tirto.id - Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, menuturkan pemilu bukan alat untuk melanggengkan kekuasaan. Dia menjelaskan dalam pemilu ada moral dan etik yang perlu dijunjung tinggi.
"Pemilu bukanlah alat elite politik untuk melanggengkan kekuasaan dengan segala cara. Di dalam pemilu, pemilihan umum, ada moral dan etika yang harus dijunjung tinggi," kata Megawati di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).
Dia pun menyoroti kekuasaan yang dimiliki tidak pernah abadi dan akan berhenti dengan sendirinya.
"Kan, sedih, ya, pencermatan saya akhir-akhir ini sepertinya arah pemilu sudah bergeser, ada kegelisahan rakyat akibat berbagai intimidasi," ucap dia.
Lebih lanjut, dia pun bersyukur ada kekuatan nurani yang berbicara. Dia merasakan bagaimana pergerakan masyarakat sipil, para mahasiswa, dengan kemurnian idealismenya. Tidak hanya itu, dia juga mengakui melihat Ibu Sinta di Jawa Timur berani menyampaikan sikapnya.
"Saya lihat, Ketua RT marah-marah tuh saya langsung ngomong sendiri "jiaaahhh" begitu. Karena apa? dia bilang "mana surat perintah?" enggak ada. Terus "saya ini Ketua RT dipilih loh sama warga, jadi kamu mesti lapor loh sama saya" jadi mereka yang dateng diem aja gitu, itu hak, kewajiban loh," tutur Megawati.
Megawati mengingatkan tidak boleh ada pejabat yang berbuat semena-mena kepada masyarakat. Dia menegaskan Indonesia merupakan negara merdeka dan berdaulat.
"Tidak ada sebagian yang merasa berkuasa, kekuasaan itu berada di tangan rakyat," kata Megawati.
Dia pun meminta aparat TNI dan Polri untuk tetap menjaga netralitas di Pemilu 2024.
"Maka kepada TNI, Polri, dan aparatur sipil negara harus menjaga prinsip netralitas," tutur Megawati.
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Intan Umbari Prihatin