabowo dalam kegiatan atau kunjungan kerjanya. Menurutnya, hal itu menimbulkan pandangan di kalangan pendukung Jokowi bahwa Prabowo yang paling direstui oleh Presiden Jokowi.

“Presiden hampir selalu mengajak Prabowo untuk turun ke lapangan melihat implementasi dari kebijakan-kebijakan telah diambil oleh pemerintah. Sehingga di mata pemilih Presiden Joko Widodo di dalam dua pemilu terdahulu Prabowo diasosiasikan sebagai bakal calon Presiden paling direstui oleh Presiden,” katanya (26/7/2023).

Senada, survei Litbang Kompas juga merekam perubahan arah dukungan pemilih Jokowi - Ma'ruf Amin di Pemilu 2019 pada dua sosok yakni Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.

Survei yang dilakukan terhadap 1.200 responden dari 38 provinsi Indonesia selama periode 29 April - 10 Mei 2023 ini mengungkap bahwa mayoritas pendukung Jokowi memang terpantau mendukung Ganjar. Namun, pemilih Jokowi yang mendukung Prabowo sebanyak 21 persen, meningkat menjadi 26,2 persen pada survei Mei 2023.

Berbanding terbalik, temuan survei mengungkap pendukung Jokowi yang mendukung Ganjar dari yang awalnya 61 persen pada survei Januari 2023, turun menjadi 56,3 persen pada survei Litbang Kompas per Mei 2023.

Survei lain yang dilakukan Charta Politika juga mengungkap bahwa basis pemilih Jokowi-Ma’ruf Amin pada Pilpres 2019 lalu ternyata lebih banyak memberikan suaranya kepada Ganjar Pranowo. Charta Politika mencatat selama tiga periode survei, suara dukungan terhadap Ganjar tembus 57 persen dari responden pemilih Jokowi-Maruf pada Februari 2023.

Meski begitu, serupa dengan temuan Indikator, Charta Politika merekam elektabilitas Ganjar sempat turun ke angka 49 persen pada April 2023. Namun, meningkat lagi cukup signifikan pada Mei 2023, sebanyak 61 persen.

Pilihan kedua yang banyak didukung pemilih Jokowi-Ma’ruf adalah Prabowo Subianto. Meski begitu, berbeda dengan survei Indikator dan Kompas yang mencatat ada tren kenaikan dukungan pendukung Jokowi di Pilpres 2019 terhadap Prabowo, survei Charta Politika menemukan dukungan kepada Menteri Pertahanan RI ini menurun dari 19 persen pada Februari 2023, 24 persen pada April 2023, dan 18 persen pada Mei 2023.

Sementara Anies konsisten menjadi bacapres yang mendapatkan dukungan terendah dari pendukung Presiden Jokowi di Pilpres 2019 dengan hanya mendapatkan 17 persen di Februari 2023 dan 14 persen di survei yang diadakan pada April dan Mei 2023.

Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Arya Fernandes menjelaskan mengapa intensi untuk memperebutkan dukungan Jokowi itu lebih mungkin dilakukan Ganjar dan Prabowo.

Menurut Arya, hal ini disebabkan keduanya terasosiasi dengan Presiden Jokowi, baik sebagai bagian dari pemerintah atau berasal dari parpol yang sama dengan Jokowi. Tak hanya itu, sejak akhir 2022, Jokowi juga terlihat melempar sinyal dukungan kepada dua tokoh tersebut.

”Sekarang ada kesan bahwa baik Ganjar maupun Prabowo saling mengeklaim atau ingin menunjukkan kepada publik bahwa mereka mendapatkan dukungan dari Presiden Jokowi. Hal itu, misalnya, terlihat dari gestur kedua tokoh untuk melanjutkan program pembangunan Jokowi,” ujar Arya, dikutip dariKompas(24/5/2023).

Lantas, seberapa penting bagi bacapres untuk mendapatkan dukungan dari Presiden Jokowi dan pemilihnya?

Inginkan Keberlanjutan Program Jokowi

Lembaga survei Indikator Politik Indonesia mengungkap bahwa mayoritas responden (63.4 persen) setuju/sangat setuju bahwa presiden selanjutnya harus sejalan dengan Presiden Joko Widodo. Sementara, 32,3 persen responden mengaku tidak setuju dengan pendapat tersebut.

“Gen Z dan Millenial cenderung setuju presiden selanjutnya harus sejalan dengan Jokowi," kata Direktur Eksekutif Indikator Burhanudin pula dalam pemaparan surveinya.

