tirto.id - Media asing sorot negatif kemenangan capres nomor urut 2, Prabowo Subianto, dalam kontestasi Pilpres 2024. Media asing menilai, kemenangan Prabowo, seorang mantan tersangka kasus pelanggaran HAM berat sebagai alarm tanda bahaya bagi demokrasi Indonesia.
Meski hasil penghitungan suara resmi dari KPU masih setengah perjalanan, melihat persentase perolehan suara Prabowo yang mencapai 56 persen, banyak yang memprediksi dia akan memenangkan pertarungan kali ini dalam satu kali putaran.
Menanggapi kemenangan Prabowo itu, sosiolog Ariel Heryanto dalam akun X pribadinya @ariel_heryanto pada hari ini, Jumat, 16 Februari 2024 pukul 05.56 WIB, mengunggah kolase berita yang dipublikasikan oleh media asing dengan keterangan “dunia yang peduli dan prihatin”.
Unggahan tersebut lantas viral dan menuai komentar dari banyak warganet. Secara garis besar warganet menilai bahwa jurnalis atau media internasional memahami kemungkinan terburuk yang dapat terjadi di kemudian hari. Tetapi, ironinya menurut mereka, masyarakat Indonesia malah tidak memahami keprihatinan ini.
“Jurnalis luar aja aware, tapi malah rakyatnya sendiri yang ngga aware,” tulis akun X @lordvareln pada Jumat (16/2/2024) pukul 12.08 WIB.
“Kalau kata beberapa pendukungnya, berita dari media internasional yang berisi keprihatinan ini adalah sebuah kebanggaan. Jangankan tahu artinya aap, minat baca sampai tuntas saja belum tentu,” tulis akun @hasfirmansyah pada Jumat (16/2/2024) pukul 06.09 WIB.
Warganet juga menyoroti para pendukung Prabowo yang mengklaim bahwa media asing hanya menulis berita untuk menjatuhkan reputasi Prabowo.
“Kalo kata pendukungnya "tuh kan, Prabowo tuh ditakutin oleh asing maka nya mereka bikin berita buat jatuhin prabowo" Semakin All in,” tulis akun @ieatiateieating pada Jumat (16/2/2024) pukul 12.06 WIB.
“Pendukungnya tetep gamau baca, gamau tau, gamau gamau gamau segala2nya. pokoknya dia yg paling bener, kita semua salah. berita international ini juga salah semua,” tulis akun @dhyeraa pada Jumat (16/2/2024) pukul 12.43 WIB.
Sorot Negatif Media Barat Terhadap Kemenangan Prabowo
Media yang berbasis di Inggris, The Guardian, mengunggah editorial berjudul “The Guardian view on Indonesia’s elections: Prabowo’s win dismal news for democracy” pada 15 Februari 2024.
Dalam publikasi itu, The Guardian menulis bahwa ketika Joko Widodo mengambil alih kekuasaan di Indonesia 10 tahun yang lalu, kemenangannya membawa kelegaan dan juga perayaan.
Bukan hanya karena mantan gubernur Jakarta ini adalah presiden pertama yang terpilih dari luar kalangan elite politik atau militer. Ia juga mengalahkan mantan jenderal Prabowo Subianto, yang telah menyerang pemilihan langsung dan mengatakan bahwa ia akan membawa Indonesia ke arah yang lebih otoriter.
Ada banyak alasan untuk menanggapi ancaman tersebut dengan serius. Prabowo dipecat dari militer dan dilarang masuk ke AS karena tuduhan penculikan dan penyiksaan para aktivis oleh orang-orang di unitnya, meskipun ia selalu membantah terlibat.
Namun, pada Pilpres Indonesia 2024 Jokowi yang mengaku netral. Terlihat jelas mendukung Prabowo dibandingkan calon dari partainya sendiri, Ganjar Pranowo. Putranya yang berusia 36 tahun, Gibran Rakabuming Raka, mencalonkan diri sebagai wakil presiden Prabowo, berkat revisi aturan usia minimum diputusankan oleh Mahkamah Konstitusi, yang dipimpin oleh ipar Jokowi.
Dengan prediksi kemenangan Prabowo menuju Istana Negara, The Guardian mengatakan, banyak yang meramalkan “musim dingin di Indonesia akan datang”. Beberapa orang berpendapat bahwa presiden baru ini mungkin akan menyimpulkan bahwa ia tidak membutuhkan otokrasi langsung, tetapi dapat mencapai apa yang ia inginkan dalam sistem yang ada saat ini.
Sorotan negatif juga datang dari media asal Inggris, BBC, dalam artikel yang ditulis oleh Frances Mao berjudul “Prabowo Subianto: The tainted ex-military chief who will be Indonesia's new leader” dipublikasikan pada Kamis, 15 Februari 2024.
BBC menyebut, pada pemilu 2024, Prabowo menjual dirinya sebagai kakek-kakek yang imut di TikTok, dengan menunjukkan tanda hati dengan tarian yang viral. Hal ini berhasil untuk para pemilih yang lebih muda, generasi yang kurang mendapat informasi tentang masa lalu negara di bawah kediktatoran militer.
Beberapa orang pada hari pemungutan suara bahkan mengatakan kepada BBC bahwa mereka menginginkan orang kuat yang berkuasa, seseorang yang dapat meneruskan kebijakan-kebijakan Presiden Joko 'Jokowi' Widodo yang banyak dipuja.
