Menuju konten utama

Memasuki Ramadan, Kemendag Masih Kesulitan Kontrol Harga Gula

Saat ini harga gula yang melambung di kisaran Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kg.

Memasuki Ramadan, Kemendag Masih Kesulitan Kontrol Harga Gula
Pekerja mengemas gula pasir ke dalam plastik di pasar baru Indramayu, Jawa Barat, Kamis (12/3/2020). ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/hp.

tirto.id - Kementerian Perdagangan mengaku kesulitan menekan harga gula yang melambung di kisaran Rp18 ribu hingga Rp20 ribu per kg saat memasuki Ramadan. Kesulitan ini dialami baik dari upaya mendatangkan pasokan impor sekaligus mengalihkan pasokan gula industri menjadi konsumsi.

“Beberapa produsen melakukan importasi mengalami pengunduran waktu karena ada beberapa negara lockdown COVID-19 dan lainnya,” ucap Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Suhanto dalam rapat dengar pendapat virtual Komisi VI DPR RI, Kamis (23/4/2020).

Suhanto mengatakan stok gula per 31 Maret 2020 sebanyak 166.531 ton. Sekitar 60 ribu ton di antaranya adalah stok pedagang dan sisanya dari importasi.

Untuk menambah pasokan, ia menyebutkan sudah ada penerbitan Persetjuan Impor (PI) gula rafinasi yang masih harus diolah lagi untuk konsumsi sebanyak 683.972 ton. Realisasi sampai 20 April 2020, 283.172 ton atau 41,40 persen.

Kemendag juga sudah menugaskan BUMN mengimpor 150 ribu ton gula konsumsi. PT RNI, Bulog, dan PT PPI mendapat kuota masing-masing 50 ribu ton.

Suhanto bilang saat ini importasi gula memang tidak mudah dilakukan karena kendala pandemi Corona atau COVID-19. Ia pun mengatakan ada upaya lain yang ditempuh yaitu mengalihkan pasokan gula rafinasi yang dipegang industri untuk kebutuhan konsumsi. Jumlahnya mencapai 250 ribu ton. Bulog juga sudah ditugaskan untuk mendistribusikan 20 ribu ton gula dari pabrik gula di Dumai.

Meski sudah melakukan rapat dengan para pelaku usaha, Suhanto mengatakan upaya ini menemui kendala. Pasalnya kebutuhan gula industri makanan-minuman nyatanya bersaing dengan kebutuhan konsumsi.

“Dari produsen rupanya tidak serta merta mengkhususkan konsumsi. Para produsen memperhitungkan kebutuhan industri mamin. Maka dibagi 50-50 kapasitas produksinya. Dari 250 ribu ton, baru terealisasi 86 ribu ton,” ucap Suhanto.

Tidak hanya itu, Suhanto bilang Kemendag saat ini berpacu waktu dengan distribusi. Hal ini membuat beberapa daerah masih mengalami kekurangan.

Tantangan juga semakin hebat di Indonesia Timur. Suhanto sendiri mengaku tak yakin bisa mewujudkan harga gula sesuai HET Rp12.500 per kg dengan tantangan yang ada.

“Dari hasil pantuan kami di Indonesia Timur. HET gula Rp12.500 per kg saat ini sulit dicapai dengan biaya distribusi begitu tinggi disamping itu juga kami sudah mendapat masukan asosiasi petani tebu dan berbagai pihak,” ucap Suhanto.

Baca juga artikel terkait GULA atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Gilang Ramadhan