Senada, Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merekam, mayoritas publik menginginkan sosok bacapres yang dapat melanjutkan program pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Menurut hasil survei SMRC terhadap kelompok pemilih kritis pada 2 - 5 Mei 2023, 57 persen responden ingin capres yang dapat melanjutkan program pemerintahan saat ini. Sebaliknya, 33 persen responden yang ingin program Presiden Jokowi diubah. Perlu diketahui bahwa kelompok pemilih kritis didefinisikan sebagai responden dengan tingkat pendidikan tinggi dan akses terhadap informasi secara luas.

SMRC menjelaskan, preferensi publik terhadap capres yang melanjutkan program itu sangat berhubungan dengan tingkat kepuasan publik terhadap kinerja Jokowi. Masyarakat yang puas dengan kinerja Jokowi cenderung menginginkan capres yang bisa melanjutkan program Presiden Jokowi, begitu pula sebaliknya.

Terkait hal tersebut, survei yang melibatkan 925 responden ini juga mengungkap 78,8 persen responden puas dengan kinerja Presiden Jokowi.

Senada, hasil survei lembaga Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) yang dilaksanakan pada 9 – 20 Juni 2023 terhadap 1.400 responden di 34 provinsi di seluruh Indonesia juga merekam mayoritas responden (56,2 persen) akan memilih bacapres yang mengusung tema “keberlanjutan”. Hanya 43,1 persen responden yang memilih bacapres yang mendukung tema “perubahan”.

Kendati demikian, jarak elektoral antara narasi “keberlanjutan” dan “narasi perubahan” masih berada dalam rentang angka yang masih bisa terkejar. Hal itu perlu diantisipasi lebih lanjut mengingat suara gerbong pro-keberlanjutan harus dibagi lagi menjadi dua gerbong koalisi terpisah, yakni poros Ganjar dan poros Prabowo.

Lalu, siapa di antara calon presiden sekarang yang dinilai akan melanjutkan program kebijakan Jokowi? Dan siapa capres yang dinilai paling didukung Jokowi di Pilpres 2024?

Siapa yang Didukung Jokowi?

Ketika ditanya terkait siapa tokoh yang dianggap paling mampu melanjutkan kerja pemerintahan Presiden Jokowi, survei Indikator Politik memberikan pilihan tiga nama bacapres untuk dipilih responden, yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

Hasilnya, Ganjar menduduki posisi paling tinggi sebagai bacapres yang dianggap paling mampu melanjutkan kinerja pemerintahan Jokowi dengan angka 39,5 persen, disusul Prabowo dengan 33,2 persen dan Anies 17,6 persen.

Berbanding lurus, Ganjar kembali unggul dalam pertanyaan siapa bacapres yang dianggap paling didukung oleh Presiden Jokowi. Gubernur Jawa Tengah tersebut menduduki posisi paling tinggi sebagai kandidat capres yang dianggap paling didukung Jokowi dengan angka 45,2 persen. Disusul Prabowo dengan 29,8 persen, lalu Anies dengan 9,6 persen.

Mirip dengan temuan Indikator, temuan survei Indostrategic juga merekam mayoritas responden (74 persen) responden berpendapat bahwa Presiden Jokowi akan mendukung Ganjar sebagai capres di Pemilu 2024 mendatang. Disusul, 22,4 persen responden berpendapat Jokowi akan mendukung Prabowo.

Terbaru, survei yang dilakukan survei nasional SMRC juga merekam nama Ganjar (40 persen) sebagai calon yang dianggap paling bisa melanjutkan program presiden Jokowi.

SMRC mencatat, dalam tiga kali survei yang dilakukan selama April sampai Juli 2023, responden yang menyebut Ganjar sebagai successor Jokowi tidak mengalami perubahan berarti, 44,5 persen di April-Mei, 36,3 persen Mei, dan 40 persen di Juli 2023. Sementara, responden yang memilih Prabowo meski secara persentase masih dibawah Ganjar, namun mengalami tren kenaikan.

“Prabowo sedikit menguat dari 25 persen di April-Mei, menjadi 27,9 persen Mei, dan 29,7 persen di Juli 2023," kata Pendiri SMRC Saiful Mujani dalam pemaparan hasil survei bertajuk Efek Jokowi di Pemilihan Presiden 2024 secara virtual di kanal SMRC TV (3/8/2023).