Namun, sebagian lainnya khawatir kembalinya seorang jenderal militer, yang merupakan mantan menantu diktator Suharto, akan membawa Indonesia kembali ke masa-masa kelam.
BBC membawa kilas balik rekam jejak Prabowo, pada masa kehancuran rezim Suharto, Prabowo adalah komandan unit pasukan khusus yang dituduh melakukan penculikan para aktivis. Meskipun dia dipecat, proses hukum tidak pernah diajukan terhadapnya.
Dia kemudian mengakui penculikan terhadap mereka yang selamat, namun keluarga korban yang hilang masih memprotes untuk mendapatkan jawaban hingga hari ini.
Pada hari-hari terakhir Suharto yang penuh kekacauan, ia juga memicu kerusuhan ras di ibukota Jakarta, mengarahkan kemarahan kepada etnis minoritas Tionghoa, kata para kritikus. Dia selalu membantah tuduhan-tuduhan ini.
Setelah kejatuhan Suharto, ia melarikan diri ke Yordania, menjaga kerahasiaan saat Indonesia memasuki era demokrasi di milenium baru. Prabowo membuat comeback sesaat sebelum pemilihan umum 2004, mendirikan partainya sendiri dan kemudian berurusan dengan koalisi untuk mendapatkan posisi yang lebih tinggi.
Pada tahun 2014 dan 2019, ia berhadapan langsung dengan musuh bebuyutannya, Jokowi, dalam pemilihan presiden yang sengit. Dia kalah dalam dua kali pemilihan.
Namun, setelah protes keras dari para pendukungnya setelah kekalahannya di tahun 2019, 10 orang tewas dalam kerusuhan, Jokowi membuat kesepakatan, menariknya ke dalam pemerintahannya dan mengangkatnya sebagai menteri pertahanan.
Dia bebas melakukan perjalanan dari Paris ke Washington dan Beijing sebagai pejabat senior Indonesia. Sanksi-sanksi Barat pun lenyap. Para pembela hak asasi manusia pada saat itu memperingatkan bahwa pengangkatannya ke posisi senior telah melegitimasi posisinya dalam pemerintahan Indonesia.
Mantan tokoh militer ini sempat dilarang masuk ke Amerika Serikat dan Australia karena masuk dalam daftar hitam karena catatan hak asasi manusianya. Larangan tersebut baru dicabut beberapa tahun terakhir.
Senada dengan BBC, media asal AS, Time Magazine juga memberitakan sejumlah kontroversi Prabowo dalam Pilpres 2024. Time mempublikasikan berita berjudul “What to Know About Prabowo Subianto as Uncertainty Looms for Indonesia’s Democracy” pada Rabu, 14 Februari 2024.
Berita itu membahas bahwa Prabowo menjadi terkenal sebagai komandan militer pada masa pemerintahan mertuanya, almarhum mantan Presiden Soeharto, yang memerintah Indonesia dari tahun 1967 hingga 1998.
Di bawah rezim Suharto yang represif, Prabowo dikenal sebagai salah satu penegak utama pemimpin otoriter tersebut, yang terlibat dalam penculikan dan dugaan penyiksaan terhadap para aktivis pembangkang.
Setelah penggulingan Suharto pada tahun 1998, Prabowo beralih ke dunia bisnis, mengumpulkan kekayaan yang cukup besar sebelum kembali terjun ke dunia politik. Pada tahun 2008, ia mendirikan Partai Gerindra yang berhaluan nasionalis dan beraliran kanan, yang saat ini ia pimpin.
Ia juga pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2014 dan 2019, namun kalah dari petahana Presiden Joko "Jokowi" Widodo pada dua kesempatan tersebut, dan kemudian bergabung dengan pemerintahan Jokowi sebagai Menteri Pertahanan.
Namun, kesuksesan yang baru saja diraih oleh pria berusia 72 tahun ini diwarnai dengan kontroversi. Salah satunya, calon wakil presidennya, Gibran Rakabuming Raka, 36 tahun, adalah putra Jokowi, yang pencalonannya dapat terjadi setelah keputusan kontroversial revisi batas minimum usia capres dan cawapres dari Mahkamah Konstitusi (MK), diketuai oleh ipar Jokowi.
Time menyebut, Pilpres Indonesia 2024 sebagian besar dilihat sebagai referendum tentang warisan Jokowi, yang meskipun tidak secara resmi mendukung kandidat mana pun, tidak merahasiakan pilihannya di tengah upaya yang lebih luas untuk mempertahankan pengaruh dan membangun dinasti politiknya sendiri.
Dalam pemberitaan itu juga dibahas, beberapa minggu terakhir ini telah terjadi peningkatan, meskipun belum terbukti, tuduhan kecurangan pemilu yang didukung oleh Jokowi yang menguntungkan kubu Prabowo.
Selama akhir pekan, sebuah film dokumenter berjudul "Dirty Vote" diposting di YouTube yang merinci dugaan kecurangan pemilu oleh pemerintahan Jokowi; film ini ditonton jutaan kali dalam sehari dan menjadi trending topic di X.
Tuduhan-tuduhan dalam video tersebut dibantah oleh kampanye Prabowo, tetapi mantan wakil presiden Jokowi, Jusuf Kalla, mengatakan kepada media bahwa "sebagian besar dari video tersebut memang benar."
Penulis: Balqis Fallahnda
Editor: Dipna Videlia Putsanra