tirto.id - Beberapa waktu lalu, sebuah tayangan akun Youtube Reynaldi Rizky menjadi viral di jagat maya. Video yang telah ditonton lebih dari 30 ribu kali itu menunjukkan Nasrullah atau yang beken dengan panggilan Mat Solar sedang diterapi oleh Komandan Koramil 2101/Sukaraja, Kabupaten Bogor.
Dalam unggahan berdurasi 3 menit 17 detik itu terlihat, pria yang namanya melejit berkat program komedi situasi (sitkom) Bajaj Bajuri menderita penyakit stroke. Mengenakan kaos dan celana pendek putih, Mat Solar berusaha berdiri dari kursi roda, serta berjalan perlahan menuju mobil.
Ditulis Suara.com, Ida Nurlaila, istri dari Mat Solar, mengatakan Mat Solar sudah beberapa kali terserang stroke. Sebelumnya, pada 2015, stroke juga pernah menghampiri pemeran tokoh Bang Sulam dalam sinetron Tukang Bubur Naik Haji. Namun, stroke yang dialami tak terlalu berdampak buruk untuk kesehatan Mat Solar.
Saat ini, Mat Solar sedang menjalani terapi. Ida menyampaikan Mat Solar sudah bisa berjalan dengan menggunakan tongkat. Meski begitu, lawan main dari Rieke Diah Pitaloka ini masih mengeluhkan pandangan matanya yang buram.
“Matanya agak buram kalau melihat. Kalau kondisi di dalam tubuhnya, kayak jantung, paru-paru semua keadaan bagus,” tutur Ida.
Macam-Macam Stroke
Menurut situs resmi Kementerian Kesehatan, stroke merupakan penyakit yang paling banyak diderita di Indonesia, berdasarkan data Sample Registration System (SRS) tahun 2014 dengan persentase 21,1 persen. Stroke merupakan gangguan klinis yang terjadi pada fungsi serebral, dengan gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih dan dapat menyebabkan kematian.
Ada dua jenis stroke, yakni stroke iskemik dan stroke hemoragik. Stroke iskemik disebabkan adanya gumpalan pada jalur suplai darah ke otak. Adapun faktor yang menyebabkan stroke hemoragik, menurut laman National Health Service (NHS) Inggris Raya, adalah pecahnya pembuluh yang menyuplai darah ke otak.
Menurut laman NHS, sekitar 80 persen penderita stroke mengalami stroke iskemik. Ada beberapa gejala yang bisa digunakan untuk mengenali tanda munculnya penyakit ini, yakni satu sisi wajah mengalami mati rasa, kedua lengan melemah, bicara menjadi cadel atau kacau, pandangan mata bermasalah seperti buta sebelah atau kabur, serta hilangnya keseimbangan tubuh.
Dokter spesialis saraf, Dr. dr. Retnaningsih, Sp.S(K), KIC menjelaskan apa yang terjadi pada stroke iskemik dan stroke hemoragik ini.
“Kalau pecah [hemoragik] itu disebabkan karena tekanan darah. Misalnya orang hipertensi, mereka harusnya waspada dengan kontrol teratur,” ungkap Retna.
Waspada Stroke Ringan
Retna menjelaskan bahwa stroke ringan adalah salah satu yang harus diperhatikan salah satunya adalah stroke ringan atau Transient Ischaemic Attack (TIA). Meskipun hanya sementara, serangan ini merupakan tanda awal stroke.
“Itu hanya sementara, stroke yang sementara, tapi itu menjadi warning sign, awas ada sumbatan, kemudian lancar lagi. Tapi kan itu tanda awal stroke. Jadi itu orang yang pernah Transient Ischaemic Attack atau TIA itu punya kecenderungan untuk stroke beneran. Jadi [yang mengalami] TIA tadi tetap harus kita rawat,” tutur Retna.
Retna mengatakan, orang yang pernah mengalami TIA harus mencari faktor risiko terjadinya serangan agar bisa menjalani pengobatan segera. Beberapa faktor yang dapat mendorong terjadinya TIA adalah darah tinggi, hipertensi, diabetes, hiperkolesterol, dan asam urat.
Laman NHS Inggris Raya menerangkan bahwa pada kasus TIA, penyumbatan di otak hanya terjadi sebentar dan suplai darah akan kembali normal sebelum ada kerusakan. Sumbatan itu biasanya disebabkan karena gumpalan darah yang terbentuk pada organ tubuh yang lain dan turut serta dalam aliran darah yang menuju ke otak. Gumpalan itu bisa diakibatkan oleh lemak maupun gelembung udara.
Cara Mencegah Stroke
Menurut situsweb NHS, risiko seseorang untuk mengalami penyakit ini dapat meningkat seiring dengan bertambahnya usia, karena penyempitan arteri secara alami. Namun, ada beberapa faktor yang dapat mempercepat proses dari penyempitan itu, yakni merokok, hipertensi, obesitas, kadar kolesterol tinggi, diabetes, konsumsi alkohol berlebihan, atau detak jantung yang tak teratur.
Dokter spesialis saraf, Dr. dr. Retnaningsih, Sp.S(K), KIC menjelaskan bahwa faktor risiko dari stroke iskemik dan hemoregik sama, sehingga cara pencegahannya pun sama. Kita harus bisa mengendalikan gula darah, kolesterol, darah tinggi, dan asam urat.
“Untuk mencegah, kita harus mengetahui faktor risiko stroke. Yang menetap, misalnya, umur. Di atas 63 tahun, risiko stroke lebih tinggi. Kemudian jenis kelamin, umumnya pria lebih rentan. Dan [faktor] suku. Ada suku tertentu yang memiliki kerentanan lebih tinggi terhadap stroke,” ujar Retna.
Retna menyarankan kepada orang yang telah memasuki usia 40 tahun untuk rajin melakukan check up ke dokter agar dapat menekan risiko stroke, sebab stroke dapat menyebabkan kecacatan pada penderitanya.
Bagi yang sudah terkena stroke, ada cara untuk memulihkan penyakit ini. Dokter spesialis saraf dr. Amanda Tiksnadi menekankan: jika sel saraf mati akibat sumbatan pada pembuluh darah, sel tersebut sudah tidak dapat disembuhkan. Oleh karena itu, pada penderita stroke, proses pemulihan dilakukan dengan melatih sel saraf yang tersisa.
“Proses pemulihannya dengan melatih sel saraf yang tersisa supaya bisa mengambil alih fungsi atau kerja sel saraf yang sudah mati, atau mengaktifkan sel saraf yang sebelumnya tidur. Proses ini seperti re-learning, jadi belajar lagi,” kata Amannda.
Sembari pasien melakukan proses belajar, Amanda menegaskan pentingnya pencegahan agar tak terjadi stroke baru. Jika sampai terjadi stroke lagi, sel yang mati semakin banyak dan semakin berat pula pemulihannya.
Editor: Maulida Sri Handayani