Temuan survei SMRC mencatat, opini publik tentang siapa yang akan melanjutkan program Jokowi cukup menyebar di antara Ganjar dan Prabowo. Tidak ada yang mendapatkan opini mayoritas. Menurut Saiful, hal ini terjadi karena kekaburan atau ketidakjelasan sikap Jokowi sehingga sikap dan opini masyarakat juga terpolarisasi tentang siapa tokoh pelanjut program pemerintahan sekarang.

Lebih lanjut, dalam pertanyaan yang lebih eksplisit siapa capres yang didukung Jokowi menurut pandangan publik. Temuan survei ini mengungkap bahwa mayoritas responden atau sebesar 40 persen menyebut Ganjar, disusul Prabowo dengan 28,3 persen dan Anies 11,9 persen.

"Data ini juga menunjukkan pemilih terpolarisasi dalam menentukan siapa capres yang didukung Jokowi," jelas Saiful lagi.

Dalam membaca kemana arah dukungan Presiden Jokowi akan berlabuh, analis politik dari Aljabar Strategic Indonesia, Arifki Chaniago, berpendapat bahwa saat ini arah dukungan mantan Wali Kota Solo tersebut memang terlihat masih dinamis antara Ganjar dan Prabowo.

Namun, Arifki menganalisis arah dukungan Presiden Jokowi akan terbaca dari sikap dan arah dukungan relawan Presiden Jokowi.

“Pertarungan Relawan Jokowi memindahkan dukungan ke Ganjar dan Prabowo menjadikan politik 2024 dinamis. Dari relawan ini kita bakal membaca kemana arah politik Jokowi," kata Arifki saat dihubungi Tirto (3/8/2023).

Ingin Jokowi Bersikap Netral

Meskipun hasil temuan survei mengungkap dampak cukup signifikan dari hubungan Presiden Jokowi dengan bacapres terhadap pilihan publik, namun, tak sedikit juga masyarakat yang menginginkan Jokowi bersikap netral dan tidak setuju jika Presiden Jokowi mendukung capres tertentu di Pilpres 2024.

Hal ini misalnya tercermin dalam survei Indikator yang sama, yang juga menanyakan terkait sikap responden jika Presiden Jokowi berpihak kepada salah satu capres tertentu di Pilpres 2024. Hasilnya, sebanyak 40,9 persen responden mengaku tidak mempermasalahkan jika Jokowi mendukung calon presiden tertentu di Pilpres 2024. Sementara, 29,9 persen responden mengaku tidak setuju dengan sikap tersebut.

Indikator memberi catatan pada hasil temuan ini. Meski hasil survei menunjukan lebih banyak yang setuju, namun angka responden yang menginginkan presiden bersikap netral dan kurang setuju presiden berpihak juga cukup besar yaitu sebanyak 19,7 persen sementara yang tidak setuju sama sekali juga berjumlah 10,2 persen.

Sebagai informasi, sebelumnya dalam suatu kesempatan Presiden Joko Widodo memastikan akan cawe-cawe dalam Pemilu 2024. Jokowi mengaku tidak netral dan akan ikut “cawe-cawe” dengan alasan kepentingan nasional.

Terkait isu “cawe-cawe”, survei Indikator mengungkap bahwa sebanyak 74,7 persen responden mengetahui tentang pernyataan Jokowi akan cawe-cawe atau ikut campur terkait Pilpres 2024. Sedangkan 25,3 persen responden tidak mengetahuinya.

Meski begitu, sebanyak 61,6 persen responden menilai bahwa cawe-cawe yang dimaksud Presiden Jokowi tersebut adalah untuk memastikan Pemilu 2024 mendatang berjalan dengan aman dan damai. Sementara itu, sebanyak 18,2 persen responden menilai cawe-cawe itu adalah wujud sikap Presiden Jokowi yang ingin memastikan capres yang didukungnya menang dalam Pilpres 2024 mendatang, dan sisanya menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.

Survei yang dilakukan Indostrategic juga mengungkap hal yang sama. Mayoritas responden 64,6 persen berharap agar Presiden Jokowi sebaiknya bersikap netral dalam Pilpres 2024 mendatang. Sementara, 15,5 persen responden menyatakan Jokowi sebaiknya bersikap "abu-abu", dan 16,4 persen responden mendukung Presiden Jokowi sebaiknya berpihak.

==

Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id.

Baca juga artikel terkait PERIKSA DATA atau tulisan lainnya dari Alfitra Akbar

tirto.id - Politik
Penulis: Alfitra Akbar
Editor: Farida Susanty